Share

Bab 46

Author: Camelia
Mungkin tidak ada hal lain di dunia ini yang lebih memalukan dari ini. Saat mereka hendak memasuki fase intim, menstruasi Aura datang tepat pada waktunya.

Siklusnya memang tidak pernah teratur. Setiap kali datang bulan, rasa sakit di perut bagian bawahnya terasa seperti disayat pisau. Kali ini juga tidak terkecuali.

Awalnya Jose mengira dia hanya berpura-pura. Namun, saat tangannya menyentuh kening Aura yang basah oleh keringat dingin, alisnya langsung berkerut.

"Ada apa?" tanyanya dingin.

Padahal baru beberapa menit yang lalu dia masih memburu dan berusaha menaklukkan bak binatang buas. Namun kini, suaranya terdengar jernih dan tenang, sama sekali tidak menyisakan jejak emosi yang tadi sempat membara.

Aura menggeliat kesakitan dan tubuhnya meringkuk. Perutnya terasa seperti sedang ditusuk-tusuk dari dalam. Namun di hadapan Jose, dia masih ingin menjaga sedikit harga dirinya.

Dengan sisa tenaga yang dia kumpulkan, Aura berbisik, "Aku nggak apa-apa. Pulanglah."

Suaranya sangat pelan, se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 47

    Ibu yang selalu lembut dalam ingatannya, tiba-tiba mengangkat kepala menatapnya dengan wajah penuh luka berdarah. Dia bertanya pada Aura, mengapa Aura mengakui musuhnya sebagai ibu.Aura tersentak dan terbangun dari tidurnya."Ah ...." Dia menghela napas pelan, lalu membuka mata dan mendapati Lulu sedang menatapnya dengan penuh kekhawatiran. "Aura, kamu kenapa?"Aura terdiam sejenak. Kemudian, dia baru menyadari bahwa yang tadi itu hanyalah mimpi. Hanya saja, meskipun itu cuma mimpi, dadanya tetap terasa sesak."Kenapa kamu bisa ke sini?" tanyanya.Sambil menuangkan air panas ke dalam gelas, Lulu menjawab, "Tadi aku telepon kamu, yang angkat suster. Katanya kamu dirawat, jadi aku langsung datang."Aura hanya mengangguk dan menerima air dari Lulu. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Masalah aku dirawat ini, jangan beri tahu siapa pun."Lulu mengangkat alisnya sedikit. "Aku dengar dari suster, yang ngantar kamu ke sini adalah pria yang sangat tampan. Tapi sepertinya bukan Daffa, ya?

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 48

    "Hari ini hari bahagiamu, adikmu bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap. Katanya nggak mau buat kamu malu." Serra menarik Aura maju, lalu berkata dengan ramah pada Donna, "Besan, mulai sekarang Aura kami serahkan padamu. Aku benar-benar tenang kalau dia ada di tanganmu."Nada bicaranya begitu akrab, seolah-olah sia benar-benar ibu kandung Aura. Donna tidak menanggapinya dan hanya menoleh ke arah lain.Sebagai sahabat dari mendiang ibu kandung Aura, Donna memang tidak pernah menyukai Serra sejak awal. Dalam situasi seperti ini pun, tidak langsung menyindir Serra saja sudah termasuk sangat berbaik hati.Melihat Serra agak canggung, Aura pun tersenyum dan menambahkan, "Ibu kandungku dan ibu Daffa itu sahabat dekat sejak dulu. Jadi ... kurasa Anda nggak usah khawatir."Aura sengaja menyebut ibunya, semata-mata untuk membuat Serra merasa tidak nyaman. Benar saja, ekspresi Serra langsung berubah. Senyum ramah yang tadi dibuat-buat nyaris tidak bisa dipertahankan.Saat itu pula, Daffa membuka pi

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 49

    Aura menoleh dan melirik ke arah Ghea. Gadis itu mengangkat dagunya dengan sikap menantang, lalu berkata, "Kak, aku juga nggak ada kegiatan sore ini. Ayah minta aku menemani kalian belanja.""Nggak merasa terganggu, 'kan?"Aura menatapnya melalui kaca spion. Saat menangkap tatapan penuh rasa iri dari wajah Ghea, dia tersenyum sinis. "Tahu itu mengganggu tapi masih nekat ikut. Kulit wajahmu memang tebal."Ucapan Aura memang selalu blak-blakan mempermalukan seseorang. Ghea tercekat dan tidak bisa membalasnya.Aura kemudian mengangkat tangan untuk melihat kukunya yang baru saja dirapikan, lalu berkata, "Tapi kalau kamu memang mau ikut, ya silakan saja."Di sisi lain, Daffa sebenarnya tidak ingin Ghea ikut serta. Namun, karena Aura sudah bicara begitu, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Akhirnya, dia hanya diam dan mulai menyalakan mobil.Sepanjang perjalanan, Ghea duduk di kursi belakang sambil menatap Aura dengan penuh rasa dengki. Dia benar-benar iri.Terutama saat melihat Daffa yang

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 50

    Sudut bibir Aura menyunggingkan senyuman. "Hari ini nggak ada kegiatan, jadi aku mampir untuk lihat Daffa lagi ngapain."Begitu dia selesai bicara, Donna tampak sedikit tersendat. Aura tahu, kemungkinan besar Daffa memang belum pulang.Benar saja, Donna menariknya duduk di sofa dan berkata, "Tadi malam ada urusan kantor, ayahnya suruh dia lembur. Jadi sampai sekarang belum pulang. Kamu duduk dulu ya, biar aku telepon Daffa sebentar."Lembur?Yang disebut "lembur" itu kalau Daffa dan Ghea sedang "bekerja keras" di ranjang. Melihat Ghea juga tidak pulang semalam, sepertinya mereka cukup menikmati malamnya.Wajah Aura tetap tenang saat menampilkan sosok calon menantu yang manis dan lembut. "Nggak masalah, Ibu. Kalau Daffa memang sedang sibuk urusan kantor, nggak usah diganggu."Dia menoleh ke sekeliling, lalu berkata seolah tanpa maksud, "Kalau begitu, boleh aku menunggu di kamar Daffa saja?"Sejak kecil, Aura memang sering berkunjung ke rumah Keluarga Santosa, jadi dia sangat akrab denga

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 51

    Usai bicara, Aura langsung turun tangga dengan terburu-buru sambil mengenakan sepatu hak tingginya. Dia benar-benar takut jika terus bersama Daffa lebih lama lagi, dia tidak akan bisa menahan diri untuk menghancurkan pria itu.Sebenarnya kalau dipikir-pikir, saat kecil Daffa termasuk lelaki yang menawan. Mereka tumbuh besar bersama, dan Aura sudah sering menerima perlindungan darinya. Kalau tidak, Aura juga tidak mungkin rela menuruti pria itu selama bertahun-tahun ini.Hanya saja, entah sejak kapan, Daffa menjadi semakin asing baginya. Aura bahkan sudah tidak bisa mengingat dengan jelas sosok Daffa yang dulu pernah melindunginya dari sekelompok preman.Saat melewati jendela di koridor, dia menengadah dan memandangi langit di luar.Padahal saat datang tadi, langit cerah dan matahari bersinar terik. Namun sekarang, langit sudah dipenuhi awan mendung.'Cuaca bisa berubah, begitu juga manusia," batin Aura.Begitu turun ke bawah, Donna sudah meminta seseorang untuk menyiapkan buah. Dia men

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 52

    Riana juga tersenyum. Keduanya memang seumuran. Jadi hanya dalam sekejap, mereka sudah langsung asyik mengobrol gosip. Donna yang tadi sempat kesal, kini sikapnya telah berubah. Dia berkata pada desainer, "Nggak apa-apa, kita semua saling kenal, jadi kami tunggu saja."Setelah itu dia menoleh pada Aura dan Daffa, lalu berkata, "Aura, kalian bisa mulai lihat-lihat dulu gaya yang kalian suka. Pilih-pilih saja dulu."Mendengar ucapannya, Riana lalu menoleh ke arah Aura dan tersenyum sambil berkata pada Donna, "Selamat ya, cantik sekali calon menantunya. Dengar-dengar kalian sebentar lagi mau adakan pesta pertunangan?"Donna tersenyum senang, "Iya, aku juga baru mau kirim undangan ke keluarga kalian, lho."Keduanya lalu tertawa kecil sambil berjalan ke sisi lain untuk minum kopi dan mengobrol soal gosip.Aura merasa sungkan kalau langsung pergi, jadi dia akhirnya membiarkan Daffa menariknya untuk mulai memilih gaun.Untungnya, Jose adalah tipe orang yang bersikap dingin di hadapan semua or

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 53

    Baru saja selesai bicara, suara Donna langsung terdengar dari belakang, "Aura, perusahaan kecilmu itu anggap saja buat main-main, nggak usah terlalu serius. Kalau memang nggak jalan, nanti setelah kamu nikah sama Daffa, kerja saja di Grup Santosa.""Supaya bisa saling bantu sesama keluarga."Aura hanya membalas dengan senyum anggun tanpa memberi jawaban jelas.Bagaimanapun, hanya dia sendiri yang tahu, dia pasti tidak akan pernah masuk ke Grup Santosa.Hari ini dia tidak membawa mobil. Setelah turun di kawasan pusat kota, dia berjalan cepat menuju tempat tujuan. Namun saat tiba, Jose belum juga datang.Baru saja dia mengangkat ponsel dan hendak menelepon, tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke dalam ruangan. Namun, Aura tidak panik. Sebab, aroma tembakau yang familier di ujung hidungnya membuatnya langsung tahu siapa pria itu.Jose memang bukan tipe orang yang banyak bicara.Begitu masuk ruangan, dia langsung menjatuhkan Aura ke tempat tidur. Namun di saat-saat terakhir, dia justru be

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 54

    Aura duduk di atas ranjang beberapa saat dan akhirnya bisa berpikir lebih jernih.Jose itu tipe pria yang belum pernah merasakan penolakan. Ini mungkin pertama kalinya dia bertemu wanita seperti Aura yang bisa pergi begitu saja tanpa beban. Dia jelas belum terbiasa. Itu cuma bentuk rasa kepemilikan yang khas dimiliki pria berkuasa.Aura merapikan pakaiannya, lalu bangkit dan turun ke bawah.Baru saja hendak beranjak ke pinggir jalan untuk menghentikan taksi, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia menunduk sekilas dan seketika genggamannya pada tas mengencang, buku-buku jarinya pun memucat.Tanpa berpikir panjang, dia langsung naik ke sebuah taksi dan melesat pulang.Hari ini hari libur, semua anggota keluarga sedang ada di rumah. Bahkan Ghea pun sudah pulang. Melihat Aura masuk dengan langkah cepat dan ekspresi marah, Anrez langsung angkat suara."Jadi gadis kok ceroboh begini?" Dia mengernyit dan melanjutkan, "Kalau nanti kamu tetap begini setelah menikah ke Keluarga Santosa, orang-oran

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 109

    Awalnya, Aura berencana bersembunyi di sini beberapa hari, lalu kembali untuk menghadapi Serra dan Ghea melanjutkan akting mereka. Namun, dia tak menyangka Anrez akan mencarinya sampai ke tempat ini.Mendengar kata-kata Anrez yang membuatnya muak, Aura menggerakkan lidah untuk menekan pelan pipinya yang masih mati rasa akibat tamparan.Dia terkekeh dingin sambil menatap Anrez penuh sindiran. "Ghea sudah membuatku jadi bahan tertawaan di seluruh kota. Aku saja belum sempat cari dia, malah kamu yang duluan mencariku," ucapnya."Anrez, hari ini yang dipermalukan itu aku. Atas dasar apa kamu memukulku?"Saat berbicara penuh emosi, Aura bahkan tidak memanggilnya "Ayah" lagi. Karena baginya, Anrez sudah tidak pantas lagi disebut seperti itu.Anrez tertegun menatap Aura dengan ekspresi terkejut. "Kamu manggil aku apa tadi?""Hah, lalu seharusnya aku memanggilmu apa? Di dunia ini, mana ada ayah yang bukannya membela putrinya yang dipermalukan, malah ikut-ikutan menyakitinya? Coba lihat sendiri

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 108

    Jose sama sekali tidak menggubris sindiran Aura. Dia hanya mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sesuatu di layarnya dengan sibuk.Saat Aura baru saja ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba Jose bersuara, "Berhenti."Kali ini perintah itu ditujukan kepada sopir. Anehnya, kali ini sopir itu langsung mendengar dan segera menghentikan mobil di pinggir jalan.Aura turun dari mobil. Baru saja dia hendak menundukkan badan sedikit untuk mengucapkan terima kasih, mobil Jose sudah melaju kencang meninggalkannya.Aura hanya terdiam.Suasana hati Jose memang sulit ditebak. Pemikirannya selalu saja berubah-ubah. Saat ini, dia terlihat sedang marah, tetapi entah apa yang membuatnya kesal.Saat Aura baru hendak menghentikan taksi, ponselnya tiba-tiba berdering. Melihat nama "Anrez" yang terpampang di layar, Aura langsung mendengus pelan dan tanpa ragu menekan tombol "tolak panggilan".Setelah berpikir sejenak, dia langsung mematikan ponsel sekalian. Dia tahu, Anrez menelepon hanya untuk memarahinya atau

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 107

    Daffa menggertakkan gigi, seluruh tubuhnya masih dilanda kebingungan. Sudah lama dia merencanakan bagaimana akan menaklukkan Aura sepenuhnya malam ini. Namun, dia sama sekali tidak menyangka akan terjadi perubahan sebesar ini.Suasana di tempat itu hening seketika. Selain pihak yang terlibat, semua orang lainnya hanya menatap dengan penuh penasaran. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa datang ke pesta pertunangan malah bisa menyaksikan skandal seheboh ini.Sementara itu, Ghea berlari mendekati Daffa dengan panik. "Kak Daffa, bukan begitu! Jelas-jelas yang kupasang tadi itu ...."Aura memandangnya dengan tatapan dingin, lalu melangkah ke depan dan menyiramkan seluruh minuman di tangannya ke wajah Ghea. "Nggak perlu dijelaskan pun, aku tahu itu ulahmu.""Kamu begitu tergila-gila sama Daffa sampai rela menggunakan segala caraa untuk bersama Daffa. Kalau begitu, aku akan mengabulkan keinginanmu."Selesai berkata demikian, Aura melangkah pergi dengan sepatu hak tingginya, memberi kesan ba

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 106

    Aura terdiam.Meskipun Jose mengucapkan kata-katanya dengan wajah serius, Aura sangat jelas menyadari makna tersembunyi di balik itu.Tatapan Jose membuatnya sedikit tidak nyaman. Aura tersenyum tipis dan berkata, "Paman, teman-temanku baru datang, aku mau ke sana sebentar menyapa mereka. Silakan lanjutkan obrolannya."Di depan para orang tua, Aura memang selalu tampil sangat sopan dan patuh.Markos tersenyum ramah, "Baik, pergilah."Daffa tidak banyak bicara sejak tadi. Begitu Aura berbalik pergi, dia pun diam-diam mengikuti. Begitu melewati sebuah sudut, Daffa langsung menarik Aura ke sebuah pojok yang sepi."Mau apa?" tanya Aura sambil menatapnya dingin. "Di sini banyak orang, jangan macam-macam."Daffa mengangkat tangan dan mengelus lembut pipi Aura. "Aura, aku nggak suka tatapan Jose padamu. Kalau ketemu dia lain kali, kamu harus jaga jarak."Sebagai sesama pria, Daffa sangat memahami bahwa pandangan yang dilemparkan Jose tadi penuh hasrat yang membara.Aura menaikkan alis menatap

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 105

    Jose tersenyum, lalu langsung membalik keadaan. Tangan besarnya yang ramping membelai punggung halus Aura. Setiap inci gerakannya membuat tubuh Aura bergetar tak terkendali.Namun, mengingat di bilik sebelah ada Daffa dan Ghea, Aura hanya bisa menahan diri dan berusaha sekuat mungkin agar tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun.Jose tampaknya sengaja ingin mencari masalah. Dia menggigit lembut bagian dada Aura."Uh ..." Aura akhirnya tidak sanggup lagi bertahan dan mengeluarkan desahan lirih. Barulah Jose merasa puas. Senyum di sudut bibirnya semakin dalam dan penuh kenikmatan.Betapa tidak masuk akalnya situasi saat ini.Di hari pertunangan, kedua calon pengantin malah sibuk bermesraan ... tapi dengan orang lain.Kalau isu ini tersebar, pasti akan menjadi berita besar. Akan tetapi, Aura tidak merasa menyesal. Untuk apa setia pada orang-orang yang sudah mengkhianatinya?"Fokus," gumam Jose dengan suara rendah, seraya kembali menggigit kecil kulitnya.Saat semuanya hampir berakhir, da

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 104

    "Baik." Donna mengangguk.Aura pun melangkah keluar. Daffa baru saja ingin mengikuti, tapi langsung ditahan oleh Donna."Daffa, kamu tinggal di sini dan sambut tamu-tamu, terutama Paman Anrez dan lainnya."Daffa terpaksa mengurungkan niatnya.Aura masuk ke toilet. Baru saja dia mengambil sebuah flashdisk dari dalam tasnya, tiba-tiba seseorang menerobos masuk. Dia refleks menyembunyikan flashdisk itu kembali ke dalam tas dan menoleh ke arah orang yang datang dengan alis berkerut."Selera Pak Jose memang unik ya." Maksud ucapan Aura adalah bukan pertama kalinya Jose masuk ke toilet wanita seperti itu. Waktu di Restoran Forest sebelumnya juga begitu.Namun, Jose sama sekali tidak terpengaruh oleh sindiran Aura. Dia malah langsung membalikkan badan dan menutup pintu toilet."Kamu ngapain?" Aura menatapnya dengan kaget.Jose memang gila, tapi hari ini adalah hari pertunangan Aura. Apa mungkin Jose akan nekat ....Namun, ternyata Aura masih meremehkan kenekatan Jose. Pria itu langsung meraih

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 103

    Ghea menjawab, "Iya, semuanya sudah siap."Mendengar hal itu, Serra pun tersenyum. "Baguslah. Aku ingin lihat nanti, apakah Aura masih bisa bicara sombong seperti tadi atau nggak.""Hmph, menurutku, cuma kamu yang paling pantasa jadi menantu Keluarga Santoso."Raut wajah Ghea akhirnya membaik dan dia pun mengangguk seraya berkata, "Nanti kalau Kak Daffa tahu siapa Aura yang sebenarnya, dia pasti akan sadar kalau aku jauh lebih baik."Kedua orang itu saling berpandangan, lalu melangkah keluar kamar. Ketika mobil Keluarga Tanjung tiba di lokasi pesta pertunangan, para tamu sudah mulai berdatangan.Donna dan Daffa sedang berdiri di depan pintu. Melihat mobil Keluarga Tanjung datang, mereka segera menyambutnya. "Aura, akhirnya kamu datang juga," kata Donna dengan senyum ramah.Aura memasang senyum palsu dan memanggil, "Ibu."Daffa juga mendekat. Tatapannya pada Aura penuh nafsu dan kekaguman. "Aura, kamu cantik sekali hari ini." Dia masih ingat jelas, Aura pernah bilang kalau malam ini ada

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 102

    Sekarang, kata-kata Anrez itu sudah tidak menimbulkan efek apa pun lagi bagi Aura. Dia memalingkan wajah dan malas menanggapinya lagi.Namun kali ini, sepertinya Anrez datang dengan persiapan. Hanya dalam beberapa detik, dia sudah kembali menata emosinya.Setelah hening sejenak, dia melanjutkan, "Sekarang Grup Tanjung memang sedang kesulitan, benar-benar nggak sanggup mengeluarkan uang sebesar itu. Tapi aku janji, begitu Grup Santosa menyuntikkan dana, rumah itu pasti langsung aku balik nama atas namamu."Anehnya, nada bicaranya kali ini terdengar lembut.Aura terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka, keadaan Grup Tanjung sudah sampai sebegitu sulitnya. Akan tetapi, kalau belum separah ini, Anrez juga tidak akan merendahkan diri sedemikian rupa hanya demi memohon padanya.Tatapan Aura berpendar sejenak, lalu dia tiba-tiba tersenyum manis pada Anrez, "Kalau begitu, silakan diskusikan lagi sama Bi Serra. Aku mau tidur."Alis Anrez langsung mengerut dan wajahnya tampak sangat suram. Lagi-

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 101

    Aura meliriknya sekilas dan berkata, "Kalau kamu bisa keluar dari Keluarga Tanjung, itu sudah hadiah terbesar buatku."Ghea langsung tersendat mendengarnya, bahkan senyum di wajahnya nyaris tak bisa dipertahankan.Dalam hal adu mulut, dia memang tidak pernah bisa menang dari Aura. Padahal dia lemah, tapi malah suka cari masalah sendiri. Jadi, tentu saja Aura tidak akan melewatkan kesempatan untuk memberinya pelajaran.Ekspresi Ghea sempat terganggu. Namun, seolah-olah teringat sesuatu, dia pun berdiri dan berkata pada Aura, "Kakak boleh terus keras kepala, kita lihat saja berapa lama kamu bisa begitu."Nada bicaranya seperti menyiratkan bahwa dia punya kendali atas sesuatu.Aura justru merasa penasaran. Dia tersenyum, lalu memanggil Ghea yang tengah memegangi pegangan tangga untuk naik ke lantai atas, "Hati-hati naik tangganya, kalau sampai jatuh bisa repot."Memangnya siapa yang tidak bisa bersikap menyebalkan?Benar saja, mendengar kata-kata Aura, Ghea langsung tertegun. Dia menoleh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status