“Jadi, keputusanmu adalah... kita akan bersama?” tanya Selena.
Selena masih ingin mendengar semua kejelasan itu dari Damian. Dia menatap Damian dari tempat tidur Damian, memeluk bantal sambil terus menatapi Damian yang bertelanjang dada.“Bukankah itu sudah jelas? Kenapa kau terus bertanya?!” balas Damian terlihat sedikit kesal.“Kau tidak mengatakannya dengan jelas. Kau hanya bilang jika aku tidak diizinkan untuk menggugurkan bayinya, tanpa memberitahu lebih lanjut bagaimana hubungan kita ke depannya,” timpal Selena sambil terus memperhatikan tubuh Damian yang indah saat Damian sendiri kelihatannya sibuk dengan ponselnya sendiri saat itu.“Menurutmu, aku akan mempertahankan bayi itu tanpa ibunya?!” Damian mendecak frustasi.“Kau harus bicara dengan jelas. Karena kunci hubungan yang baik itu adalah komunikasi yang baik, selain baik harus jelas juga. Kau selalu bersikap abu-abu,” balas Selena.Damian menatap Selena, Selena jaBenar, Selena tak punya apa pun untuk diberikan ada Damian. Dia datang pada Damian—lebih tepatnya dipaksa hadir di kehidupan Damian tanpa perbekalan apa pun. “Aku sudah punya segalanya, jadi kau tidak perlu memberikanku apa pun,” balas Damian.“Kau memang benar, tapi...” Selena hendak mengatakan sesuatu, sebelum dia menyadari apa yang dikatakan Damian adalah sesuatu yang ingin dia dengar. “Apa maksudmu, kau mau bersamaku?” Damian menghela nafasnya. Bersama Selena, dia harus menjelaskan semuanya. Selena selalu membutuhkan kejelasan sementara dia tak ingin menjelaskan semuanya dan berharap Selena mengerti dengan sendirinya. Namun, sepertinya dia harus terbiasa dengan Selena. Ditatapnya sosok Selena yang matanya terlihat berbinar, dia sepertinya sangat senang dengan apa yang dia dengar barusan. Itu membuat Damian hanya bisa tersenyum tipis dan menaruh tangannya di puncak kepala Selena dan bangkit dari tempat tidurnya.“Aku akan mandi dulu.” Selena menatapi punggung Damian diam-diam.
“Aku sungguh-sungguh. Tuan Hendry sendiri yang mengatakannya. Kau tahu betapa gagahnya dia sangat meminta tolong padaku untuk menjaga calon cucunya? Aku benar-benar terkesan.” Luca berbicara dengan sangat meyakinkan pada rekan-rekannya itu. Mereka yang mendengarnya terlihat terkesan juga dan sepertinya mereka akan lebih mulai berhati-hati pada Selena, dalam artian untuk menjaga calon bayi yang dikandungnya, yang kelak akan menjadi putra atau putri Damian. “Aku benar-benar penasaran, yang lahir akan laki-laki atau perempuan. Jika perempuan, sepertinya akan ada yang berikutnya. Jika laki-laki, mungkin dia akan menjadi satu-satunya hingga dia tumbuh dan meminta adik dengan sendirinya.” Salah satu dari mereka tertawa. “Itu benar. Biasanya selalu begitu.” “Tidak peduli yang ini akan terlahir laki-laki atau perempuan, tapi kita hanya perlu memastikan keamanan dan kenyamanan Nona Selena,” kata Luca dengan lebih serius. “Tapi, bagaimana deng
Damian memegangi keningnya, sekarang kepalanya juga terasa sakit. Hari ini dia sama sekali tidak bisa beraktivitas. Kondisi tubuhnya memburuk setelah dia tertular morning sickness Selena. Perasaan ingin muntah masih ada di dadanya, namun dia benar-benar tidak mau mengeluarkannya. “Jika kau menahannya terus, tubuhmu tidak akan terasa baik sama sekali,” ujar Luca. Selena terkikis geli saat dia menempelkan plester penurun demam karena suhu tubuh Damian meningkat. Dia dalam keadaan baik-baik saja, dan merasa lebih baik saat Damian justru merasa tidak baik. Ini pertama kalinya Selena melihat Damian sakit, di mana dia terlihat sangat tak berdaya. “Aku benci mengeluarkannya. Jika aku mengeluarkannya, itu tidak akan satu kali. Akan ada beberapa gelombang lagi. Kemudian, jeda beberapa menit, gelombang itu akan datang lagi. Aku benci perasaan itu.” Damian terbaring di kasurnya, lebih pucat karena dia tak mau memakan apa pun. “Ya, memang itu yang umumnya
“Selena tidak dibesarkan ibunya. Aku menemukan namanya di daftar panti asuhan.” Pria muda yang melayani Derek menyerahkan tabnya. Di mana dia telah mengumpulkan semua yang dia bisa mengenai Selena. Beberapa informasi yang dia dapatkan terlihat sangat berguna bagi Derek. Apa lagi ketika Derek menerima tab itu dan melihat sosok Selena kecil di antara beberapa anak panti lainnya. Yang mana membuatnya sedikit terenyuh begitu melihatnya. “Panti asuhan, ya?” gumam Derek sambil memperbesar foto di bagian Selena. Pria muda itu sudah memperbaiki kualitas fotonya, yang memungkinkan saat diperbesar, itu tidak akan begitu buram. Dan terbukti dengan Derek yang sekarang menghela nafasnya panjang, karena bisa melihat Selena kecil dengan jelas, yang cukup mirip dengan putrinya saat masih kecil juga. “Dia sepertinya baru saja menangis saat itu.” Derek menatapnya penuh iba. “Foto itu diambil setelah sekitar seminggu nama Selena masuk ke panti asuhan.
Alice Raguano tertawa mendengar ucapan dari wanita yang bersikeras untuk menemuinya dengan iming-iming membawa sebuah informasi besar. Dia tertawa dengan geli mendengarkannya. “Siapa lagi yang akan menggunakan nama Raguano selain anggota keluarga kami?” balasnya sambil tertawa pelan dengan geli, walau terlintas kegelisahan di dalam hatinya sesaat.Sementara si kepala pelayan saat itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikan sebuah foto. Sebuah foto lama Selena yang diambil ketika Damian sedang menguntitnya sebelum akhirnya menculiknya. Foto yang cukup untuk menggambarkan jawaban dari pertanyaan Alice barusan. Alice masih tersenyum sebelum melihat dengan jelas foto itu. Dia menerimanya dengan santai dan memperhatikan foto itu. Wajahnya belum berubah sama sekali saat menatapi foto tersebut. “Ya ampun, apa ini?” Alice menatapi foto itu cukup lama, keningnya berkerut saat dia merasa familier dengan foto tersebut. Kemudian, Alice me
“Kau bisa membatalkan reservasinya, kenapa kau harus bingung?” tanya Luca. “Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja. Meski masih merasa tidak enak badan, kita akan tetap makan malam di sana. Apa kau lupa, jika besok kita harus pergi Beijing?” Damian menatap Luca. “Tentu saja aku ingat. Aku lebih ingat jadwalmu dari pada kau sendiri,” balas Luca. “Kita akan menetap beberapa hari di Beijing. Dan rasanya, jika aku pergi begitu saja... Ah, bagaimana menjelaskannya?” Damian memegang keningnya, satu tangannya bertumpu pada pinggangnya. Luca melebarkan matanya dan terkekeh pelan. Dia mengerti kenapa Damian bersikeras untuk tetap datang ke restoran itu. Pria itu bahkan sampai mau memaksakan dirinya seperti itu demi seorang gadis. Biasanya, dia tidak akan repot-repot mengurus hal seperti ini. Saat keduanya masih berada di ruangan Damian dan Damian juga harus mengecek beberapa hal karena seharian ini dia tidak aktif bekerja. Ada beberapa dok
Selena merintih pelan saat Damian menggigit bahunya. Kemudian, bibir Damian menyapu tulang selangkanya, hingga wajah Damian berada di tengkuk Selena saat ini. Pria itu mengendus leher Selena, dan mengecupnya seolah itu pertanda maaf setelah menggigit bahunya. “Maaf, lain kali aku tidak akan membahas Axel lagi.” Selena mengerti apa yang diinginkan Damian. Damian hanya berdeham sebagai jawaban. Namun untuk saat ini dia tidak akan melepaskan Selena begitu saja. Dia menggigit pelan kulit leher Selena, yang membuat Selena harus memekik pelan.Setelah memberikan beberapa gigitan, Damian justru menghisap kulit leher Selena di beberapa titik. Menghisapnya cukup lama hingga meninggalkan bekas-bekas merah yang tak akan hilang dalam semalam. Tangannya tak tinggal diam, tangan Damian menjelajahi tubuh Selena. Nafas Damian memberat, suaranya semakin rendah juga. Sementara Selena menggeliat di bawah tubuh Damian. Dia tak menolak. Sentuhan Damian yang jauh le
“Hah... selalu aku.” Grace menghela nafasnya saat dia menemani Selena ke kamarnya. “Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa. Kau hanya perlu mengatakannya. Tidak mau. Begitu.” Selena menatap Grace, dia bisa memaklumi jika Grace mungkin muak untuk bersamanya terus. “Bukan begitu. Bukannya aku tidak mau.” Grace sedikit panik karena Selena berpikir demikian. “Hanya saja... tidak. Tidak mungkin untuk menolak perintah Tuan Damian. Tapi aku senang bisa jalan-jalan bersamamu walau harus ke rumah sakit lagi nanti. Hari ini, aku diizinkan untuk membawamu keluar dan jalan-jalan.” Grace terlihat bersemangat hari ini. Karena dia akan keluar bersama Selena seharian ini. Selena juga terkejut Damian mengizinkannya pergi jalan-jalan begitu saja. Itu membuatnya memikirkan tentang ucapan Damian mengenai siapa yang akan dia temui malam ini dan makan bersamanya. “Dia akan pergi makan malam dengan seorang gadis. Sepertinya karena itu dia mengizinkanku keluar. Mungki
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann