Share

Lilin

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-17 22:07:02

“Cukup! Berhenti, tolong... Perih...”

Selena mengerang dan mendesis pelan, menatapi kakinya yang dipegang agar tak memberontak itu mulai memerah. Kulitnya semakin rusak saat lelehan lilin menetes ke kakinya setelah lilin yang telah mengeras disingkirkan secara berkala. Damian menikmatinya, dia menunggu Selena untuk bicara sesuatu yang berhubungan dengan pacarnya secara langsung.

“Aku tidak tahu apa-apa, sungguh. Aku tidak tahu jika dia mencuri sesuatu darimu. Aku juga tidak tahu apa yang dia curi.” Selena menatap Damian, memohon untuk berhenti.

Untuk ke sekian kalinya, lilin yang telah mengeras di kaki Selena diambil lagi. Terlihat bagaimana kulitnya memerah dengan luka bakar di sana. Semakin lama, kulitnya semakin sensitif dan itu semakin menyiksanya. Damian lagi-lagi memiringkan lilin untuk memperoleh tetesannya lagi.

“Aku tidak akan berhenti sampai kau mengatakan sesuatu yang lain selain penyangkalanmu.”

Selena menatapi lilin yang mulai menetes lagi. Dan begitu cairan lilin panas mengenai kulit kakinya yang sudah terluka, Selena menjerit pelan. Tampak bagaimana dia berusaha menahan rasa sakit dengan frustasi dan hampir menangis. Wajahnya sudah semakin berkeringat.

Sebuah kamera telah merekam rasa sakit yang dirasakan Selena. Rekaman ini akan dikirim untuk Axel. Untuk memperlihatkan apa yang terjadi pada mantan kekasihnya ini.

“Kau masih tak mau bicara? Setelah ini, kau tidak akan menemukan lilin lagi ke depannya. Bukan artinya aku akan berhenti berusaha membuatmu bicara. Tapi kau akan masuk ke level selanjutnya. Akan ada cambuk, atau mungkin aku harus mencabut kukumu satu persatu. Bagaimana? Menarik untuk dicoba, kan?”

Damian tersenyum seraya terus mengarahkan tetesan lilinnya ke kaki Selena. Dia sangat menikmati apa yang dia lakukan untuk Selena saat ini, sambil terus menatap wajah Selena yang sangat memerah.

Gadis itu hanya mengerang bisa mengerang dan dengan merengek pelan. Selena berusaha menahan air matanya, namun air matanya tetap turun bersama keringatnya saat ini.

“Axel... Dia sering menemui seseorang di sebuah bar kecil di pinggir kota.” Selena akhirnya buka suara, tak yakin apa yang dikatakannya akan berguna atau tidak, tapi dia berusaha mengatakan sesuatu yang akan membuat Damian berhenti menyiksanya.

Kalimat Selena berhasil membuat Axel berhenti memiringkan lilinnya dan menatap Selena dengan tajam, menunggunya untuk bicara lebih lanjut dan lebih berterus terang tentang informasi yang dia berikan itu. Dan Selena menarik nafasnya yang agak tersengal karena menangis.

“Setelah menjemputku dari tempatku bekerja, Axel selalu berhenti di dekat sebuah gang. Aku tak tahu apa yang dia lakukan, dia menyuruhku menunggu, tapi dia sering membelikanku es krim di sana. Jika hanya es krim, ada banyak tempat untuk membeli es krim di dekat rumah. Hingga aku sadar, itu bukan kedai es krim biasa melainkan sebuah bar.”

Selena menjelaskannya dengan nafas yang sedikit tercekat dan suaranya yang serak. Dia menatap Damian, dia telah berusaha mengatakan semua yang mungkin masuk kategori informasi penting.

“Bisa kau beritahu letak spesifik tempat itu?” Damian tersenyum, merasa senang dengan informasi yang diberikan Selena.

“Di jalan Dannies Moul, kau akan menemukan salah satu lampu jalan yang mati, gang itu tepat di lampu jalan yang mati, hingga tempatnya agak gelap,” jawab Selena lagi.

“Bagus. Kenapa kau tidak mengatakan ini dari tadi? Ini informasi yang sangat penting. Kau sangat membantu ternyata.” Damian menyingkirkan lilinnya dan melirik salah satu bawahannya yang langsung mencatat apa yang dikatakan Selena sebagai informasi.

Selena merasa lega sedikit setelah Damian menyingkirkan lilin itu dan orang yang memegangi kakinya juga melepaskannya. Dan begitu Damian menjauh, Selena menunduk menatapi kakinya yang terluka. Luka bakar yang entah itu ringan atau berat. Perih, sakit dan rasanya sangat tidak nyaman.

Damian melirik Selena lagi dan memberikan kode pada bawahannya untuk melepaskan Selena. Orang-orang di sekitar Selena kini tampak sibuk. Damian sendiri sekarang menolak pinggang sambil menatap laptop bawahannya. Dia sedang melihat rekaman Selena yang akan dikirim pada seseorang, siapa lagi kalau bukan Axel.

“Kirimkan itu sekarang!” ujar Damian

Begitu Selena lepas, Selena membungkuk mendekati kakinya. Dia tahu Damian tak akan segera membiarkannya merawat lukanya dengan baik dan pertolongan yang bisa dia lakukan untuk dirinya sendiri adalah dengan ludahnya. Dia meludah pada kakinya, yang berhasil menarik perhatian Damian. Damian melirik kaget tindakan Selena.

“Apa yang kau lakukan?!“ Damian bergegas mendekati Selena dan menarik rambut Selena.

“Argh!” Selena mengerang begitu Damian menjambak rambutnya hingga tubuhnya yang semula bungkuk menjadi tegak.

“Menjijikkan. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?!” Damian menatap Selena, dia terlihat marah.

“Aku... berusaha merawat lukaku. Enyah kau!” Selena mencengkeram tangan Damian.

“Bodoh! Kau sangat kolot meski usiamu masih muda. Bawakan obat-obatannya!” Damian mengomel.

Salah satu bawahan Damian bergerak cepat mengambil kotak obat. Saat itu cengkeraman tangan Damian di rambut Selena perlahan mengendur. Dan pria yang membawa obat itu segera berlutut di depan Selena dan menyeka air liur Selena yang ada di kakinya dengan tisu, lalu merawat luka bakar itu dengan baik, menggunakan alat dan bahan yang steril.

“Kau cantik tapi bodoh, kolot, ceroboh, dan jorok. Jangan meludah sembarang!”

Cengkeraman tangan Selena di tangan Damian perlahan mengendur juga. Selena menatapi Damian dengan menengadah, saat Damian tengah menatap bagaimana luka Selena diobati. Selena tak mengerti. Kenapa Damian melukainya, sekaligus mengobatinya.

Damian melirik balik Selena, dan spontan tangannya melepaskan rambut Selena, secara tak langsung menyingkirkan tangan Selena juga darinya.

“Ini lebih baik, kan? Kau tidak akan pernah tahu kandungan apa saja yang ada di ludahmu, dasar jorok!” Damian mendengus.

“Aku tidak mengerti. Kenapa kau lukai aku jika kau mengobati aku juga?” ucap Selena pelan.

“Jangan salah paham. Aku hanya tak suka tindakanmu barusan. Bagaimana jika itu menetes ke lantai dan menyebar virus?” Damian memalingkan wajahnya dan berjalan menjauh.

Selena masih tak mengerti. Dia kemudian menatapi kakinya yang dirawat cukup baik. Agak perih tapi masih bisa dia tahan. Dan kakinya dibalut perban dengan baik.

“Terima kasih,” ucap Selena pada pria yang mengobatinya, meski tak direspons sama sekali.

“Aku akan mengkonfirmasi langsung apa yang kau katakan tentang bar itu. Jika aku tak menemukan apa pun di sana... bersiaplah!” ucap Damian, terdengar seperti ancaman.

Selena sedikit tersentak. Dia mengingat apa yang Damian katakan tentang cambuk atau mencabut kuku.

“Ta-tapi jika mereka pindah mengikuti Axel?” Selena gelisah.

“Itu berarti informasi yang kau miliki sia-sia, dan aku akan membuatmu bicara lagi jika kau masih tak ingin bicara tentang informasi yang jauh lebih penting. Kau pernah memotong kuku terlalu dalam sebelumnya?”

Damian terkekeh di akhir kalimatnya.

 

 

 

Bab terkait

  • Menjadi Tawanan Mafia   Berusaha Kabur

    “Tapi itu tidak adil! Aku sudah memberitahumu semampuku!” gertak Selena.“Semua yang kulihat hanyalah hasilnya, bukan usahanya. Bawa dia kembali ke kamarnya!” Damian tampaknya langsung bersiap menuju lokasi yang diberitahukan Selena. Dan Selena didekati oleh seorang pria yang langsung menggendong tubuhnya, karena kondisi kaki Selena sedang tidak baik-baik saja. Selena menatap Damian dengan raut cemas, kelihatannya dia mulai gelisah dengan keberadaannya di mansion milik Damian itu. Selena dikurung di sebuah kamar yang cukup nyaman. Hanya saja, pemikiran apa yang akan dilakukan Damian selanjutnya tetap membuatnya tak nyaman. Dia memperhatikan kakinya, yang kondisinya agak sedikit buruk. Sangat perih ketika terkena air. “Aku harus pergi dari sini. Pria gila itu bisa terus menerus menyiksaku.” Selena semakin gelisah dan menatapi keluar jendela, di mana mansion yang begitu lega itu juga terlihat tak terjaga. Selena keluar dari kamarnya dengan hati-hati. Doa menyadari tempat itu cukup s

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Menjadi Tawanan Mafia   Hukuman

    Selena menoleh pada Damian dan menunjukkan ekspresi terkejutnya. Dan di belakangnya, sekarang ada banyak pria yang terlihat terkejut juga dengan kehadiran Selena. Itu membuat mereka terlihat pucat lantaran mereka tak menyadari kehadiran Selena di sekitar pintu utama, yang akan membuat mereka dalam masalah karena lengah mengawasi bagian dalam mansion. Damian sendiri sekarang tak menunjukkan ekspresi senang atau kesal. Wajahnya datar dan menunggu Selena menjelaskan situasi saat itu. Dia melangkah mendekat dan melirik para bawahannya yang ada di belakang Selena itu. “Kenapa kau di sini? Kau tahu, ini cukup jauh dari kamarmu. Dan, bagaimana bisa kau sampai di sini tanpa disadari seorang pun?” Damian menatap Selena dari dekat. “Euh...” Selena menjadi sedikit gugup, apa lagi sebelum sampai di sini, dia mendapatkan bantuan dari salah satu bawahan Damian yang entah kenapa membantunya. “Apa saja yang kalian lakukan sampai-sampai tak menyadari dia sudah sampai di sini?” Damian menatapi para

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Menjadi Tawanan Mafia   Touch

    “Menyentuhku? Hey, kau jangan gila!” Suara Selena terdengar tercekat. Damian terkekeh geli dengan reaksinya Selena. Di matanya yang berkelibat cahaya, reaksi Selena cukup untuk memancing dirinya, untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh. “Kenapa? Kau takut? Kau takut untuk mengkhianati Axel? Aku sangat penasaran, seberapa marah Axel jika tahu aku menyentuhmu. Dalam rencanaku dan perkiraanku, jika aku mengirimkan sedikit saya cuplikan antara kau dan aku... bercinta, dia pasti akan memberikan reaksi yang aku inginkan. Kau itu berharga di matanya, Selena. Seperti aku menghargai apa yang dia curi.” Damian terkekeh puas sambil melepaskan jas yang dia gunakan. Dan itu membuat Selena beringsut mundur untuk menjauhi Damian. Selena tahu betul apa yang akan dilakukan Damian. Rasa takut memenuhi hatinya. Bukan tentang mengkhianati Axel seperti yang Damian pikirkan. Meski sempat terpikirkan juga, mungkin Axel menghargainya selama ini. Itulah yang membuatnya takut. Axel, sang mantan pertama dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Menjadi Tawanan Mafia   Ekstasi Baru

    Darah segar mengalir bahkan menetes mengenai seprai berwarna putih gading itu. Suara isak tangis Selena terdengar nyaring, mungkin bisa terdengar sampai keluar. Kelihatannya itu sangat menyakiti Selena, karena itu yang pertama bagi Selena. Wajah Damian terkaku. Dia tak bisa memberikan ekspresi tenang untuk situasi itu. Dia baru sadar atas apa yang dia lakukan beberapa detik lalu yang mengakibatkan Selena memekik kencang dan menangis saat ini. Gadis itu berhenti meronta, kelihatannya sesakit itu sampai tak ingin bergerak. Tangan Damian yang menyilangkan tangan Selena perlahan mengendur. Damian menegakkan tubuhnya dan memastikannya sekali lagi. Setelah melihatnya untuk kedua kalinya, tangan Damian tersapu ke salah satu sisi rambutnya. Menyapu halus rambutnya dan sedikit menariknya. “Ah, apa ini...” Damian bicara dengan suara pelan. Yang Damian pikirkan sekarang adalah perasaan baru saat dia hendak bersatu dengan Selena. Selena tak pernah melakuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Menjadi Tawanan Mafia   Calon Wanita Baru

    Damian keluar dari kamar Selena dan menatapi lorong yang sudah sepi. Dia kemudian menuju ke kamarnya yang terletak cukup jauh dari kamar para wanitanya. Dia meluangkan waktu untuk mandi dan membersihkan dirinya. Pikiran Damian masih berada di ranjang, bersama dengan Selena. Perasaan baru yang dia temukan dari Selena berhasil membuatnya merasa pusing selama berada di kamar mandi. Di bawah shower, dia mengguyur dirinya yang masih terasa panas dan bergairah. Hingga untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia harus menuntaskan hasratnya sendirian. Setelah membersihkan diri, dia hendak kembali ke kamar Selena. Entah apa yang dia pikirkan. Namun tanpa dia sadari, ada keinginan untuk tetap di sisi Selena selama sisa malam ini. Sebelum kembali, dia bertemu dengan tangan kanannya, Luca. Luca membungkuk memberi salam pada Damian. “Anda belum tidur? Di mana selama beberapa jam terakhir? Kami mencari Anda, terakhir kali seseorang mengantar Anda ke kama

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Menjadi Tawanan Mafia   Anak Kucing yang Mendesis

    Selena mengerang pelan seraya memejamkan matanya lagi. Matanya masih bengkak akibat menangis semalaman karena digempur Damian. Matanya masih terasa berat dan dingin. “Kau tidur lebih lama dari orang pada umumnya. Kau tidur hampir 10 jam,” komen Damian. Selena tak menjawab. Pikirannya kosong. Dia ingat dia telah terbangun beberapa kali. Namun karena tubuhnya terasa sangat lemas dan sakit, dia kembali mengistirahatkan dirinya. Dia tak ingin menatap Damian, dia masih ingat betul kejadian semalam yang membuat hatinya terasa sakit. Selena mendudukkan diri dengan hati-hati. Dan dia menyadari pakaiannya telah berganti. Dia tak penasaran bagaimana, karena dia berpikir Damian menyuruh pelayannya. Damian memperhatikan Selena. Ada yang berubah di wajah Selena. Tatapan Selena yang terkesan kosong dan sangat hampa. Dia juga lebih pucat. Benar-benar mengkhawatirkan. “Perlu bantuan?” Damian mengangkat satu alisnya, memperhatikan gerak-gerik Selena. Selena tak mendengarkan, dia menutup telingan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Menjadi Tawanan Mafia   Karet Pengaman

    “Ada apa ini? Kenapa kau keluar dari sana? Sejak kapan kau di kamar gadis itu?” Merry menatap Damian, terlihat jelas dari raut wajah terutama matanya, dia sedang cemburu. “Aku tak punya waktu untuk menjawab, dia terluka.” Damian berjalan begitu saja melewati mereka dan membawa Selena menuju ke ruangan yang tempatnya agak jauh dari kamar Selena. Damian meninggalkan residu kebingungan di ruangan itu. Damian tak terlihat datang ke sana sejak pagi, itu berarti dia mungkin bermalam di kamar Selena. Dan kata bermalam cukup sensitif di sana. Damian tak pernah sekali pun bermalam di kamar salah satu para wanita simpanannya itu. “Tuan... bermalam di kamar Selena?” tanya Rose, dia terlihat ingin memperjelas hal tersebut. “Omong kosong! Dia tidak mungkin melakukan itu!” tegas Merry, menyangkalnya dengan cepat. “Ah, sayangnya kita baru saja melihatnya keluar dari sana, dengan membawa Selena yang terluka. Aku pernah terluka juga di depan Tuan tapi Tuan hanya bereaksi dengan memanggilkan dokte

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Menjadi Tawanan Mafia   Kau Berharga

    Selena menatapi obat yang diberikan oleh dokter tersebut. Dia berkedip beberapa kali melihat beberapa bentuk obat yang disuguhkan padanya bersama dengan segelas air. “Minum itu! Kau tidak ingin hamil begitu saja, kan? Pertama, kau terlalu muda. Kedua, kau baru melakukannya sekali. Bukankah kau bahkan belum menikmatinya dengan benar?” Damian tersenyum menggoda Selena yang segera mengambil satu persatu butir obat tersebut dan meminumnya. Damian memperhatikan sambil menyilangkan tangan di depan dada. Saat Selena meliriknya dengan tajam, Damian mengalihkan pandangan matanya ke sekeliling. Setelah meminum semuanya, Selena terdiam di sana. Dia menatapi kakinya yang terurai dari bangsal, belum menyentuh lantai. Dia menggerakkan kakinya dengan perlahan. “Kapan terakhir kali menstruasi?” tanya dokter itu untuk mencatat sesuatu. “Minggu lalu,” jawab Selena sambil menatap dokter itu. “Oh, itu cukup buruk jika kau tidak segera meminum obat kontrasepsi, kemungkinan kau mengalami kehamilan cu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan Mafia   Epilog

    Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana

  • Menjadi Tawanan Mafia   Laki-laki atau Perempuan?

    “Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan

  • Menjadi Tawanan Mafia   Gendut

    Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge

  • Menjadi Tawanan Mafia   Gender Bayi

    Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana

  • Menjadi Tawanan Mafia   Sentuhan yang Dirindukan

    Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.

  • Menjadi Tawanan Mafia   Seorang Ayah

    Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru

  • Menjadi Tawanan Mafia   Keponakan

    “Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu

  • Menjadi Tawanan Mafia   Damian Muntah

    “Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa

  • Menjadi Tawanan Mafia   Overprotektif

    Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann

DMCA.com Protection Status