Selena merintih pelan saat Damian menggigit bahunya. Kemudian, bibir Damian menyapu tulang selangkanya, hingga wajah Damian berada di tengkuk Selena saat ini. Pria itu mengendus leher Selena, dan mengecupnya seolah itu pertanda maaf setelah menggigit bahunya.
“Maaf, lain kali aku tidak akan membahas Axel lagi.” Selena mengerti apa yang diinginkan Damian.Damian hanya berdeham sebagai jawaban. Namun untuk saat ini dia tidak akan melepaskan Selena begitu saja. Dia menggigit pelan kulit leher Selena, yang membuat Selena harus memekik pelan.Setelah memberikan beberapa gigitan, Damian justru menghisap kulit leher Selena di beberapa titik. Menghisapnya cukup lama hingga meninggalkan bekas-bekas merah yang tak akan hilang dalam semalam. Tangannya tak tinggal diam, tangan Damian menjelajahi tubuh Selena.Nafas Damian memberat, suaranya semakin rendah juga. Sementara Selena menggeliat di bawah tubuh Damian. Dia tak menolak. Sentuhan Damian yang jauh le“Hah... selalu aku.” Grace menghela nafasnya saat dia menemani Selena ke kamarnya. “Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa. Kau hanya perlu mengatakannya. Tidak mau. Begitu.” Selena menatap Grace, dia bisa memaklumi jika Grace mungkin muak untuk bersamanya terus. “Bukan begitu. Bukannya aku tidak mau.” Grace sedikit panik karena Selena berpikir demikian. “Hanya saja... tidak. Tidak mungkin untuk menolak perintah Tuan Damian. Tapi aku senang bisa jalan-jalan bersamamu walau harus ke rumah sakit lagi nanti. Hari ini, aku diizinkan untuk membawamu keluar dan jalan-jalan.” Grace terlihat bersemangat hari ini. Karena dia akan keluar bersama Selena seharian ini. Selena juga terkejut Damian mengizinkannya pergi jalan-jalan begitu saja. Itu membuatnya memikirkan tentang ucapan Damian mengenai siapa yang akan dia temui malam ini dan makan bersamanya. “Dia akan pergi makan malam dengan seorang gadis. Sepertinya karena itu dia mengizinkanku keluar. Mungki
“Dia ada di sini tadi. Dia bilang akan melihat-lihat yang ada di bagian depan di dekat pintu utama. Aku sungguh-sungguh, tadi dia bersamaku. Aku hanya meninggalkannya sebentar untuk melakukan transaksi. Ini benar-benar tidak masuk akal jika dia kabur.” Grace mencengkeram rambut bagian depannya dengan frustasi saat tak menemukan Selena bersamanya. Dia tak tahu Selena pergi ke mana. Dan yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana dia harus menghadapi situasi seperti ini. Sementara Luca yang sedang dihubungi Grace sekarang panik, segera keluar dari toko bersama Damian. Damian tak terlihat panik, dia hanya terlihat jengkel dan marah saat itu. “Kau minta tolong saja pada orang-orang di butik untuk mengecek rekaman pengawas dan beritahu aku ke arah mana Selena pergi,” ujar Luca. “Jadi dia kabur setelah semua yang dia katakan padaku? Dia mempermainkanku? Aku tidak akan membiarkanmu lolos, Selena.” Damian mengepalkan tinjunya di sisi bahunya.
“Suasana macam apa ini?” Damian merinding setelah mendengar apa yang dikatakan ayahnya. “Langsung saja dan berterus terang. Ayah mengetahui siapa dalang di balik ini? Perkataan ayah baru saja mengisyaratkan jika ayah benar-benar tahu dalangnya.”“Tentu saja. Siapa lagi jika bukan keluarga Raguano?” “Tapi bagaimana mereka bisa mengetahui tentang Selena? Aku bahkan tidak pernah sengaja—”“Aku yang memberitahu ayah Selena tentang keberadaan Selena. Sebelum mendatangimu, aku tentu mencari tahu siapa gadis itu. Dan cukup mengejutkan mengetahui dia adalah putri Derek. Hanya saja, aku tentu bingung tentang putrinya yang tidak dikenal itu. Akhirnya aku dan berbincang sejenak di telepon mengenai Selena.” “Bagaimana bisa Ayah—”“Tunggu dulu. Sebaiknya kau mendengarkan aku lebih dulu. Derek sudah kuberi peringatan. Aku akan menjadikan Selena menantuku, aku sudah memberi tahunya. Jadi, seharusnya dia tidak berusaha untuk mengganggu Selena sama seka
“Bukankah aku sudah memperingatkanmu, untuk tidak bermain-main dengan calon menantu dan calon cucuku? Aku tidak mengerti kenapa kau cukup berani untuk mengambil risiko tersebut.” Hendry menyesap rokok sambil memegangi ponsel yang ditempelkan di telinganya. Dia sedang menghubungi Derek begitu mendengar jika Selena diculik dari putranya. “Apa maksudmu, Tuan Hendry? Aku sudah jelas menyetujui perkataanmu, dengan ganti dia tidak akan menggunakan nama keluargaku dan kau tidak akan menyeret keluargaku yang tidak punya sangkut pautnya dengan calon menantumu itu.” “Tapi apa yang aku dengar hari ini dari putraku berbeda. Selena diculik oleh istrimu.” Hendry menghela nafasnya, dia juga berusaha tetap santai dalam menghadapi ini dan percaya jika semuanya akan berlangsung baik-baik saja jika semuanya dilakukan dengan santai dan hati-hati. “Selena diculik... istriku?” “Dengar, aku tidak mengerti apa maksudmu. Istriku sama sekali tidak t
Damian terengah-engah. Dia mengusap rambutnya yang agak berantakan, sedikit merapikannya, setidaknya tidak menghalangi pandangannya. Dan dia menatap si Kepala Pelayan yang sekarang juga sedang mengatur nafasnya setelah berhasil ditangkap langsung oleh sopir dan pengawalnya. Sementara Luca tertinggal jauh karena kemampuan fisiknya yang berbeda. Sopir dan pengawal Damian tentu punya lebih banyak waktu untuk memperkuat fisiknya. Sementara dia bekerja lebih banyak menggunakan otak. Meski begitu, fisiknya juga tak bisa diremehkan. “Kau berlari seperti kau tahu apa yang akan terjadi jika kau tertangkap. Aku penasaran apa yang dijanjikan Harvest padamu hingga kau mau mengkhianatiku. Kau tahu, aku tak akan masalah sama sekali jika kau hanya melarikan diri dari tanggung jawabmu. Tapi apa yang telah kau lakukan? Kau membuat Selena tak meminum obat kontrasepsinya, dan kau juga mencelakainya.” Damian mengambil nafasnya sebelum melanjutkan bicara. “Kemudian kau mend
“Dengar...” Selena berusaha mengatur nafasnya, dia memegangi perutnya yang terasa kram. “Aku tidak ada hubungan apa pun dengan ibuku sendiri sejak aku kecil. Aku bahkan tidak tahu siapa ayahku, meski aku menggunakan nama belakangnya. Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali. Tidak bisakah tetap seperti itu?” Selena menatap Alice. Apa yang dilakukan Alice saat ini, bisa diketahui Selena jika Alice membencinya sebagai anak haram dari suaminya. Hanya itu yang bisa dia maklumi. “Kau tidak akan begitu. Kau akan penasaran siapa ayahmu, bagaimana keluarganya saat ini dan datang untuk menghancurkan keluarga ayahmu. Itu semua yang akan terjadi di masa depan, dan aku berusaha mencegah itu semua terjadi. Dengan apa? Dengan menyingkirkanmu.” Alice mengambil nafasnya dengan gemetar, menatap Selena seperti seseorang yang sedang menghadapi ketakutan terbesarnya. Alice mendekat dan Selena menjatuhkan dirinya ke lantai, mengambil pisau di bawah kakinya dengan tangannya y
“Aku tidak mau membebani seperti ini tapi putraku benar. Jika sesuatu terjadi pada Selena, maka itu semua sudah pasti akan menjadi tanggung jawabmu.” Hendry menatap Derek dengan serius Derek menghela nafasnya berat. Sekali pun yang melukai putrinya adalah istrinya sendiri, dia memang harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan istrinya. Bukan hanya karena dia seorang suami, tapi karena dia juga seorang ayah. Dia ayah kandung dari Selena. “Bagaimana pun, dia putriku.” Hendry menatapnya sedikit iba. Lantaran, yang Hendry pikirkan sebelumnya adalah Derek akan berusaha untuk melenyapkan Selena juga demi kelangsungan nama baiknya di mata keluarganya sendiri, di mata anak-anaknya juga. Namun, melihat Derek yang sepertinya terpukul membuat Hendry menyadari jika Derek justru berusaha melindungi Selena juga. “Entah bagaimana istriku bisa tahu tentang Selena. Yang aku inginkan justru dia tidak mengetahui apa pun tentangnya dan Selena bisa hidup deng
Axel dengan cepat tiba di rumah sakit, di mana Selena dirawat. Dia berlari dari tempat parkir, mencari-cari UGD. Kakinya melangkah cepat, dia tidak tahu letak UGD-nya saat itu. Namun, begitu dia dekat dengan UGD, dia secara langsung berpapasan dengan Hendry dan Derek. Dengan sedikit terkejut karena melihat keduanya, Axel berhenti melangkah dan menghela nafasnya yang agak terengah-engah. Hendry dan Derek yang sepertinya sedang mengobrol saat itu tampak sedikit terkejut. Axel melirik gadis kecil yang datang bersama keduanya juga. Saat Hendry dan Derek hendak melewati Axel begitu saja, Axel memberanikan diri untuk menyapa keduanya dan mungkin bertanya langsung tentang Selena. Dia bingung kenapa mereka sudah seakrab ini, karena seharusnya hubungan mereka buruk jika ayah Selena mengetahui apa yang telah dilalui Selena saat bersama dengan Damian. “Di mana Selena?” Axel menatap dua pria paruh baya itu dengan nafas yang mulai stabil.Keduanya menoleh ke arah Axel. Gadis kecil yang dituntun
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann