Share

Bab 51

Author: Camelia
Usai bicara, Aura langsung turun tangga dengan terburu-buru sambil mengenakan sepatu hak tingginya. Dia benar-benar takut jika terus bersama Daffa lebih lama lagi, dia tidak akan bisa menahan diri untuk menghancurkan pria itu.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, saat kecil Daffa termasuk lelaki yang menawan. Mereka tumbuh besar bersama, dan Aura sudah sering menerima perlindungan darinya. Kalau tidak, Aura juga tidak mungkin rela menuruti pria itu selama bertahun-tahun ini.

Hanya saja, entah sejak kapan, Daffa menjadi semakin asing baginya. Aura bahkan sudah tidak bisa mengingat dengan jelas sosok Daffa yang dulu pernah melindunginya dari sekelompok preman.

Saat melewati jendela di koridor, dia menengadah dan memandangi langit di luar.

Padahal saat datang tadi, langit cerah dan matahari bersinar terik. Namun sekarang, langit sudah dipenuhi awan mendung.

'Cuaca bisa berubah, begitu juga manusia," batin Aura.

Begitu turun ke bawah, Donna sudah meminta seseorang untuk menyiapkan buah. Dia men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 52

    Riana juga tersenyum. Keduanya memang seumuran. Jadi hanya dalam sekejap, mereka sudah langsung asyik mengobrol gosip. Donna yang tadi sempat kesal, kini sikapnya telah berubah. Dia berkata pada desainer, "Nggak apa-apa, kita semua saling kenal, jadi kami tunggu saja."Setelah itu dia menoleh pada Aura dan Daffa, lalu berkata, "Aura, kalian bisa mulai lihat-lihat dulu gaya yang kalian suka. Pilih-pilih saja dulu."Mendengar ucapannya, Riana lalu menoleh ke arah Aura dan tersenyum sambil berkata pada Donna, "Selamat ya, cantik sekali calon menantunya. Dengar-dengar kalian sebentar lagi mau adakan pesta pertunangan?"Donna tersenyum senang, "Iya, aku juga baru mau kirim undangan ke keluarga kalian, lho."Keduanya lalu tertawa kecil sambil berjalan ke sisi lain untuk minum kopi dan mengobrol soal gosip.Aura merasa sungkan kalau langsung pergi, jadi dia akhirnya membiarkan Daffa menariknya untuk mulai memilih gaun.Untungnya, Jose adalah tipe orang yang bersikap dingin di hadapan semua or

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 53

    Baru saja selesai bicara, suara Donna langsung terdengar dari belakang, "Aura, perusahaan kecilmu itu anggap saja buat main-main, nggak usah terlalu serius. Kalau memang nggak jalan, nanti setelah kamu nikah sama Daffa, kerja saja di Grup Santosa.""Supaya bisa saling bantu sesama keluarga."Aura hanya membalas dengan senyum anggun tanpa memberi jawaban jelas.Bagaimanapun, hanya dia sendiri yang tahu, dia pasti tidak akan pernah masuk ke Grup Santosa.Hari ini dia tidak membawa mobil. Setelah turun di kawasan pusat kota, dia berjalan cepat menuju tempat tujuan. Namun saat tiba, Jose belum juga datang.Baru saja dia mengangkat ponsel dan hendak menelepon, tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke dalam ruangan. Namun, Aura tidak panik. Sebab, aroma tembakau yang familier di ujung hidungnya membuatnya langsung tahu siapa pria itu.Jose memang bukan tipe orang yang banyak bicara.Begitu masuk ruangan, dia langsung menjatuhkan Aura ke tempat tidur. Namun di saat-saat terakhir, dia justru be

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 54

    Aura duduk di atas ranjang beberapa saat dan akhirnya bisa berpikir lebih jernih.Jose itu tipe pria yang belum pernah merasakan penolakan. Ini mungkin pertama kalinya dia bertemu wanita seperti Aura yang bisa pergi begitu saja tanpa beban. Dia jelas belum terbiasa. Itu cuma bentuk rasa kepemilikan yang khas dimiliki pria berkuasa.Aura merapikan pakaiannya, lalu bangkit dan turun ke bawah.Baru saja hendak beranjak ke pinggir jalan untuk menghentikan taksi, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia menunduk sekilas dan seketika genggamannya pada tas mengencang, buku-buku jarinya pun memucat.Tanpa berpikir panjang, dia langsung naik ke sebuah taksi dan melesat pulang.Hari ini hari libur, semua anggota keluarga sedang ada di rumah. Bahkan Ghea pun sudah pulang. Melihat Aura masuk dengan langkah cepat dan ekspresi marah, Anrez langsung angkat suara."Jadi gadis kok ceroboh begini?" Dia mengernyit dan melanjutkan, "Kalau nanti kamu tetap begini setelah menikah ke Keluarga Santosa, orang-oran

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 55

    "Huh, nggak sengaja?"Aura melangkah maju dan menggenggam tangan Ghea. Kemudian, dia mengangguk pelan dan berkata dengan nada lembut, "Kalau memang bukan kamu yang sengaja, ayo kita pergi ke kantor pertanahan sekarang untuk urus balik nama rumah itu."Ghea tertegun sejenak, lalu menggigit bibirnya pelan, "Ta ... tapi hari ini hari libur."Aura menjawab, "Nggak apa-apa, kamu bisa tulis surat pernyataan sekarang. Nanti hari kerja kita urus sama-sama."Menghadapi desakan Aura, Ghea spontan menoleh ke arah Anrez dan meminta bantuan lewat tatapan matanya. Anrez juga tidak mengecewakannya. Dia langsung maju untuk memisahkan Aura dan Ghea.Anrez mendorong Aura menjauh dengan kasar, lalu membentaknya, "Aura! Rumah itu aku kasih ke Ghea karena memang itu haknya! Itu nggak ada hubungannya sama kamu!""Selama aku masih hidup, semua urusan di rumah ini adalah keputusanku!" Lantaran terbiasa menjadi pemimpin, nada bicara Anrez juga penuh otoritas.Aura menatapnya cukup lama, lalu mengangkat tangan

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 56

    Suasana langsung jadi kacau.Darah segar mengalir dari kepala pria itu. Dia berteriak sambil menatap Aura dengan marah, "Perempuan sialan, berani-beraninya kamu mukul aku!"Aura melirik tajam ke arahnya. Dia tidak berniat berurusan lebih jauh dengan pria itu, sehingga dia melangkah turun dari panggung. Namun, pria itu justru tidak mau melepaskannya dan menarik tangannya agar tidak bisa pergi."Berengsek, habis mukul aku terus mau kabur? Kamu pikir aku ini cuma buat pajangan?" Pria paruh baya itu mengumbar ego konyolnya. Sudah berlaku seenaknya, tapi tidak siap kalau akhirnya kena balasan.Aura menoleh dan menatap pria itu dengan matanya yang sedikit redup karena alkohol. Meski kelihatan tenang, dia sebenarnya mulai merasa takut karena datang sendirian malam itu.Aura melihat sekeliling, lalu mengerucutkan bibir dan berkata dengan dingin, "Kalau kamu masih nggak mau lepasin, pacarku sebentar lagi ke sini. Bisa-bisa kamu lebih parah lagi."Ucapannya itu semata-mata untuk menakut-nakuti p

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 57

    Pria paruh baya itu langsung sadar, malam ini dia benar-benar salah langkah. Dia terdiam sejenak, lalu mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya dan tersenyum ke arah Aura, "bu Aura, saya yang salah malam ini. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf. PIN-nya enam nol."Aura tidak mengambilnya. Dia hanya duduk di sisi lain dan berusaha menenangkan dirinya.Hari ini dia benar-benar apes.Pria paruh baya itu meletakkan kartu itu di atas meja bar, lalu langsung kabur secepat mungkin. Giulio berbalik menatap Aura sambil tersenyum nakal. "Bu Aura, gimana kamu mau berterima kasih padaku?"Aura terdiam sebentar, lalu menjawab, "Anggap saja aku berutang budi sama kamu."Giulio menghela napas kecil sambil mendecakkan lidah. Kemudian, dia menaikkan alisnya sambil melirik ke lantai dua dengan penuh arti. Mengikuti arah tatapannya, Aura melihat ke lantai atas. Tepat pada saat itu, dia melihat Jose turun dari atas.Dengan tubuh yang tinggi dan langkah yang panjang, Jose menuruni tangga hanya dalam be

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 58

    Aura sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan malam itu. Dia hanya merasa seperti seseorang yang telah dibuang oleh seluruh dunia. Dia butuh sesuatu untuk dijadikan pegangan, sesuatu yang bisa menenangkan dirinya.Jose ... tampaknya adalah pilihan yang cukup masuk akal.Sang sopir yang tahu diri, telah meninggalkan mobil itu sedari tadi.Mungkin karena pengaruh alkohol, malam itu Aura terasa berbeda dari biasanya.Cahaya dalam mobil terlalu remang. Aura sama sekali tidak menyadari tatapan pria di atas tubuhnya yang semakin dalam dan kelam. Saat tubuhnya benar-benar kelelahan, Aura pun jatuh tertidur dengan kepala pusing dan tubuh berat.Aura sendiri tidak tahu bagaimana caranya dia bisa tiba di tempat tinggal Jose. Namun saat terbangun keesokan paginya, tangannya langsung menyentuh permukaan kulit yang panas saat memalingkan tubuhnya.Aura sontak terbangun dengan kaget. Ketika matanya melihat wajah Jose yang tertidur dengan alis sedikit berkerut, semua kejadian semalam langs

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 59

    "Lepas!" Jose menatap bagian atas paha Aura yang terlihat samar di balik ujung jas. Ekspresinya tampak agak tidak senang.Aura menoleh dan menatapnya, "Apa perlu sampai sepelit itu? Cuma satu setelan baju."Setelan itu jelas harganya tidak murah, paling tidak harganya puluhan juta. Akan tetapi, bukankah Jose adalah bujangan paling kaya seantero kota? Masa dia harus mempermasalahkan uang sekecil ini?"Aku sudah suruh orang antarkan baju untukmu. Ada di ruang tamu, ambil sendiri."Setelah berkata demikian, Jose langsung masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian, suara gemericik air terdengar dari dalam. Aura mendecak pelan, merasa Jose benar-benar pelit.Aura berbalik badan dan berjalan menuju ruang tamu. Di sana, dia memang melihat ada sebuah gantungan baju. Di gantungan baju itu terdapat beberapa helai pakaian dengan berbagai jenis model.Ada setelan, ada juga gaun. Gayanya juga cocok dengan selera Aura. Selain itu, semuanya dari merek ternama.Aura langsung terdiam. Tadi dia baru saja m

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 100

    "Lepasin." Aura sedikit kesal. Apalagi dia sangat lelah karena Jose tadi. Sekarang, yang dia inginkan hanya beristirahat dengan tenang."Aku ini tetap lebih tua darimu, apa perlu marah-marah begitu?" Lantaran Anrez sedang tidak berada di rumah, Serra pun tidak bersikap lembut dan manis seperti saat di hadapan Anrez.Aura menoleh dan menatapnya dingin. "Kamu merasa pantas jadi seniorku?"Serra membelalak. "Kamu ...."Dia mengangkat tangan dan menunjuk Aura. Ketika dia hendak memaki, terdengar suara langkah kaki Anrez dari belakang.Ekspresi Serra langsung berubah, suaranya pun terisak-isak. "Aura, aku cuma mau ngobrol baik-baik. Jangan marah ya?""Aku lihat akhir-akhir ini ayahmu stres banget pikirin perusahaan. Aku pikir kalau kamu punya uang, kamu bisa bantu dia sedikit. Jadi, dia nggak usah sampai capek begitu ....""Nggak usah minta bantuan darinya!" Sebelum Serra selesai bicara, suara berat dan tegas terdengar dari belakangnya.Anrez perlahan naik tangga dan menghampiri mereka. Tat

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 99

    Aura bukanlah tipe orang yang suka bersikap manja atau sok suci. Apalagi dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya, berpura-pura lugu di hadapan Jose hanya akan menjadi bahan tertawaan.Lagi pula, dia sendiri pun merasa jijik. Maka dari itu, dia gesek saja kartunya sampai puas.Jose orang yang terlalu berbahaya. Cukup mencoba. Kalau sampai keterusan dan ketergantungan, itu bisa berbahaya. Aura mungkin bisa terjerat. Daffa saja bukan pria baik-baik, apalagi Jose.Toh Jose sendiri yang bilang tidak suka berutang budi. Jadi, lebih baik segala urusan diselesaikan dengan uang dan selesai sampai di situ. Dengan demikian, tak ada yang saling berutang apa-apa."Simpan baik-baik kartu ini. Anggap saja semua urusan kita sudah lunas," ucap Aura.Jose menengadah menatapnya, tak berkata sepatah kata pun. Tatapan itu membuat Aura sedikit merinding. Dia terdiam sejenak, lalu berdiri dengan membawa semua barang belanjaannya. "Kalau nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku permisi dulu. Dah!"Setelah

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 98

    Aura diam saja, memilih menutup mulut.Saat mobil melewati sebuah apotek, Aura menoleh ke Jose. "Berhenti sebentar."Jose menatapnya. "Kenapa?" Meskipun bertanya, kakinya tetap refleks menginjak rem.Aura mengenakan kembali sepatu hak tingginya dan turun dari mobil. Begitu kakinya menyentuh tanah, lututnya lemas sampai dia nyaris terjatuh.Dia berpegangan pada pintu mobil agar tetap berdiri, lalu mengedarkan tatapan tajam pada Jose. Melihat pria itu tetap bersikap tenang seperti tak terjadi apa-apa, Aura menggigit bibir menahan kekesalannya.Pria ini benar-benar pintar berpura-pura. Tadi begitu liar, sekarang malah pasang tampang kalem seperti petapa yang telah terlepas dari hal-hal duniawi.Kalau bukan karena rasa nyeri di pinggangnya yang masih jelas terasa, Aura mungkin akan benar-benar tertipu.Dia mendengus pelan sebelum berjalan masuk ke apotek. Saat kembali ke mobil, tangannya sudah memegang sekotak pil kontrasepsi darurat.Jose menoleh menatapnya. "Beli apa?"Aura menatap balik

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 97

    Jose terlihat puas. Tangan panjangnya menyentuh bagian bawah jok mobil dan kursi yang tadinya tegak langsung terjatuh ke belakang. Aura yang tanpa persiapan langsung terbaring di bawah tubuh Jose.Posisi ini sangat intim dan menggoda.Wajah Jose memang tampan. Saat Aura menatap wajah itu dari bawah, bahkan kata-kata kasar pun tidak bisa keluar dari mulutnya.Yang bisa dia lakukan hanya melotot dengan geram. "Pak Jose, kamu nggak merasa tindakanmu ini terlalu lancang? Nggak seperti seorang gentleman?"Jose terkekeh-kekeh. "Gentleman? Aku gentleman kok."Suaranya dalam dan berat, seperti ada daya pikat yang menyihir. Aura masih terpaku oleh keseksian suara itu saat Jose kembali membungkukkan badannya.Jose menarik sedikit dasinya, memperlihatkan jakun yang mencolok di lehernya. Aroma tubuh Jose yang harum memenuhi hidung Aura. Dia tahu jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, ini bukan pertama kalinya. Dengan situasi yang sudah sejauh ini, kalau menolak, dia malah akan terkesan so

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 96

    Aura sungguh kehabisan kata-kata. Dia ... dijadikan sopir oleh Jose?Namun, melihat wajah Jose yang jelas-jelas lagi patah hati karena diselingkuhi, Aura akhirnya tetap menyalakan mobil. Toh tadi Jose juga membantunya.Begitu mobil keluar dari garasi, Aura baru teringat sesuatu. Dia menoleh dan bertanya kepada Jose, "Kita mau ke mana?"Jose menjawab, "Vila."Aura mengangguk pelan, paham maksudnya pasti vila yang waktu itu pernah dia datangi juga. Jadi, dia tidak bertanya lebih lanjut.Suasana di dalam mobil langsung sunyi. Yang terdengar hanya suara napas mereka masing-masing.Saat sudah sampai di garasi vila, Aura menoleh karena melihat Jose belum turun dari mobil. Dia melirik sekilas wajah pria itu.Wajah Jose memang luar biasa. Hidung mancung, garis rahang tegas, mata yang dalam. Bahkan dari samping, wajah ini tetap bisa membuat para wanita langsung jatuh hati.Namun, bibir yang terkatup rapat itu memperlihatkan dengan jelas bahwa suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.Aura me

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 95

    Tak jauh dari mobil Aura, dua orang sedang saling tarik-menarik. Aura langsung mengenali mereka. Bukankah itu Kaley dan Ferdy? Dari cara mereka berinteraksi, sepertinya hubungan mereka tidak biasa?Tangan Aura yang sedang menjentikkan abu rokoknya pun berhenti, bahkan dia sampai lupa dengan masalahnya sendiri dan membelalakkan mata menonton drama."Apa maksudmu? Kamu mau lihat aku nikah sama Jose ya?" Suara wanita itu cukup nyaring, langsung menusuk telinga Aura.Ferdy mengangkat tangan, menekan pelipisnya dengan lelah. "Kaley, jangan buat keributan.""Buat keributan?" Kaley tertawa sinis. "Ferdy, kalau kamu benaran laki-laki, sekarang juga masuk dan bilang ke ayahku kalau kamu mau nikahin aku!"Aura benar-benar tercengang! Astaga, ini gosip hangat! Kaley itu tunangan Jose, 'kan? Jadi, sekarang Kaley selingkuh dengan Ferdy?Seketika, Aura langsung teringat kejadian kemarin malam saat dirinya terkena lemparan barang dan kalimat yang keluar dari mulut Jose saat menariknya pergi.Demi men

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 94

    Melihat Aura yang tampak tenang dan seolah-olah tidak peduli, Anrez nyaris meledak karena kemarahannya.Aura tetap santai, duduk diam sambil menikmati tehnya.Anrez terdiam cukup lama, lalu mendongak menatapnya. "Apa kamu baru akan senang kalau Grup Tanjung benar-benar hancur, ya?"Aura menjawab, "Masih sama seperti tadi. Saham Grup Tanjung nggak boleh dijual!""Hmph, ini bukan sesuatu yang bisa kamu tentukan. Saham itu tetap akan kujual. Kalau kamu benar-benar nggak mau, bujuk saja Keluarga Santosa supaya suntik dana. Begitu uang masuk, aku tentu nggak akan jual saham lagi."Mendengar itu, Aura menunduk sedikit. Jemarinya yang putih pucat memegang cangkir teh dengan lembut. Suhu tehnya pas, tidak panas."Aku bisa saja meyakinkan Keluarga Santosa."Mendengar Aura melunak, Anrez tampak lega. "Nah, begitu dong. Kamu 'kan anakku. Semua ini aku lakukan demi kebaikan keluarga."Keluarga? Aura memalingkan wajah dengan sinis. Mungkin Anrez memang melakukannya demi keluarga. Namun, apa masih a

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 93

    Aura tiba-tiba terpeleset. Jika tidak segera ditopang oleh pelayan, dia pasti terjatuh."Hati-hati, Bu."Aura menggigit bibir dan tersenyum penuh terima kasih. "Terima kasih ya. Eee ... barusan aku keluar sebentar dan malah nyasar. Boleh tanya, Pak Steven dan Pak Anrez ada di ruangan nomor berapa?"Pelayan itu tersenyum ramah dan sopan. "Oh, Pak Anrez ada di ruang 308. Biar aku antar."Bagaimanapun, gadis secantik Aura tidak terlihat seperti pembohong.Aura mengikuti pelayan itu sampai ke ruang privat Anrez. Saat itu, Anrez sedang duduk minum teh bersama Steven, ayah Efendi.Begitu melihat Aura masuk, ekspresi keduanya langsung berubah. Anrez langsung memasang wajah dingin, jelas-jelas tidak menyambut kedatangannya.Di sisi lain, Steven yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis, hanya menunjukkan keterkejutan sesaat dan langsung tersenyum hangat. "Aura datang juga. Sudah lama nggak ketemu. Kamu nggak pernah main ke rumahku lagi, sini duduk dulu.""Aku baru saja mau ajak Efendi mampi

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 92

    "Temanku di dalam," kata Aura, hendak menerobos masuk. Namun, dia tetap ditahan oleh petugas yang menjaga pintu."Maaf, Bu, siapa nama temanmu? Dia pesan ruang nomor berapa? Atau kamu bisa telepon dia dan minta dia jemput di depan?"Aura mengernyit. Dia belum pernah ke restoran ini sebelumnya, tidak menyangka sistemnya seribet ini. Padahal cuma restoran, tetapi rasanya seperti masuk kantor intelijen.Aura juga lupa meminta nomor ruangan dari Efendi. Parahnya saat ingin menelepon, dia baru sadar ponselnya kehabisan baterai. Ini benar-benar sial.Saat dia masih memikirkan cara untuk menyelinap masuk, pandangannya menangkap sesosok yang tinggi dan familier sedang berjalan dari arah parkiran.Pria itu mengenakan setelan jas hitam, bahunya lebar dan pinggang ramping. Dia tampak gagah dan berkelas. Siapa lagi kalau bukan Jose?Jose hanya meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangan dan berjalan tanpa henti. Aura termangu sejenak, lalu akhirnya melangkah maju dan mengadangnya."Ada apa?" Jo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status