“Tapi, aku dengar jika sudah keguguran, untuk mendapatkan anak akan lebih sulit.”
Damian langsung menatap ke arah Selena, mendengar suara putus asa yang membuatnya sekarang bangkit dari dada Selena dan duduk di sebelahnya. Selena yang masih terbaring menatapnya.“Aku tidak mendengar tentang hal itu sebelumnya. Mari jangan berpikir negatif, dan lakukan usaha yang terbaik!” ujar Damian seraya mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Selena.Damian menggunakan ibu jarinya untuk mengusap pipi Selena. Dan Selena menyandarkan wajahnya di tangan Damian, menikmati kasih sayang pria itu yang jarang tercurah untuk orang lain tetapi selalu ada untuknya. Dia tak ingin menikmati semua yang terasa begitu istimewa.Tangan Selena memeluk pinggang Damian, menenggelamkan wajahnya di pinggang Damian. Damian hanya tersenyum tipis dan mengubah posisinya menjadi berbaring. Da berbaring di sebelah Selena dan memeluk Selena yang tengah mendambakan pelukan penenang.Damian menatapi Selena yang sekarang tengah duduk di pasir saat dia tengah membeli dua buah kelapa untuk dinikmati bersama Selena di pinggir pantai. Gadis itu kelihatannya sangat semangat untuk membuat istana pasir. Mereka bahkan membeli peralatan membuatnya secara mendadak. “Ayo kita berteduh dulu! Aku tidak ingin kau jatuh sakit karena kepanasan. Kau sangat mudah sakit.” Damian memanggilnya, menatapi Selena yang langsung menengadah menatapnya. Akhirnya, Selena bangkit dan mengikuti Damian menuju ke bawah salah satu pohon kelapa. Keduanya duduk bersandar di pohon dan Damian memberikan salah satu kelapanya untuk Selena. Selena menerimanya dan sedikit tak menyangka kalau itu lebih berat dari yang dibayangkan. “Ups, ini ternyata agak berat. Orang-orang mengangkatnya dengan satu tangan, sangat santai. Ternyata mereka menanggung beban seberat ini.” Selena menggunakan kedua tangannya dan menyedot air kelapa dari sedotan yang sudah disediakan. Damia
Sesuai dengan janji Selena, begitu hari berganti, Damian akhirnya mendapatkan kesempatannya untuk menyentuh Selena lagi. Kali ini, mereka melakukannya di pagi hari, tepat saat Sepena baru bangun tidur, Damian langsung memberikannya air minum dan memulainya. Damian tidak menunggu Selena mengumpulkan kesadarannya dulu dan langsung membuatnya mengerang begitu Damian memulainya tanpa aba-aba. Tapi pagi itu, tubuh Selena juga terasa lebih bergairah, mungkin karena memang memasuki masa suburnya dan dia lebih sensitif. Sentuhan-sentuhan Damian yang begitu posesif membuat suasana di antara mereka semakin panas. Selena bahkan sampai hanya bisa menggeliat dan menikmati semua sentuhannya. Setelah tiga ronde dilalui, Selena terengah-engah bersama dengan Damian yang sekarang memeluknya dari belakang. Damian baru saja mencapai puncak, namun dia belum mencabutnya. Dia masih ingin menikmatinya, sisa-sisa kenikmatannya. Apa lagi Selena yang gemetar dan otot bagian dalam
Selena tak akan bertanya apa pun pada Damian tentang Atlas meski dia ingin. Dia akan membiarkan Damian menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri, karena Selena tak akan pernah tahu bagaimana harus menyelesaikan masalah seperti itu selain dengan cara Damian. “Kau menikmati waktu mengobrol dengan Grace barusan?” Damian melepaskan dasinya. “Iya, kami mengobrol banyak sambil menunggu kalian pulang. Ngomong-ngomong, kau akan sibuk lagi ya, setelah ini?” Selena yang sudah duduk di kasur menatapi Damian. “Tidak juga. Aku hanya akan berada dalam batas normal. Maksudku, aku tidak begitu sibuk namun tidak santai juga. Kau mengeti maksudku?” Damian tersenyum ke arahnya. “Sangat mengerti.” Selena menyengir sambil menatapi Damian. “Waktu datang bulanmu belum tiba, kan?” Damian menghampiri Selena sambil melepaskan kemejanya dan bertelanjang dada saat duduk di sebelah Selena. Itu membuat Selena sedikit mengerucutkan bibirnya saat me
“Aku hanya ingin mengecek keadaan anakmu di sini.” Damian dengan sengaja menggelitik perutnya. Selena tertawa lepas seraya menahan tangan Damian. Dia tak tahan jika harus dikelitik. Itu membuatnya kegelian dan bersandar pada Damian. Damian menghentikan dirinya dan mendekap Selena dengan hangat. Dia ingin memastikan Selena juga tidak terlalu lelah. “Hati-hati saat berjalan, jangan mengangkat barang yang berat, perhatikan makananmu!”“Ay, ay, kapten!” *** Keesokan paginya, Damian bangun lebih dulu karena terlalu antusias. Dia sudah membayangkan saat dirinya di ruangan dokter bersama Selena dan menemukan bayi yang berada di dalam perut Selena itu lewat layar ultrasound. Dia sangat tidak sabar hingga jantungnya berdebar kencang. Damian memegangi dadanya, ada sesuatu yang membuat perutnya terasa sangat tidak nyaman. Dada hingga perut yang terasa seperti ada sesuatu, dengan tangan dan kaki yang sedikit gemetar. Damian terlalu antu
“Apa kau marah karena ternyata aku tidak hamil?” tanya Selena. Malam itu, Damian pulang lebih larut dari biasanya. Padahal, biasanya tidak pulang selarut itu. Dan dia tidak membalas pesan Selena seperti biasanya. Itu membuat Selena mempertanyakan hal itu agar Damian berbicara dengannya, agar tidak ada kesalahpahaman di antara mereka berdua. “Tidak, aku hanya sibuk hari ini. Aku menemani client-ku minum tadi,” jawab Damian. Damian menjawabnya dengan nada yang berusaha santai, namun udara dingin dalam suaranya sangat bisa Selena rasakan, yang membuat Selena menatapi pria itu dengan keheranan. “Kau jujur?” tanya Selena lagi, Selena mengikuti Damian dan memeluk Damian dari belakang. Damian menghela nafasnya dan melihat ke arah Selena sambil tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Namun, kemudian dia melepaskan tangan Selena dari pinggangnya secara perlahan. Lalu, Damian menghadap ke arah Selena, dia tengah berusaha meyakinkan Selena
“Bukankah ini yang suka? Kau sangat menyukai menunggangi sesuatu yang besar.”Damian berbisik, tangannya mencengkeram cukup kuat perut Selena untuk menjaga keseimbangan tubuh Selena di atas kuda. Punggung Selena yang menempel dengan dada Damian membuat jantung keduanya berpacu dengan cepat di atas kuda yang berjalan dengan santai. “Aku tidak tahu kalau ternyata dia sebesar dan setinggi ini. Aku takut!” Selena merengek.“Rasa takutmu akan terbayar begitu kita memasuki hutan.” Damian membawa kudanya untuk masuk ke dalam hutan, di mana lintasannya sudah dibuat dan tentunya akan ada jalan keluar. Selena meneguk ludahnya. Dia masih tetap dalam keadaan tegang. Namun, dia mulai familiar dengan ini. Di hotel juga ada fasilitas berkuda yang belum dia rasakan. Dia tak akan takut tersesat karena tahu sudah ada lintasan tertentu yang akan menuntun mereka keluar hutan. Begitu memasuki hutan, suara burung-burung menyambut mereka. Selena menikmati ud
Setelah hari yang melelahkan dengan berkuda, Selena dan Damian pulang ke mansion. Dengan keduanya yang duduk di belakang sambil bersandar tenang. Selena menyukai apa yang telah terjadi hari ini. Dia senang dengan hobi barunya, yang akan dilakukan di akhir pekan bersama Damian. “Kau senang setelah menemukan kudamu sendiri?” Damian tersenyum melihatnya senang. “Iya, dia sangat cantik dan terlihat anggun dengan warna coklat sedikit oranyenya. Terima kasih untuk kudanya,” ucap Selena sambil bersandar pada Damian dengan manja. “Apa pun untukmu, Sayangku.” Damian mendekap Selena dengan halus. Tiba di mansion, mereka beraktivitas seperti bisanya. Mulai dari membersihkan diri mereka sendiri, kemudian menikmati teh di balkon bersama. Keduanya memanfaatkan waktu akhir pekan. *** Pekan berikutnya, Damian dan Selena kembali lagi ke tempat berkuda. Hari itu bukan hanya mereka yang ada di sana. Ada teman Damian yang langsung menyambut Da
Damian mengerutkan alisnya saat melihat siapa yang tengah menunggu mereka di sana. Dengan memegangi kuda yang ada di sisinya, wanita itu menatap ke arah Selena dan Damian. Begitu kuda mereka sangat dekat, Damian turun dari kudanya dan membantu Selena yang mengerutkan alisnya karena penasaran dengan orang yang datang terlambat ini. Yang lainnya sudah berada di sana, namun wanita ini menyempatkan untuk menyapa Damian terlebih dahulu. “Oh, kau... Kau bukan anggota klub berkuda ini seingatku,” ucap Damian dengan dingin. Wanita itu tersenyum dengan anggun sambil menatap ke bawah sejenak sebelum menatap Damian lagi. Wanita yang terlihat cantik luar biasa, yang membuat Selena juga melongo dengan kecantikan yang dia miliki. Wanita itu sedikit lebih tinggi dari Selena. “Aku baru saja bergabung saat aku baru tiba di sini. Itu tepat saat katanya kau menikah. Sekarang kau sudah punya istri, ya? Aku mendengar semuanya. Tentang lamaran yang terjadi di Salva
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann