“Aku tidak mau membebani seperti ini tapi putraku benar. Jika sesuatu terjadi pada Selena, maka itu semua sudah pasti akan menjadi tanggung jawabmu.” Hendry menatap Derek dengan serius
Derek menghela nafasnya berat. Sekali pun yang melukai putrinya adalah istrinya sendiri, dia memang harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan istrinya. Bukan hanya karena dia seorang suami, tapi karena dia juga seorang ayah. Dia ayah kandung dari Selena.“Bagaimana pun, dia putriku.”Hendry menatapnya sedikit iba. Lantaran, yang Hendry pikirkan sebelumnya adalah Derek akan berusaha untuk melenyapkan Selena juga demi kelangsungan nama baiknya di mata keluarganya sendiri, di mata anak-anaknya juga. Namun, melihat Derek yang sepertinya terpukul membuat Hendry menyadari jika Derek justru berusaha melindungi Selena juga.“Entah bagaimana istriku bisa tahu tentang Selena. Yang aku inginkan justru dia tidak mengetahui apa pun tentangnya dan Selena bisa hidup dengAxel dengan cepat tiba di rumah sakit, di mana Selena dirawat. Dia berlari dari tempat parkir, mencari-cari UGD. Kakinya melangkah cepat, dia tidak tahu letak UGD-nya saat itu. Namun, begitu dia dekat dengan UGD, dia secara langsung berpapasan dengan Hendry dan Derek. Dengan sedikit terkejut karena melihat keduanya, Axel berhenti melangkah dan menghela nafasnya yang agak terengah-engah. Hendry dan Derek yang sepertinya sedang mengobrol saat itu tampak sedikit terkejut. Axel melirik gadis kecil yang datang bersama keduanya juga. Saat Hendry dan Derek hendak melewati Axel begitu saja, Axel memberanikan diri untuk menyapa keduanya dan mungkin bertanya langsung tentang Selena. Dia bingung kenapa mereka sudah seakrab ini, karena seharusnya hubungan mereka buruk jika ayah Selena mengetahui apa yang telah dilalui Selena saat bersama dengan Damian. “Di mana Selena?” Axel menatap dua pria paruh baya itu dengan nafas yang mulai stabil.Keduanya menoleh ke arah Axel. Gadis kecil yang dituntun
“Apa yang aku maksudkan tentang kau yang harus bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada Selena atau bahkan anak yang dikandungnya, aku ingin jika kau melakukan sesuatu pada istrimu itu.” Damian menatap Derek dengan tajam. Kemudian, matanya melirik ke arah Axel yang sekarang mempunyai sedikitnya peluang untuk berada di pihak Derek dan mungkin bisa mengeluarkan Selena dari kekangan Damian. “Selama bersamamu, banyak hal yang terjadi pada Selena. Kau membuatnya menangis, kau membuatnya kehilangan harapan untuk hidup. Apa kau sadar atas apa yang kau lakukan padanya?“ Axel mengeraskan rahangnya, dia berusaha untuk tenang. “Itu semua masa lalu,” balas Damian. Jawaban Damian meyakinkan Derek atas apa yang dikatakan Axel. Itu membuatnya cukup syok mendengar pengakuan Damian yang terlihat sama sekali tidak merasa bersalah atau gelisah. “Tapi ini yang dia inginkan. Dia ingin bersamaku, mengingat dia saat ini sedang hamil.” “Kau han
“Dia baik-baik saja sekarang?” tanya Grace. “Ya, dia baik-baik saja untuk saat ini. Tapi aku tidak tahu bagaimana dia akan bereaksi saat bangun nanti dan mengetahui jika dia keguguran,” ucap Luca sambil menghela nafasnya berat. Grace duduk di sebelah Luca sambil memakan camilan yang dia bawa. Dan Luca makan bersamanya, perutnya juga sudah kosong karena semua yang terjadi hari ini mencegahnya untuk makan. “Aku juga tidak bisa memastikan. Setahuku, dia tidak begitu terlibat secara emosi dengan anaknya. Begitu dia tahu jika dirinya hamil, dia juga tidak memberikan reaksi khusus,” gumam Grace. “Jika dipikir-pikir lagi, bagaimana caranya hamil adalah sesuatu yang salah. Maksudku, dia tidak melakukannya dengan cinta. Jadi, kehamilannya itu seharusnya memang kesalahan dan tidak membuatnya senang, bukan begitu?” tanya Luca sambil menatap Grace. “Itu tidak salah. Tapi yang menjadi perhatian adalah bagaimana dia tetap mau menjaga bayinya. Wala
Tanpa banyak bicara, Damian menarik Selena ke pelukannya. Tangannya dengan kuat menahan tubuh Selena yang terasa sangat lemas. Telapak tangannya yang berada tepat di belakang kepala Selena menunjukkan perlakuan halus dan perhatiannya saat ini. Melihat Selena menangis saat ini, antara dia sakit secara fisik atau mental, itu juga secara tak langsung menyakiti Damian. Damian sudah berusaha mengontrol dirinya dari rasa marah karena kehilangan anaknya. Namun, jika Selena sedang seperti ini, berhasil membuatnya merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Selena. Selena bisa merakan betapa rapatnya tubuh Damian dengan dirinya. Setengah wajahnya yang berada tepat di dada Damian membuatnya bisa mendengarkan detak jantung Damian yang sebenarnya normal, tetapi rasanya lebih intens. Beberapa saat kemudian, ledakan emosi yang dialami Selena berlalu, meninggalkan sosok Selena yang sekarang hanya duduk bersandar sambil memeluk bantal penghangat yang ada di atas
