“Aku sungguh-sungguh. Tuan Hendry sendiri yang mengatakannya. Kau tahu betapa gagahnya dia sangat meminta tolong padaku untuk menjaga calon cucunya? Aku benar-benar terkesan.”
Luca berbicara dengan sangat meyakinkan pada rekan-rekannya itu. Mereka yang mendengarnya terlihat terkesan juga dan sepertinya mereka akan lebih mulai berhati-hati pada Selena, dalam artian untuk menjaga calon bayi yang dikandungnya, yang kelak akan menjadi putra atau putri Damian.“Aku benar-benar penasaran, yang lahir akan laki-laki atau perempuan. Jika perempuan, sepertinya akan ada yang berikutnya. Jika laki-laki, mungkin dia akan menjadi satu-satunya hingga dia tumbuh dan meminta adik dengan sendirinya.” Salah satu dari mereka tertawa.“Itu benar. Biasanya selalu begitu.”“Tidak peduli yang ini akan terlahir laki-laki atau perempuan, tapi kita hanya perlu memastikan keamanan dan kenyamanan Nona Selena,” kata Luca dengan lebih serius.“Tapi, bagaimana dengDamian memegangi keningnya, sekarang kepalanya juga terasa sakit. Hari ini dia sama sekali tidak bisa beraktivitas. Kondisi tubuhnya memburuk setelah dia tertular morning sickness Selena. Perasaan ingin muntah masih ada di dadanya, namun dia benar-benar tidak mau mengeluarkannya. “Jika kau menahannya terus, tubuhmu tidak akan terasa baik sama sekali,” ujar Luca. Selena terkikis geli saat dia menempelkan plester penurun demam karena suhu tubuh Damian meningkat. Dia dalam keadaan baik-baik saja, dan merasa lebih baik saat Damian justru merasa tidak baik. Ini pertama kalinya Selena melihat Damian sakit, di mana dia terlihat sangat tak berdaya. “Aku benci mengeluarkannya. Jika aku mengeluarkannya, itu tidak akan satu kali. Akan ada beberapa gelombang lagi. Kemudian, jeda beberapa menit, gelombang itu akan datang lagi. Aku benci perasaan itu.” Damian terbaring di kasurnya, lebih pucat karena dia tak mau memakan apa pun. “Ya, memang itu yang umumnya
“Selena tidak dibesarkan ibunya. Aku menemukan namanya di daftar panti asuhan.” Pria muda yang melayani Derek menyerahkan tabnya. Di mana dia telah mengumpulkan semua yang dia bisa mengenai Selena. Beberapa informasi yang dia dapatkan terlihat sangat berguna bagi Derek. Apa lagi ketika Derek menerima tab itu dan melihat sosok Selena kecil di antara beberapa anak panti lainnya. Yang mana membuatnya sedikit terenyuh begitu melihatnya. “Panti asuhan, ya?” gumam Derek sambil memperbesar foto di bagian Selena. Pria muda itu sudah memperbaiki kualitas fotonya, yang memungkinkan saat diperbesar, itu tidak akan begitu buram. Dan terbukti dengan Derek yang sekarang menghela nafasnya panjang, karena bisa melihat Selena kecil dengan jelas, yang cukup mirip dengan putrinya saat masih kecil juga. “Dia sepertinya baru saja menangis saat itu.” Derek menatapnya penuh iba. “Foto itu diambil setelah sekitar seminggu nama Selena masuk ke panti asuhan.
Alice Raguano tertawa mendengar ucapan dari wanita yang bersikeras untuk menemuinya dengan iming-iming membawa sebuah informasi besar. Dia tertawa dengan geli mendengarkannya. “Siapa lagi yang akan menggunakan nama Raguano selain anggota keluarga kami?” balasnya sambil tertawa pelan dengan geli, walau terlintas kegelisahan di dalam hatinya sesaat.Sementara si kepala pelayan saat itu mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikan sebuah foto. Sebuah foto lama Selena yang diambil ketika Damian sedang menguntitnya sebelum akhirnya menculiknya. Foto yang cukup untuk menggambarkan jawaban dari pertanyaan Alice barusan. Alice masih tersenyum sebelum melihat dengan jelas foto itu. Dia menerimanya dengan santai dan memperhatikan foto itu. Wajahnya belum berubah sama sekali saat menatapi foto tersebut. “Ya ampun, apa ini?” Alice menatapi foto itu cukup lama, keningnya berkerut saat dia merasa familier dengan foto tersebut. Kemudian, Alice me
“Kau bisa membatalkan reservasinya, kenapa kau harus bingung?” tanya Luca. “Aku tidak bisa membatalkannya begitu saja. Meski masih merasa tidak enak badan, kita akan tetap makan malam di sana. Apa kau lupa, jika besok kita harus pergi Beijing?” Damian menatap Luca. “Tentu saja aku ingat. Aku lebih ingat jadwalmu dari pada kau sendiri,” balas Luca. “Kita akan menetap beberapa hari di Beijing. Dan rasanya, jika aku pergi begitu saja... Ah, bagaimana menjelaskannya?” Damian memegang keningnya, satu tangannya bertumpu pada pinggangnya. Luca melebarkan matanya dan terkekeh pelan. Dia mengerti kenapa Damian bersikeras untuk tetap datang ke restoran itu. Pria itu bahkan sampai mau memaksakan dirinya seperti itu demi seorang gadis. Biasanya, dia tidak akan repot-repot mengurus hal seperti ini. Saat keduanya masih berada di ruangan Damian dan Damian juga harus mengecek beberapa hal karena seharian ini dia tidak aktif bekerja. Ada beberapa dok
Selena merintih pelan saat Damian menggigit bahunya. Kemudian, bibir Damian menyapu tulang selangkanya, hingga wajah Damian berada di tengkuk Selena saat ini. Pria itu mengendus leher Selena, dan mengecupnya seolah itu pertanda maaf setelah menggigit bahunya. “Maaf, lain kali aku tidak akan membahas Axel lagi.” Selena mengerti apa yang diinginkan Damian. Damian hanya berdeham sebagai jawaban. Namun untuk saat ini dia tidak akan melepaskan Selena begitu saja. Dia menggigit pelan kulit leher Selena, yang membuat Selena harus memekik pelan.Setelah memberikan beberapa gigitan, Damian justru menghisap kulit leher Selena di beberapa titik. Menghisapnya cukup lama hingga meninggalkan bekas-bekas merah yang tak akan hilang dalam semalam. Tangannya tak tinggal diam, tangan Damian menjelajahi tubuh Selena. Nafas Damian memberat, suaranya semakin rendah juga. Sementara Selena menggeliat di bawah tubuh Damian. Dia tak menolak. Sentuhan Damian yang jauh le
“Hah... selalu aku.” Grace menghela nafasnya saat dia menemani Selena ke kamarnya. “Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa. Kau hanya perlu mengatakannya. Tidak mau. Begitu.” Selena menatap Grace, dia bisa memaklumi jika Grace mungkin muak untuk bersamanya terus. “Bukan begitu. Bukannya aku tidak mau.” Grace sedikit panik karena Selena berpikir demikian. “Hanya saja... tidak. Tidak mungkin untuk menolak perintah Tuan Damian. Tapi aku senang bisa jalan-jalan bersamamu walau harus ke rumah sakit lagi nanti. Hari ini, aku diizinkan untuk membawamu keluar dan jalan-jalan.” Grace terlihat bersemangat hari ini. Karena dia akan keluar bersama Selena seharian ini. Selena juga terkejut Damian mengizinkannya pergi jalan-jalan begitu saja. Itu membuatnya memikirkan tentang ucapan Damian mengenai siapa yang akan dia temui malam ini dan makan bersamanya. “Dia akan pergi makan malam dengan seorang gadis. Sepertinya karena itu dia mengizinkanku keluar. Mungki
“Dia ada di sini tadi. Dia bilang akan melihat-lihat yang ada di bagian depan di dekat pintu utama. Aku sungguh-sungguh, tadi dia bersamaku. Aku hanya meninggalkannya sebentar untuk melakukan transaksi. Ini benar-benar tidak masuk akal jika dia kabur.” Grace mencengkeram rambut bagian depannya dengan frustasi saat tak menemukan Selena bersamanya. Dia tak tahu Selena pergi ke mana. Dan yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana dia harus menghadapi situasi seperti ini. Sementara Luca yang sedang dihubungi Grace sekarang panik, segera keluar dari toko bersama Damian. Damian tak terlihat panik, dia hanya terlihat jengkel dan marah saat itu. “Kau minta tolong saja pada orang-orang di butik untuk mengecek rekaman pengawas dan beritahu aku ke arah mana Selena pergi,” ujar Luca. “Jadi dia kabur setelah semua yang dia katakan padaku? Dia mempermainkanku? Aku tidak akan membiarkanmu lolos, Selena.” Damian mengepalkan tinjunya di sisi bahunya.
“Suasana macam apa ini?” Damian merinding setelah mendengar apa yang dikatakan ayahnya. “Langsung saja dan berterus terang. Ayah mengetahui siapa dalang di balik ini? Perkataan ayah baru saja mengisyaratkan jika ayah benar-benar tahu dalangnya.”“Tentu saja. Siapa lagi jika bukan keluarga Raguano?” “Tapi bagaimana mereka bisa mengetahui tentang Selena? Aku bahkan tidak pernah sengaja—”“Aku yang memberitahu ayah Selena tentang keberadaan Selena. Sebelum mendatangimu, aku tentu mencari tahu siapa gadis itu. Dan cukup mengejutkan mengetahui dia adalah putri Derek. Hanya saja, aku tentu bingung tentang putrinya yang tidak dikenal itu. Akhirnya aku dan berbincang sejenak di telepon mengenai Selena.” “Bagaimana bisa Ayah—”“Tunggu dulu. Sebaiknya kau mendengarkan aku lebih dulu. Derek sudah kuberi peringatan. Aku akan menjadikan Selena menantuku, aku sudah memberi tahunya. Jadi, seharusnya dia tidak berusaha untuk mengganggu Selena sama seka