Selena yang telah tersiksa malam itu akhirnya dibiarkan beristirahat hingga pagi tiba. Damian terkekeh pelan melihat Selena yang sama sekali belum mampu untuk mengatasinya, namun malah berani merapatkan dirinya, dengan harapan bisa membuat Damian lebih terpikat padanya.
“Kau lucu sekali, istriku.” Damian terkekeh pelan. Damian membangunkan Selena untuk sarapan. Dan setelah sarapan, Selena langsung mandi karena mereka akan segera menemui yang lainnya untuk berpamitan. Ada banyak tamu yang menginap malam itu. Mereka menyapa Damian dan Selena. Luca dan Grace yang pagi itu sudah berjalan-jalan di sekitarnya hotel untuk menghirup udara segar. “Selena!” Grace langsung melambaikan tangannya pada Selena. Selena tersenyum sambil berjalan menghampiri mereka bersama Axel. Grace memperhatikan bagaimana Selena gemetar sedikit saat berjalan. Itu membuatnya keheranan, harusnya semalam bukan yang pertama kalinya bagi Selena. Namun, kel“Setelah makan, kita akan melakukan kunjungan ke sebuah tempat ibadah yang ada di dekat sini.” Damian sepertinya sudah menyiapkan jadwal apa saja yang akan mereka lakukan selama liburan di Bali. Dan Selena hanya tinggal mengikuti jadwal yang telah disiapkan Damian. Sore itu, keduanya mengunjungi salah satu tempat ibadah seperti yang telah direncanakan. Dan setelah kunjungan itu, keduanya kembali ke vila setelah hari menjadi gelap. Dan mereka makan lagi, karena Selena kelihatannya lelah setelah berjalan ke tempat ibadah barusan. “Makanlah yang banyak sebelum aku harus membuatmu kehabisan tenaga lagi,” ujar Damian. “Ah, yang benar saja! Sayang, tidak bisakah aku mendapatkan tidur yang nyenyak malam ini?” Selena meletakkan alat makannya dan cemberut ke arah Damian, merayunya agar tidak melakukannya lagi malam ini, dia ingin beristirahat sejenak. “Tidak,” balas Damian dengan enteng. “Kau istriku sekarang.”“Aku juga ta
“Tapi, aku dengar jika sudah keguguran, untuk mendapatkan anak akan lebih sulit.”Damian langsung menatap ke arah Selena, mendengar suara putus asa yang membuatnya sekarang bangkit dari dada Selena dan duduk di sebelahnya. Selena yang masih terbaring menatapnya. “Aku tidak mendengar tentang hal itu sebelumnya. Mari jangan berpikir negatif, dan lakukan usaha yang terbaik!” ujar Damian seraya mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Selena.Damian menggunakan ibu jarinya untuk mengusap pipi Selena. Dan Selena menyandarkan wajahnya di tangan Damian, menikmati kasih sayang pria itu yang jarang tercurah untuk orang lain tetapi selalu ada untuknya. Dia tak ingin menikmati semua yang terasa begitu istimewa. Tangan Selena memeluk pinggang Damian, menenggelamkan wajahnya di pinggang Damian. Damian hanya tersenyum tipis dan mengubah posisinya menjadi berbaring. Da berbaring di sebelah Selena dan memeluk Selena yang tengah mendambakan pelukan penenang.
Damian menatapi Selena yang sekarang tengah duduk di pasir saat dia tengah membeli dua buah kelapa untuk dinikmati bersama Selena di pinggir pantai. Gadis itu kelihatannya sangat semangat untuk membuat istana pasir. Mereka bahkan membeli peralatan membuatnya secara mendadak. “Ayo kita berteduh dulu! Aku tidak ingin kau jatuh sakit karena kepanasan. Kau sangat mudah sakit.” Damian memanggilnya, menatapi Selena yang langsung menengadah menatapnya. Akhirnya, Selena bangkit dan mengikuti Damian menuju ke bawah salah satu pohon kelapa. Keduanya duduk bersandar di pohon dan Damian memberikan salah satu kelapanya untuk Selena. Selena menerimanya dan sedikit tak menyangka kalau itu lebih berat dari yang dibayangkan. “Ups, ini ternyata agak berat. Orang-orang mengangkatnya dengan satu tangan, sangat santai. Ternyata mereka menanggung beban seberat ini.” Selena menggunakan kedua tangannya dan menyedot air kelapa dari sedotan yang sudah disediakan. Damia
Sesuai dengan janji Selena, begitu hari berganti, Damian akhirnya mendapatkan kesempatannya untuk menyentuh Selena lagi. Kali ini, mereka melakukannya di pagi hari, tepat saat Sepena baru bangun tidur, Damian langsung memberikannya air minum dan memulainya. Damian tidak menunggu Selena mengumpulkan kesadarannya dulu dan langsung membuatnya mengerang begitu Damian memulainya tanpa aba-aba. Tapi pagi itu, tubuh Selena juga terasa lebih bergairah, mungkin karena memang memasuki masa suburnya dan dia lebih sensitif. Sentuhan-sentuhan Damian yang begitu posesif membuat suasana di antara mereka semakin panas. Selena bahkan sampai hanya bisa menggeliat dan menikmati semua sentuhannya. Setelah tiga ronde dilalui, Selena terengah-engah bersama dengan Damian yang sekarang memeluknya dari belakang. Damian baru saja mencapai puncak, namun dia belum mencabutnya. Dia masih ingin menikmatinya, sisa-sisa kenikmatannya. Apa lagi Selena yang gemetar dan otot bagian dalam
Selena tak akan bertanya apa pun pada Damian tentang Atlas meski dia ingin. Dia akan membiarkan Damian menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri, karena Selena tak akan pernah tahu bagaimana harus menyelesaikan masalah seperti itu selain dengan cara Damian. “Kau menikmati waktu mengobrol dengan Grace barusan?” Damian melepaskan dasinya. “Iya, kami mengobrol banyak sambil menunggu kalian pulang. Ngomong-ngomong, kau akan sibuk lagi ya, setelah ini?” Selena yang sudah duduk di kasur menatapi Damian. “Tidak juga. Aku hanya akan berada dalam batas normal. Maksudku, aku tidak begitu sibuk namun tidak santai juga. Kau mengeti maksudku?” Damian tersenyum ke arahnya. “Sangat mengerti.” Selena menyengir sambil menatapi Damian. “Waktu datang bulanmu belum tiba, kan?” Damian menghampiri Selena sambil melepaskan kemejanya dan bertelanjang dada saat duduk di sebelah Selena. Itu membuat Selena sedikit mengerucutkan bibirnya saat me
“Aku hanya ingin mengecek keadaan anakmu di sini.” Damian dengan sengaja menggelitik perutnya. Selena tertawa lepas seraya menahan tangan Damian. Dia tak tahan jika harus dikelitik. Itu membuatnya kegelian dan bersandar pada Damian. Damian menghentikan dirinya dan mendekap Selena dengan hangat. Dia ingin memastikan Selena juga tidak terlalu lelah. “Hati-hati saat berjalan, jangan mengangkat barang yang berat, perhatikan makananmu!”“Ay, ay, kapten!” *** Keesokan paginya, Damian bangun lebih dulu karena terlalu antusias. Dia sudah membayangkan saat dirinya di ruangan dokter bersama Selena dan menemukan bayi yang berada di dalam perut Selena itu lewat layar ultrasound. Dia sangat tidak sabar hingga jantungnya berdebar kencang. Damian memegangi dadanya, ada sesuatu yang membuat perutnya terasa sangat tidak nyaman. Dada hingga perut yang terasa seperti ada sesuatu, dengan tangan dan kaki yang sedikit gemetar. Damian terlalu antu
“Apa kau marah karena ternyata aku tidak hamil?” tanya Selena. Malam itu, Damian pulang lebih larut dari biasanya. Padahal, biasanya tidak pulang selarut itu. Dan dia tidak membalas pesan Selena seperti biasanya. Itu membuat Selena mempertanyakan hal itu agar Damian berbicara dengannya, agar tidak ada kesalahpahaman di antara mereka berdua. “Tidak, aku hanya sibuk hari ini. Aku menemani client-ku minum tadi,” jawab Damian. Damian menjawabnya dengan nada yang berusaha santai, namun udara dingin dalam suaranya sangat bisa Selena rasakan, yang membuat Selena menatapi pria itu dengan keheranan. “Kau jujur?” tanya Selena lagi, Selena mengikuti Damian dan memeluk Damian dari belakang. Damian menghela nafasnya dan melihat ke arah Selena sambil tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Namun, kemudian dia melepaskan tangan Selena dari pinggangnya secara perlahan. Lalu, Damian menghadap ke arah Selena, dia tengah berusaha meyakinkan Selena
“Bukankah ini yang suka? Kau sangat menyukai menunggangi sesuatu yang besar.”Damian berbisik, tangannya mencengkeram cukup kuat perut Selena untuk menjaga keseimbangan tubuh Selena di atas kuda. Punggung Selena yang menempel dengan dada Damian membuat jantung keduanya berpacu dengan cepat di atas kuda yang berjalan dengan santai. “Aku tidak tahu kalau ternyata dia sebesar dan setinggi ini. Aku takut!” Selena merengek.“Rasa takutmu akan terbayar begitu kita memasuki hutan.” Damian membawa kudanya untuk masuk ke dalam hutan, di mana lintasannya sudah dibuat dan tentunya akan ada jalan keluar. Selena meneguk ludahnya. Dia masih tetap dalam keadaan tegang. Namun, dia mulai familiar dengan ini. Di hotel juga ada fasilitas berkuda yang belum dia rasakan. Dia tak akan takut tersesat karena tahu sudah ada lintasan tertentu yang akan menuntun mereka keluar hutan. Begitu memasuki hutan, suara burung-burung menyambut mereka. Selena menikmati ud