Untuk saat ini, yang perlu dipikirkan Selena adalah kesehatannya. Dia hanya perlu beristirahat selama beberapa hari ke depan. Setelah dipulangkan dari rumah sakit, Selena beristirahat ditemani Damian yang memindahkan semua pekerjaannya ke kamarnya. Damian saat ini bak suami yang overwork, hingga saat berada di kamar pun tetap bekerja. “Ada apa? Kau ingin camilan?” Damian menyadari jika Selena sekarang menatap ke arahnya terus. “Bukan, aku hanya sedang memikirkan hal lain,” jawab Selena. “Jangan memikirkan hal lain, pikirkan saja kesehatanmu dulu!” ujar Damian. “Aku tidak lagi hamil sekarang. Kau tidak perlu bertanggung jawab lagi,” balas Selena. Pikiran Selena membuat Damian menghentikan matanya pada sebuah kata di dokumen yang sedang di baca. Kebetulan kata itu adalah ‘memutuskan hubungan’ walau masih ada lanjutannya, yaitu ‘kerja’. Sangat kebetulan sekali Selena memikirkan hal yang sama. “Apa yang sebenarnya kau pikirkan?
Damian mengernyitkan dahinya tak percaya atas apa yang dia dengar dari mulut Selena. Damian cukup terpancing atas apa yang dikatakan Selena. Sikap Selena belakangan ini memang berhasil membuatnya merasa kesal. Namun mengingat kondisinya yang mengkhawatirkan, Damian berusaha menahan diri. Sekarang, di matanya Selena semakin keterlaluan. “Apa yang membuatmu begitu berani berkata seperti itu? Apa karena kau mengetahui siapa ayahmu dan kau merasa ada seseorang yang akan membantumu? Kau merasa jika ayahmu akan memperlakukanmu dengan baik?!” Damian semakin meninggikan suaranya. Sesaat, keheningan terjadi di antara mereka. Selena memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Damian. Dia terlihat masih ragu dengan keputusannya, namun sepertinya kondisi ini membuatnya semakin yakin. Selena menyingkap selimutnya yang ada di pangkuannya. “Mungkin begitu. Satu-satunya yang bisa kupercayai untuk melindungiku adalah ayahku. Kau harusnya sadar diri, bagaimana bisa aku mem
Dia tidak menginginkanku lagi. Damian menatap langsung ke mata Selena, berusaha mencari kebohongan namun yang dia temukan adalah kesungguhannya. Sesuatu yang membuatnya merasa marah, kesal, bahkan terlihat kecewa. “Tolong, aku hanya ingin bebas. Kau merenggut kebebasanku selama ini,” pinta Selena. “Aku mencintaimu, untuk itulah aku melakukannya,” balas Damian dengan cepat. Persetan dengan gengsi dan rasa malu, Damian saat ini hanya menggunakan segala cara untuk menahan Selena di sisinya, untuk membuatnya tidak bisa ke mana-mana. Dan jika Selena adalah pribadi yang lembut dan pengertian, sebagaimana dia ingin bertahan karena anak yang dikandungnya, maka cara yang harus dia gunakan adalah dengan mendapatkan pengertiannya. Sesaat begitu Damian mengatakan tentang cinta, Selena mengerutkan dahinya. Dia seolah tidak lagi percaya pada cinta. Dan yang dia lihat dari cincin yang saat ini Damian tawarkan adalah borgol yang akan terus membeleng
“Kak Selena!” Jerit riang Angela menyambut Selena saat Selena memasuki sebuah rumah yang cukup besar dan mewah. Dia juga disambut oleh para pelayan yang merawat rumah itu. Selena menatap bingung ke arah Angela dan pelayan yang menyambutnya. Meski begitu, dia tersenyum tipis melihat Angela begitu riang menyambutnya. Yang bisa Selena rasakan adalah, gadis kecil itu tidak tahu apa-apa, dia masih lugu perkara ini. “Halo,” sapa Selena dengan ramah pada adiknya tersebut. “Maaf, Angela sikapnya terlalu netral hingga tak punya siapa pun untuk dibenci. Berbeda dengan Arsella. Arsella... aku harap kau mengerti,” ucap Derek sambil tersenyum halus pada Selena. “Kami seumuran, kami bukan lagi anak-anak dan kami sudah dewasa. Aku mengerti.” Derek sedikit kecewa saat menatap Selena yang sepertinya tidak berniat untuk menjalin hubungan dekat, dan mungkin hanya menjadikannya pijakan untuk keluar dari mansion Damian. Meski begitu, menurutnya
Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana
“Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan
Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge
Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana
Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.
Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru
“Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu
“Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa
Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann