Home / Romansa / Menjadi Tahanan Kreditor Kejam / 4 - DITAWARI PEKERJAAN

Share

4 - DITAWARI PEKERJAAN

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sejak hari itu, Hana menjadi canggung tiap kali bertemu dengan Evan. Jangankan bertukar pandang, menatap wajah dari kejauhan saja sulit dilakukan oleh Hana. Padahal tidak ada hal besar yang Evan lakukan, namun seluruh kalimat yang pria itu lontarkan di taman terus terulang di benak Hana.

“Apa … kamu butuh bantuan? Aku bisa membantumu keluar dari penderitaanmu.”

Ah, Hana benar-benar dibuat bingung. Entah kenapa Evan mengatakan hal seperti itu dipertemuan kedua mereka. Bahkan tetangga Hana yang sudah 15 tahun kenal tidak pernah mengucapkannya.

“HEI, AKU BICARA PADAMU!”

Bentakan sekaligus dorongan di bahu menyadarkan Hana dari lamunan. Ia tersentak saat lihat Jeremy sudah ada tepat di hadapannya. Beruntung pria itu mendorong bahunya dengan satu jari dan tidak pakai kekuatan besar, kalau sebaliknya dia pasti sudah terduduk di lantai.

“BERANI SEKALI KAMU MENGABAIKANKU!”

PLAKK                  

Lagi. Untuk kesekian kalinya Hana harus merasakan perih di pipi. Saking seringnya ditampar, mungkin Hana akan mati rasa. Hal yang lebih menyebalkan adalah Hana hanya bisa mengucap kata ‘maaf’ tiap kali Jeremy marah kepadanya. Itu saja yang bisa dia katakan dan akan selalu begitu.

“Tuan, pipi Nona mungkin akan bengkak lagi. Anda harus menahan diri.” Seorang kepala pelayan yang berdiri dekat mereka memberikan nasihat sekaligus menyelamatkan Hana. Ia berusaha bicara sesopan mungkin agar tidak menyinggung perasaan bos yang sangat sensitif.

Jeremy menunjukkan smirk mengerikan lalu merapikan rambutnya yang sudah rapi. Langkah kaki berbalik menuju belakang meja, tempat di mana singgasananya berada.

“Kamu benar, kepala pelayan. Aku lupa tentang itu, habisnya wajah wanita ini sangat menjijikan sampai aku tidak tahan ingin terus menghajarnya.”

Hana mengepal kedua tangan, menunduk menatap lantai dengan penuh amarah. Untuk saat ini dia tidak bisa meluapkan seluruh emosi yang terpendam. Demi masa depan dirinya dan juga Alan, maka dia harus bersabar.

“Pokoknya bayar segera sisa utangmu. Kalau kamu tidak bisa mengembalikannya dengan uang, kamu bisa mengembalikan uangku dengan cara yang lain lagi. Tenang saja, kali ini bukan menikah.”

Sorot mata dari netra cokelat menatap tajam Jeremy yang tertawa. “Apa maksudmu?”

“Aku punya banyak teman pria yang suka dengan tubuh wanita sepertimu, itulah yang ingin aku katakan. Lunasi utangmu sampai mati, dengan tubuhmu, jalang!”

“DASAR GILA!!!!” teriak Hana dengan wajahnya yang memerah menahan amarah. Tampak kobaran api besar dari kedua matanya.

Jeremy sesaat tertawa, namun mendadak ekspresinya berubah kejam. Tidak terima dibentak Hana, dengan kemurkaannya, Jeremy menarik kasar wanita tersebut dan langsung menghempaskan tubuhnya kasar ke lantai. Ia mendekat cepat sebelum Hana banyak bergerak dan langsung melayangkan dua pukulan keras ke wajah wanita itu sampai berdarah.

Kepala pelayan yang menyaksikan hal mengerikan langsung pergi menghalau Jeremy. Ia meminta bosnya untuk berhenti menyerang Hana yang sudah tidak bisa melawan lagi. Mendengar permintaan kepala pelayan, Jeremy berteriak marah sambil menendang udara. Setelah memaki sekali, pria keji itu berlalu pergi meninggalkan ruangan.

***

Sejak pertengkaran terakhir, Jeremy tidak pulang selama dua minggu, begitu juga dengan Evan. Rumah besar bergaya Eropa kini hanya diisi oleh banyak pelayan dan dua orang menyedihkan yang terlilit utang.

Sebenarnya bagus karena Hana bisa memulihkan diri dan jiwanya yang terguncang karena perlakuan kasar Jeremy. Namun, di sisi lain dia ingin sekali bertemu dengan pria yang pernah berkata ingin membantunya. Jujur saja, melihat senyum tulus Evan membuat perasaannya jadi lebih baik.

“Nona, Anda baik-baik saja?” Kepala pelayan membawakan Hana dan Alan minuman sehat ke kamar, kemudian dua gelas diletakkan di atas nakas samping kasur.

Hana melirik ke Alan yang sedang menatapnya. Tidak mungkin bisa berkata jujur di depan anak polos tersebut, alhasil Hana berkata, “Tentu saja. Aku baik. Terima kasih minumannya, Pak.”

Kepala pelayan tersenyum, dengan sangat senang hati membantu Hana dan Alan. “Apa Anda sudah mendapatkan pekerjaan, Nona?”

Wanita yang diajak bicara bergeming sampai akhirnya menggelengkan kepala lesu. Ia sudah berusaha cari kerja sejak satu minggu lalu, namun tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya. Mulai dari alasan tidak ada kompetensi yang memadai sampai dengan hanya karena lulusan SMP.

Tidak ada keberanian untuk mencari tempat kerja jauh. Hana tidak mungkin meninggalkan Alan sendirian di rumah bos kreditor jahat seperti Jeremy. Hidup anak lugu ini akan berakhir dengan mimpi buruk seumur hidup. Yah, lagipula Jeremy tidak akan mengizinkan Hana untuk pergi jauh darinya, setidaknya dia harus berada di dalam pengawasan pria tersebut.

“Bagaimana dengan ayah Anda? Apa Anda sudah menemukan petunjuk mengenai keberadaannya, Nona?” tanya kepala pelayan lagi.

Di antara semua solusi, menemukan debitur yang sebenarnya adalah satu cara tercepat agar Hana dan Alan bisa keluar dari rumah ini. Namun, jejak ayahnya sama sekali tidak terekam di mana pun. Mereka bahkan tidak tahu dia masih hidup atau mati.

“Oii, Hana!”

Seruan keras mendadak itu mengejutkan orang-orang yang berada di kamar. Alan yang sibuk melihat-lihat buku bergambar pun sampai terperanjat dan berlindung di belakang punggung sang kakak.

“Hai,” sapa Evan riang, senyum lebar khas memenuhi wajah tampannya. Dua minggu pergi tanpa kabar, tiba-tiba datang tanpa diundang dengan cara tidak biasa.

Melihat Evan tiba, kepala pelayan pamit pergi untuk beri mereka ruang bicara secara empat mata. ^Anggap saja Alan tidak ada, dia masih kecil, xixi^

Wajah cemberut Hana membuat bingung Evan. Lantas, dia masuk ke dalam dan langsung duduk di pinggiran kasur tanpa ragu.

“Kamu marah karena aku pergi tanpa pamit dan datang tanpa diundang?” tanya Evan.

Hana hanya memandangnya tajam, tampak jelas marah seperti pasangan yang sedang berselisih paham. Di sisi lain Alan masih bersembunyi dan sesekali melirik ke Evan yang tidak jauh darinya. Mata birunya yang seperti bulan berbinar dengan ekspresi yang berkebalikan.

“Apa kamu malu-malu melihat wajah tampan kakak, Alan?” ucap Evan dengan sangat percaya diri, mengundang tawa Hana yang masih bisa tertahankan karena masalah harga diri.

“Ada apa datang tiba-tiba?” tanya Hana. Ia memilih untuk bicara masa kini daripada masa lalu tentang alasan kepergian Evan yang tanpa kabar.

Wajah Evan langsung berubah sumringah, seakan ada bunga-bunga kecil dan pipi bersemu di wajah. Senyumnya jauh lebih lebar hingga tampak satu gingsul di sebelah kiri giginya.

Evan pun menjelaskan kedatangannya yang tidak tiba-tiba. Sebenarnya dia ada pekerjaan dadakan ke luar negeri, namun tanggal kepulangannya sudah pasti. Beberapa hari sebelum kepulangannya, kepala pelayan beritahu Evan kalau Hana sedang mencari pekerjaan, tetapi tidak ada satu pun tempat yang menerimanya. Evan pun berusaha membantu dan sekarang dia akan beri penawaran yang didapat kepada Hana.

“Aku punya dua penawaran pekerjaan padamu. Ada yang bergaji besar dan kecil. Kamu lebih suka yang mana?” tanya Evan.

Tanpa berpikir panjang, Hana langsung menjawab, “Tentu saja aku ingin gaji yang besar. Siapa yang ingin hidup dililit utang seumur hidupnya?”

Sontak Evan tersenyum simpul.

Related chapters

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   5 - PRIA KEJAM YANG SUKA BERMAIN WANITA

    “Oke. Pilihannya adalah pelayan kafe dengan gaji sedikit atau … gaji besar dengan tinggal di rumah bordil dan hidup menghibur om-om pakai tubuhmu. Kamu … serius mau gaji yang besar?” Hana langsung melotot lebar dan menutup telinga Alan rapat-rapat. Pilihan pertama masuk akal, tetapi pilihan keduanya sangat gila. Ini sama saja seperti perkataan Jeremy hari itu! Pertama bekerja di kafe. Ini tempat yang cukup aman dan tidak ada yang namanya pelayanan khusus untuk menghibur om-om. Yang perlu Hana lakukan hanya menghidangkan pesanan lalu membersihkannya. Bayarannya kecil, tetapi Hana tidak akan kelelahan karena jam kerjanya sudah ditentukan. Tetapi kalau memilih pekerjaan ini, akan sulit bagi Hana untuk melunasi utang, apalagi bayar bunganya. Berbeda dengan pilihan kedua, di mana Hana akan dapat uang banyak dari mereka yang membayar. Hana bisa menyesuaikan harga dan melakukan apa yang pelanggan suka. Rumah bordil yang dicari oleh Evan adalah tempat yang cukup menjanjikan. Tempat itu tida

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   6 - DIAM-DIAM MEMPERHATIKAN

    Semua ini masalah ayah Hana. Jika orang itu bisa ditemukan, maka Hana tidak perlu menanggung semua utang seperti sekarang. Namun, sebuah pertanyaan baru timbul jika orang itu berhasil ditemukan. Apakah ayah Hana bisa melunasi seluruh utangnya? Firasat Hana mengatakan bahwa pada akhirnya dialah yang akan membayar utang. BAKK! Gelas ditaruh keras ke atas meja. Napas terengah karena berhasil menghabiskan air dalam sekali minum. Sorot kedua mata menatap tajam lurus ke luar jendela. Dalam hati tidak berhenti memaki karena rasa kesal yang sulit tertahan. “Anda baik-baik saja, Nona?” Kepala pelayan yang peduli bertanya pada Hana. “Aku harus berhasil menemukan ayahku, setidaknya aku bisa mengambil organnya dan menjualnya,” ucap Hana yang berbicara pada dirinya sendiri. Kepala pelayan langsung bergidik ngeri kala dengar perkataan tersebut. Ia pikir mereka tidak perlu berbuat sejauh itu, mengambil dan menjual organ bukanlah sesuatu yang bisa mereka lakukan. Kalaupun hanya candaan, itu tid

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   7 - MATA YANG TERNODAI

    Evan tidak bilang kalau restorannya juga disertai bar! Tapi tidak apalah, beruntung sejauh ini semua sesuai dengan apa yang dijelaskan bos. Hana hanya perlu menerima dan mengantar pesanan, serta membersihkan meja seusai digunakan pelanggan. Meskipun begitu, dia masih merasakan keanehan bekerja di rooftop bar dan restoran ini. Suasana di restoran ini terasa sangat santai dengan pemandangan luar biasa cakrawala kota. Saking santainya, Hana bisa dengar berbagai kata buruk yang dilontarkan para pelanggan. Yah, sebenarnya itu bukan hal yang mengejutkan lagi. Hal terburuk adalah Hana melihat banyak pasangan yang saling berpagut bibir ketika suasana restoran mulai sepi pelanggan. Hana mungkin bisa bersabar dengan hal itu, tetapi kesabarannya hilang saat perlahan tangan pria mulai menjamah tubuh si wanita. Saat di mana Hana ingin menghentikan aksi tak senonoh di tempat umum itu, pegawai restoran lain malah menghentikannya. Mereka memperingati Hana untuk tidak ikut campur kalau tidak mau dip

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   8 - DONAT UNTUK ADIK IPAR

    Lelah. Ada banyak hal yang harus Jeremy urus hari ini dan tidak semuanya selesai. Persetan dengan mereka yang sudah pinjam uang, tetapi hilang saat ditagih. Beribu alasan dibuat untuk menghindar, padahal Jeremy hanya melakukan apa yang sudah mereka janjikan sebelumnya. Mobil mewah yang dinaiki Jeremy berhenti tepat di depan anak tangga menuju pintu utama. Seorang datang dan membukakan pintu, kemudian Jeremy turun dan masuk ke dalam rumah miliknya. Pintu lebar yang sedari awal sudah terbuka menampilkan pemandangan anak kecil bernetra biru indah. Pandangannya yang berbinar menatap lurus Jeremy yang baru datang. “Apa lihat-lihat?!” tanya Jeremy galak. Anak lelaki yang baru tinggal beberapa minggu di sana nyaris menangis ketakutan. “Kakak—” Alan merengek memanggil-manggil kakaknya. Namun, dia hanya sendirian di situ. Entah di mana orang-orang yang bertugas menjaga anak kecil tersebut. Jeremy menurunkan egonya saat melihat Alan hampir menangis. Ia menepuk jidat, tidak habis pikir kare

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   9 - JUAL SAJA TUBUHMU!

    “BERANI SEKALI KAMU MENINGGALKAN ANAK ITU SENDIRIAN DI RUMAH SAMPAI MALAM!!”Melihat Jeremy marah hebat membuat Hana benar-benar tidak bisa berkata apa pun lagi. Ia tahu dirinya salah, tetapi tidak biasanya Jeremy peduli tentang dirinya dan Alan. Tidak berhenti di sana, Jeremy bahkan membawa nama Evan yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.Jeremy segara mendekat ke Hana dan mengangkat sebelah tangan tinggi. Tahu akan ditampar, wanita itu tetap memandang lurus pria yang marah di depannya tanpa rasa takut.Senyum cemooh tersungging di bibir Jeremy, tanda penghinaan secara dingin. Kaget sekaligus tidak percaya, seharusnya sejak awal dia tidak bersikap lunak kepada wanita tersebut. Sekarang Hana mirip pemberontak yang siap melayangkan bendera merah kepadanya.“Kamu mengabaikan anak itu seharian. Bukannya sulit bekerja di restoran sampai malam?”“Urus saja urusanmu sendiri.” Hana tahu arah pembicaraan ini.“Kalau saja kamu mau bekerja dengan tubuhmu. Kamu bisa dapat uang yang kamu p

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   10 - PENGAKUAN CINTA ADIK IPAR

    Tidak terasa satu jam telah berlalu, Hana telah terbangun dari tidurnya yang tidak sengaja dan langsung duduk tegap. Di sampingnya ada anak lelaki tampan yang entah sejak kapan terus menatap handphone barunya. Layar mati, hanya tampak pantulan diri.Hana tidak bisa menahan rasa yang menggelitik di hati, kemudian tertawa terbahak saat melihat wajah lucu Alan yang kebingungan. Padahal Hana sudah beritahu tombol apa saja yang ditekan agar panggilan terhubung dengannya. Namun, sepertinya dia masih agak kaget dengan benda baru canggih itu.Sungguh menggemaskan. Tidak seperti anak lainnya yang antusias dengan handphone, dia justru sangat hati-hati.“Kenapa? Apa ada yang bikin kamu bingung?” tanya Hana sembari menyisir surai sang adik lembut.“Apa aku benar-benar butuh ini, Kak?”Pertanyaan itu sungguh tidak terduga. Namun, Hana tetap tenang dan angguk kepala tanda mengiyakan pertanyaan Alan.Setelah berulang kali memikirkannya, Hana sadar bahwa di rumah ini mereka bukanlah siapa-siapa selai

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   1 - SETUJU MENIKAHI KREDITOR KEJAM

    ‘Beginilah akhir dari kehidupanku, mati tenggelam bersama seorang anak kecil!’ Sebuah tangan mungil menarik ujung baju yang dikenakan Hana. Sontak kepala menoleh, menatap seorang anak laki-laki tampan dengan netra biru bersinar. Wajah anak kecil itu tampak lesu, menatap sendu wanita dewasa di sampingnya yang nyaris gila. Kepala melengok ke arah jendela mobil kala terdengar suara ombak. Kedua mata Hana menatap lekat namun bergetar. Ia melihat hamparan laut yang luas, membentang indah dengan air berisi jutaan ikan. “Tolong hentikan mobilnya di sini, Pak.” Angin laut langsung menyambut mereka. Memeluk mesra tubuh Hana yang kaku, meningkatkan rasa sesak dan panas yang menjalar di dada. Pening dan gemetar yang semula mendera tubuh perlahan hilang ketika lihat deburan ombak kian menggila. Hana tidak lagi mendengar deburan ombak menggulung, maupun cuitan burung camar yang terbang di langit. Kesunyian menjadi musik yang menemani wanita berambut panjang tersebut. Sakit yang dirasakan telah

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   2 - NASIB TRAGIS DUA KEPRIBADIAN KONTRAS

    Akhirnya Hana menjadi seorang istri dari pria yang sama sekali tidak dicintai, bahkan tidak dikenalnya. Hana itu penakut, polos, dan rendah diri. Sementara Jeremy brutal, sombong, dan bos yang kejam. Dua kepribadian yang sangat kontras satu sama lain kini terikat oleh nasib yang tragis. Hidupnya menjadi lebih buruk dari hari ke hari. Jika saja hari itu Hana kabur lebih cepat, dia mungkin tidak akan merasakan perasaan ini, rasa cinta dan dendam yang berisi kebahagiaan dan penyiksaan. “Pastur pernah bertanya apa aku bersedia mencintai dan melindungimu, sekarang aku beritahu padamu jawabanku yang sebenarnya … .” Jeremy menjeda ucapannya. Perlahan mendekati Hana yang mematung di hadapannya. Mulut mendekati telinga Hana untuk berbisik, “… Aku tidak bersedia, sialan!” Setidaknya kini Hana tahu alasan Jeremy menawarkan pernikahan sebagai bentuk pembayaran utang adalah karena persyaratan warisan dari sang kakek, di mana dalam kurun waktu yang ditentukan Jeremy sudah harus menikah. Ia memil

Latest chapter

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   10 - PENGAKUAN CINTA ADIK IPAR

    Tidak terasa satu jam telah berlalu, Hana telah terbangun dari tidurnya yang tidak sengaja dan langsung duduk tegap. Di sampingnya ada anak lelaki tampan yang entah sejak kapan terus menatap handphone barunya. Layar mati, hanya tampak pantulan diri.Hana tidak bisa menahan rasa yang menggelitik di hati, kemudian tertawa terbahak saat melihat wajah lucu Alan yang kebingungan. Padahal Hana sudah beritahu tombol apa saja yang ditekan agar panggilan terhubung dengannya. Namun, sepertinya dia masih agak kaget dengan benda baru canggih itu.Sungguh menggemaskan. Tidak seperti anak lainnya yang antusias dengan handphone, dia justru sangat hati-hati.“Kenapa? Apa ada yang bikin kamu bingung?” tanya Hana sembari menyisir surai sang adik lembut.“Apa aku benar-benar butuh ini, Kak?”Pertanyaan itu sungguh tidak terduga. Namun, Hana tetap tenang dan angguk kepala tanda mengiyakan pertanyaan Alan.Setelah berulang kali memikirkannya, Hana sadar bahwa di rumah ini mereka bukanlah siapa-siapa selai

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   9 - JUAL SAJA TUBUHMU!

    “BERANI SEKALI KAMU MENINGGALKAN ANAK ITU SENDIRIAN DI RUMAH SAMPAI MALAM!!”Melihat Jeremy marah hebat membuat Hana benar-benar tidak bisa berkata apa pun lagi. Ia tahu dirinya salah, tetapi tidak biasanya Jeremy peduli tentang dirinya dan Alan. Tidak berhenti di sana, Jeremy bahkan membawa nama Evan yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka.Jeremy segara mendekat ke Hana dan mengangkat sebelah tangan tinggi. Tahu akan ditampar, wanita itu tetap memandang lurus pria yang marah di depannya tanpa rasa takut.Senyum cemooh tersungging di bibir Jeremy, tanda penghinaan secara dingin. Kaget sekaligus tidak percaya, seharusnya sejak awal dia tidak bersikap lunak kepada wanita tersebut. Sekarang Hana mirip pemberontak yang siap melayangkan bendera merah kepadanya.“Kamu mengabaikan anak itu seharian. Bukannya sulit bekerja di restoran sampai malam?”“Urus saja urusanmu sendiri.” Hana tahu arah pembicaraan ini.“Kalau saja kamu mau bekerja dengan tubuhmu. Kamu bisa dapat uang yang kamu p

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   8 - DONAT UNTUK ADIK IPAR

    Lelah. Ada banyak hal yang harus Jeremy urus hari ini dan tidak semuanya selesai. Persetan dengan mereka yang sudah pinjam uang, tetapi hilang saat ditagih. Beribu alasan dibuat untuk menghindar, padahal Jeremy hanya melakukan apa yang sudah mereka janjikan sebelumnya. Mobil mewah yang dinaiki Jeremy berhenti tepat di depan anak tangga menuju pintu utama. Seorang datang dan membukakan pintu, kemudian Jeremy turun dan masuk ke dalam rumah miliknya. Pintu lebar yang sedari awal sudah terbuka menampilkan pemandangan anak kecil bernetra biru indah. Pandangannya yang berbinar menatap lurus Jeremy yang baru datang. “Apa lihat-lihat?!” tanya Jeremy galak. Anak lelaki yang baru tinggal beberapa minggu di sana nyaris menangis ketakutan. “Kakak—” Alan merengek memanggil-manggil kakaknya. Namun, dia hanya sendirian di situ. Entah di mana orang-orang yang bertugas menjaga anak kecil tersebut. Jeremy menurunkan egonya saat melihat Alan hampir menangis. Ia menepuk jidat, tidak habis pikir kare

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   7 - MATA YANG TERNODAI

    Evan tidak bilang kalau restorannya juga disertai bar! Tapi tidak apalah, beruntung sejauh ini semua sesuai dengan apa yang dijelaskan bos. Hana hanya perlu menerima dan mengantar pesanan, serta membersihkan meja seusai digunakan pelanggan. Meskipun begitu, dia masih merasakan keanehan bekerja di rooftop bar dan restoran ini. Suasana di restoran ini terasa sangat santai dengan pemandangan luar biasa cakrawala kota. Saking santainya, Hana bisa dengar berbagai kata buruk yang dilontarkan para pelanggan. Yah, sebenarnya itu bukan hal yang mengejutkan lagi. Hal terburuk adalah Hana melihat banyak pasangan yang saling berpagut bibir ketika suasana restoran mulai sepi pelanggan. Hana mungkin bisa bersabar dengan hal itu, tetapi kesabarannya hilang saat perlahan tangan pria mulai menjamah tubuh si wanita. Saat di mana Hana ingin menghentikan aksi tak senonoh di tempat umum itu, pegawai restoran lain malah menghentikannya. Mereka memperingati Hana untuk tidak ikut campur kalau tidak mau dip

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   6 - DIAM-DIAM MEMPERHATIKAN

    Semua ini masalah ayah Hana. Jika orang itu bisa ditemukan, maka Hana tidak perlu menanggung semua utang seperti sekarang. Namun, sebuah pertanyaan baru timbul jika orang itu berhasil ditemukan. Apakah ayah Hana bisa melunasi seluruh utangnya? Firasat Hana mengatakan bahwa pada akhirnya dialah yang akan membayar utang. BAKK! Gelas ditaruh keras ke atas meja. Napas terengah karena berhasil menghabiskan air dalam sekali minum. Sorot kedua mata menatap tajam lurus ke luar jendela. Dalam hati tidak berhenti memaki karena rasa kesal yang sulit tertahan. “Anda baik-baik saja, Nona?” Kepala pelayan yang peduli bertanya pada Hana. “Aku harus berhasil menemukan ayahku, setidaknya aku bisa mengambil organnya dan menjualnya,” ucap Hana yang berbicara pada dirinya sendiri. Kepala pelayan langsung bergidik ngeri kala dengar perkataan tersebut. Ia pikir mereka tidak perlu berbuat sejauh itu, mengambil dan menjual organ bukanlah sesuatu yang bisa mereka lakukan. Kalaupun hanya candaan, itu tid

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   5 - PRIA KEJAM YANG SUKA BERMAIN WANITA

    “Oke. Pilihannya adalah pelayan kafe dengan gaji sedikit atau … gaji besar dengan tinggal di rumah bordil dan hidup menghibur om-om pakai tubuhmu. Kamu … serius mau gaji yang besar?” Hana langsung melotot lebar dan menutup telinga Alan rapat-rapat. Pilihan pertama masuk akal, tetapi pilihan keduanya sangat gila. Ini sama saja seperti perkataan Jeremy hari itu! Pertama bekerja di kafe. Ini tempat yang cukup aman dan tidak ada yang namanya pelayanan khusus untuk menghibur om-om. Yang perlu Hana lakukan hanya menghidangkan pesanan lalu membersihkannya. Bayarannya kecil, tetapi Hana tidak akan kelelahan karena jam kerjanya sudah ditentukan. Tetapi kalau memilih pekerjaan ini, akan sulit bagi Hana untuk melunasi utang, apalagi bayar bunganya. Berbeda dengan pilihan kedua, di mana Hana akan dapat uang banyak dari mereka yang membayar. Hana bisa menyesuaikan harga dan melakukan apa yang pelanggan suka. Rumah bordil yang dicari oleh Evan adalah tempat yang cukup menjanjikan. Tempat itu tida

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   4 - DITAWARI PEKERJAAN

    Sejak hari itu, Hana menjadi canggung tiap kali bertemu dengan Evan. Jangankan bertukar pandang, menatap wajah dari kejauhan saja sulit dilakukan oleh Hana. Padahal tidak ada hal besar yang Evan lakukan, namun seluruh kalimat yang pria itu lontarkan di taman terus terulang di benak Hana. “Apa … kamu butuh bantuan? Aku bisa membantumu keluar dari penderitaanmu.” Ah, Hana benar-benar dibuat bingung. Entah kenapa Evan mengatakan hal seperti itu dipertemuan kedua mereka. Bahkan tetangga Hana yang sudah 15 tahun kenal tidak pernah mengucapkannya. “HEI, AKU BICARA PADAMU!” Bentakan sekaligus dorongan di bahu menyadarkan Hana dari lamunan. Ia tersentak saat lihat Jeremy sudah ada tepat di hadapannya. Beruntung pria itu mendorong bahunya dengan satu jari dan tidak pakai kekuatan besar, kalau sebaliknya dia pasti sudah terduduk di lantai. “BERANI SEKALI KAMU MENGABAIKANKU!” PLAKK Lagi. Untuk kesekian kalinya Hana harus merasakan perih di pipi. Saking seringnya ditampar,

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   3 - ADIK IPAR YANG PEDULI

    Mereka bilang Hana sangat beruntung dan iri akan hal itu. Menikah dengan CEO sekaligus pewaris perusahaan besar menjadikan Hana sebagai wanita terberuntung yang mereka kenal, terlebih di mata mereka Jeremy adalah pria paling sempurna. Tidak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau Jeremy bahkan tidak pernah tersenyum di depan Hana setelah pernikahan. Yang ada hanya kekerasan verbal dan fisik, hanya … rasa sakit. “Wajahmu sudah jelek jadi tambah buruk rupa. Kamu tidak melakukan apa pun pada bengkak parah di wajahmu itu? Tidak pernah dengar yang namanya obat?” Hana menunduk sedih atas perkataan pria yang duduk di hadapannya. Sama sekali dia tak bertanya tentang kondisi Hana, apakah terasa sangat sakit atau nyeri, tidak sekali pun. Padahal semua luka yang diderita muncul karena pria tersebut. “Maaf, aku sudah menggunakan es batu untuk mengecilkan bengkaknya. Aku akan segera baik-baik saja,” balas Hana dengan nada suara rendah. Tidak seharusnya dia berpikir akan ada hal baik, dua menit

  • Menjadi Tahanan Kreditor Kejam   2 - NASIB TRAGIS DUA KEPRIBADIAN KONTRAS

    Akhirnya Hana menjadi seorang istri dari pria yang sama sekali tidak dicintai, bahkan tidak dikenalnya. Hana itu penakut, polos, dan rendah diri. Sementara Jeremy brutal, sombong, dan bos yang kejam. Dua kepribadian yang sangat kontras satu sama lain kini terikat oleh nasib yang tragis. Hidupnya menjadi lebih buruk dari hari ke hari. Jika saja hari itu Hana kabur lebih cepat, dia mungkin tidak akan merasakan perasaan ini, rasa cinta dan dendam yang berisi kebahagiaan dan penyiksaan. “Pastur pernah bertanya apa aku bersedia mencintai dan melindungimu, sekarang aku beritahu padamu jawabanku yang sebenarnya … .” Jeremy menjeda ucapannya. Perlahan mendekati Hana yang mematung di hadapannya. Mulut mendekati telinga Hana untuk berbisik, “… Aku tidak bersedia, sialan!” Setidaknya kini Hana tahu alasan Jeremy menawarkan pernikahan sebagai bentuk pembayaran utang adalah karena persyaratan warisan dari sang kakek, di mana dalam kurun waktu yang ditentukan Jeremy sudah harus menikah. Ia memil

DMCA.com Protection Status