“Ibu, kelihatannya minggu depan aku akan segera kembali ke mansion Damian,” ucap Selena.
Sabrina menatap ke arah Selena dengan perhatian. “Hum? Cepat sekali kamu pergi lagi.”“Ah, temannya Damian akan melamar Grace. Jadi, aku ingin berada di sana. Ingat, Grace? Grace adalah dokter sekaligus teman untukku.” Selena menjelaskannya dengan perlahan.“Kau baru beberapa hari di sini. Memangnya kau tidak merindukan ibumu?” tanya Nenek.“Aku sudah berada di sini sekitar seminggu. Aku ingin berada lebih lama di sini, tapi aku tidak ingin melewati acara lamaran Grace. Lagi pula, aku akan sering-sering berkunjung ke rumah ini.”Selena tersenyum simpul, dia kelihatannya ingin meyakinkan mereka untuk kembali ke mansion Damian. Dia seperti berusaha membujuk mereka, padahal dia bisa saja meninggalkan tempat itu begitu saja tanpa perlu berbasa-basi. Namun, itu bentuk penghargaannya pada keluarganya.Nenek menghela nafasnya, kelihatannya berBeberapa hari kemudian, Selena akhirnya hendak kembali ke mansion Damian setelah ditahan untuk beberapa hari lagi oleh neneknya. Nenek dan ibunya menginginkan Selena untuk tinggal lebih lama. Makanya, Selena hanya bisa menjanjikan dia akan berkunjung lagi nanti. “Aku akan sering-sering berkunjung,” ucap Selena sambil menatapi barang bawaannya, termasuk serangga yang sudah disiapkan sebagai oleh-oleh, sebuah oleh-oleh yang tidak biasa. “Kau yakin akan bersamanya terus? Kau tahu, akan lebih baik jika kau tinggal di rumah Ibu sebelum kau benar-benar menikah,” ujar Axel sambil membawakan barang bawaannya Selena ke mobil.“Aku sudah bukan anak kecil lagi, tidak perlu menyarankanku tentang keputusan yang telah kubuat,” balas Selena sambil menghela nafasnya, dia sedikit jengkel Axel terus membahasnya. “Kau benar-benar bukan cucu yang bisa diandalkan,” sindir Kakek yang menatap sinis ke arah Selena. Selena menatapnya dengan sedikit kaget. Jel
Selena tiba di mansion Damian, hanya sampai gerbangnya saja karena ada beberapa orang yang menjaga di sana. Dan itu membuat Selena keluar dari mobil Axel, Axel membantunya mengeluarkan barang bawaannya. Saat melihat Axel, orang-orang itu langsung menodongkan senjata ke arahnya. “Dia di sini hanya untuk mengantarku,” bela Selena seraya menahan orang yang berusaha mendekati Axel, sepertinya dia hendak mengancamnya dari dekat. Melihat Selena membuatnya hanya mendengus dan menurunkan senjatanya. Tiga orang lainnya yang ada di sana juga ikut menurunkan senjata mereka. Selena meneguk ludahnya, melihat bagaimana sigapnya mereka, ditambah dengan bagaimana mereka menurut padanya membuatnya sedikit takjub. Dia punya kuasa atas orang-orang ini. “Tuan Damian tidak mengatakan apa pun soal kepulangan Anda. Anda pulang terlalu tiba-tiba,” ucap salah satunya sambil menatap ke arah Selena. “Oh, aku berniat mengejutkannya. Dia masih bekerja di kantor?” tanya Se
Malam itu, Grace menginap di mansion untuk menemani Selena. Keduanya tidur di salah satu kamar tamu. Sambil menjaga serangga-serangga itu, merawatnya, keduanya juga sedang mengobrol bersama. Grace masih sangat penasaran dengan semuanya, tapi jawaban Selena hanya menjawab iya atau tidak, dengan template pertanyaan Grace. “Jadi, selama ini ibumu juga tahu semua yang telah terjadi padamu?” tanya Grace lagi. “Iya, selama ini dia mengetahui semuanya.” Selena menganggukkan kepalanya. Grace menghela nafasnya dan menatap Selena dengan kesal. Entah kenapa Selena tidak seperti biasanya. Selena tak begitu bersemangat untuk menceritakan apa pun padanya. “Hey, ada apa sebenarnya denganmu? Kau tidak mau bicara padaku, atau bagaimana? Kenapa kau terus menjawab pertanyaanku dengan singkat? Ah, kau memanjangkannya hanya dengan meniru pertanyaanku menjadi pernyataan untukmu. Itu menyebalkan, tahu? Aku memancingmu untuk bicara dari tadi tentang keluargamu!” kelu
Selena sedikit terkejut dengan bagaimana genggaman eratnya Damian menggenggamnya. Dia tahu pria itu akan merindukannya setelah pergi beberapa hari. Dia tersenyum simpul, bisa memaklumi kenapa Damian mendekapnya dengan sangat erat seperti ini. Dia bahkan tertawa karenanya. Sementara Damian, salah satu tangannya mencengkeram kuat koper yang ia pegang, saat satu lengannya masih melingkar di pinggang Selena. Tubuhnya bersandar pada Selena, menekan tubuhnya ke tubuh gadis itu dengan kuat. Damian menenggelamkan wajahnya di bahu Selena, menyesap kuat-kuat aroma baru yang dihasilkan gadis itu. Aromanya sangat memikat. “Aku merindukanmu, tahukah kau?” Dengan suara seraknya, Damian berbisik di telinga Selena. Selena melingkarkan tangannya di pinggang Damian, dia juga berusaha membuat pria itu melepaskan rasa rindu padanya. Gadis itu hanya mengangguk pelan dengan senang. Kemudian, Damian menarik diri untuk melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Selena
Selena tak menyangka Damian terlelap begitu cepat di atas tubuhnya hanya dengan sentuhan kecil di rambutnya. Itu membuat Selena bertanya-tanya apakah pria itu memang sangat kelelahan. Dia hanya tersenyum menatapi kepala Damian yang tepat di depan wajahnya dan menghirup aroma rambut Damian. Rambut pria itu wangi, mengingat Damian juga merawat dirinya dengan baik. Dia mengusap rambutnya dengan nyaman karena rambut Damian sangat halus dan lembut. *** Keesokan harinya, Damian dan Selena sedang sarapan bersama setelah sekian lama tidak sarapan bersama. Selena makan dengan lahap seperti biasanya. Nafsu makannya juga sedang tinggi karena hormonnya yang tak stabil saat sedang mengalami menstruasi. “Kenapa kau makan sedikit sekali?” Selena menatapi Damian yang kelihatannya tidak nafsu makan. “Aku hanya belum menyentuh makananku,” balas Damian seraya menatapi layar ponselnya, dia terlihat lebih segar dan lebih baik dalam penampilannya ketimban
“Ah, akhirnya kau mengajakku jalan-jalan juga. Aku senang mengetahui kita akhirnya menghabiskan waktu untuk makan bersama di sore hari, dengan menggunakan gaun. Ini benar-benar luar biasa!” Grace mengoceh sambil menatap Selena tak percaya. Selena tersenyum menanggapinya. Dia juga senang melihat Grace yang sangat antusias untuk ini. Biasanya Grace yang mengajaknya, namun kali ini sepenuhnya rencana Selena dan yang lainnya. Grace dijemput menggunakan salah satu mobilnya Damian, yang dikemudian oleh sopir Damian. Hanya Selena yang bisa membuat Grace bisa menaiki mobil mewah itu untuk acara yang dia pikir adalah acara mereka berdua, apa lagi tempatnya telah ditentukan juga. “Oh, aku akan berfoto dengan baik. Aku ingin memamerkan mobil yang aku tumpangi, aku mau memamerkan gaun yang tak pernah aku pakai sebelumnya,” ungkap Grace. “Aku akan membantumu dalam mengambil gambar, nanti bantu aku juga, ya!” Selena juga antusias.
Suara tembakan itu berasal dari seseorang yang baru keluar dari area dapur. Suasana yang tadinya tenang dan damai saat waktunya makan malam, mendadak menjadi rusuh. Semua orang langsung berlari, berusaha untuk menyelamatkan diri dan menjauh dari area terjadinya tembakan barusan. Selena masih tertunduk, dia terlihat gemetar takut karena peluru itu melintas terlalu dengannya. Meski seharusnya Damian yang lebih gemetar karena peluru itu nyaris mengenai tangannya. Namun, pria itu punya pertahanan yang bagus. Dia juga sebenarnya kaget dan langsung mencari si penembak sambil segera bangkit untuk membawa Selena keluar dari tempat itu segera. “Semuanya ke sebelah sini! Cepat, cepat, cepat!” Seseorang secara mendadak menjadi pengarah untuk melakukan evakuasi darurat yang harus segera dilakukan di area itu. Tembakan itu tak hanya berlangsung sekali, namun masih ada beberapa tembakan yang terus diluncurkan secara acak. Tembakan itu tidak diarahkan ke tamu undangan
Luca mencari Damian setelah pintu itu ditutup. Dia mengeluarkan ponselnya untuk segera menelepon Damian. Grace di sisinya juga tampak celingukan untuk menemukan Damian dan Selena tang menghilang entah ke mana dari pandangan mereka. Seharusnya mereka sudah keluar. Di dalam, Damian mengeluarkan ponselnya yang berdering. Dan kemudian menatapnya sejenak, itu dari Luca. Dia menghela nafasnya dan mengangkat telepon itu. Dari luar, Luca tampak sedikit lega saat akhirnya Damian mengangkat teleponnya. “Kau ada di mana? Aku mencarimu ke mana-mana,” omel Luca sambil menggerutu pelan. “Aku di dalam. Sepertinya orang yang melakukan evakuasi bukan tamu undangan, bukan juga pihak restoran. Aku berada di dalam bersama Selena.” Di dalam sana, Damian sedang menganalisis sekitarnya. Dia sudah tak melihat siapa pun lagi selain dirinya, Selena dan Derek. Dia tak tahu Derek bersama berapa orang, hanya saja yang tampak saat ini hanya ada Derek. Dia penasar