Share

BAB 7. PERHATIAN DALENA MEMBUAT DAMIEN PENASARAN

"Mami ke mana saja, katanya pulangnya tidak lama-lama..."

Cassel memeluk tubuh Dalena dengan erat, anak itu berada dalam gendongan Dalena dengan tangis sesenggukan.

"Mami harus kerja Sayang, maafkan Mami ya nak," bisik Dalena mendekap tubuh kecil Cassel.

"Besok Mami jangan pergi lagi, temani Cassel pokoknya!" seru anak itu meremas punggung Dalena.

"Iya Sayangku."

Dalena berada di kediaman barunya, ia membeli sebuah rumah di kawasan perumahan mewah. Bahkan Dalena juga mendatangkan pengasuh Cassel yang di London untuk menemani putra kecilnya ini.

Dalena mengusap rambut tebal hitam milik Cassel dan mata indahnya sudah tidak mampu terbuka.

"Ngantuk ya Sayang, bobo sama Mami yuk," ajak Dalena mengusap pipi gembil putranya.

Anak itu mengangguk, ia meletakkan kepalanya di pundak sang Mama dan memejamkan Kedua matanya.

Langkah kaki Dalena terhenti saat ia mendengar deringan ponsel miliknya.

"Thom," lirih Dalena. "Halo, Tuan..."

"Tolong kirimkan alamat rumahmu. Raccel mengamuk mencarimu sekarang, ini perintah Tuan Damien!" tegas Thom pada Dalena.

Wajah wanita itu menjadi bingung seketika, di satu sisi Cassel masih sesenggukan dalam pelukannya. Di balik panggilan itu terdengar suara jeritan-jeritan tangis Raccel yang begitu keras, Raccel sungguh mengamuk.

"Dalena..." Thom memanggilnya lagi.

"Tuan, bisakah kau memberiku waktu satu atau dua jam lagi, aku... Aku mengurus sesuatu yang penting!" seru Dalena.

"Baiklah. Kirimkan alamat rumahmu, aku akan menunggumu sampai satu jam!"

Dalena tidak bisa membantah, panggilan itu langsung dimatikan oleh Thom.

Gegas ia membawa putranya masuk ke dalam kamar, merebahkan tubuh Cassel perlahan-lahan.

"Tidur Sayang..."

"Emmm, jangan pergi Mami," rengek anak itu memegangi ibu jari Dalena.

"Tidak nak, tidak," bisik Dalena mengelus-elus lembut punggung sang putra.

Tak lama kemudian Cassel tertidur. Barulah Dalena beranjak perlahan-lahan dari atas ranjang.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari. Rasa lelahnya hari ini tidak Dalena rasakan selama ia menjaga dua buah hatinya.

"Ya Tuhan, Raccel juga mengamuk!" seru Dalena menyahut jaketnya dan berjalan keluar kamar.

Lizi, pengasuh Cassel berdiri di depan pintu. Gadis muda berusia dua puluh tiga tahun itu sudah seperti adik untuk Dalena.

"Nona mau pergi lagi?" tanya Lizi.

Dalena mengangguk. "Aku titip Cassel, kalau dia bangun berikan susu vanila yang di box putih ya, Lizi..."

"Baik Nona."

Tanpa menunggu apapun, Dalena berlari keluar dari dalam rumah dengan sangat terburu-buru.

Pagar gerbang rumah terbuka, kaki Dalena melangkah lebar dan cepat menuju ke jalanan depan. Hingga ia menemukan sosok Thom yang kini terkejut menatapnya.

"Ada apa? Kenapa kau berlari?" tanya laki-laki itu.

"Sudah ayo cepat antarkan aku ke tempat Raccel!" pekik Dalena cemas.

Thom dengan raut penasarannya, ia langsung masuk ke dalam mobil dan segera membawa Dalena.

Di dalam mobil wajah cemas wanita ini tak sudah-sudah. Thom pun baru menyadari alasan kenapa Raccel memilih pengasuh ini, karena Dalena terlihat jelas sangat menyayangi Raccel.

**

"Nanny Dalena, hiks... Nanny.. "

Dalam gendongan Damien, anak perempuan itu menangis sampai tubuhnya lemas dan pucat.

"Nanny," rengeknya menangis lagi.

"Ck! Ke mana Thom?! Lama sekali dia?!" amuk Damien kesal.

Sudah satu jam ia memerintahkan Thom menjemput Dalena, tapi belum juga kembali.

"Daddy, mana Nanny-nya Raccel. Ihhh... Daddy dengarkan Raccel tidak, sih?!" teriak anak itu menarik-narik kemeja Damien sambil terus menangis.

"Ya ampun Sayang, jangan begini nak. Iya Nanny masih dijemput Paman Thom, tenang Sayang, nanti Raccel pusing lagi," bisik Damien mengusap pipi Raccel.

Barulah pintu gerbang depan terbuka. Mobil hitam milik Damien masuk ke dalam pekarangan.

Dalena keluar dari mobil lebih dulu, raut wajahnya sangat panik dan khawatir melihat Raccel menangis sekuat itu.

"Raccel!" pekik Dalena berlari ke arahnya.

"Nanny Dalena..." Anak itu menangis mengulurkan kdua tangannya cepat-cepat.

Dalena langsung mendekap tubuh kecil Raccel dengan sangat erat. Menyembunyikan kepala Raccel dalam ceruk lehernya yang hangat dan menutup tubuh Raccel dalam balutan mantel tebal yang ia pakai.

Damien terpaku, tindakan Dalena persis seorang Mama yang merebut putrinya dari gendongan orang lain. Tangisan Raccel pun lenyap seketika.

"Nanny jangan pulang hiks... Raccel sedih," lirih anak itu memeluk leher Dalena.

"Tidak Sayang, Nanny akan di sini temani Raccel ya Sayang ya," bisik Dalena mengusap punggung Raccel.

Tanpa diminta masuk, Dalena langsung membawa Raccel berlalu ke dalam rumah.

Damien menghela napasnya panjang dan merasa lega seketika begitu putrinya sudah tenang.

Langkah Dalena membawa Raccel duduk di sofa, ditangkup kedua pipi Raccel dengan lembut dan mengecupnya dengan lancang, namun anak itu tidak protes sama sekali.

Damien pun terheran-heran melihatnya, dari para pelayan, penjaga, hingga Thom yang sesekali melirik Damien. Pemandangan ini sama sekali sulit untuk diduga-duga.

"Dalena, ini gendongannya," ujar Pelayan Mery memberikan gendongan milik Raccel. "Mau aku bantu?"

"Tidak usah Bi, aku bisa sendiri."

Dalena memasang gendongan berwarna kuning cerah dan menggendong Raccel dengan mudahnya dengan posisi seperti koala.

"Raccel mau minum susu vanila!" seru bocah cantik itu menunjuk botol minumnya.

"Bibi buatkan ya Non..."

"No! Mau Nanny Dalena yang buatkan!" teriak Raccel marah.

Dalena mengangguk meraih botol di tangan Mery. Pelayan itu menunjukkan jalan menuju dapur.

Damien terus mengawasi pengasuh baru putrinya tersebut. Bahkan kini Raccel sudah tersenyum, menangkup kedua pipi Dalena sesekali mengecupnya.

"Kenapa memberi beberapa sendok, apa itu tidak kebanyakan?" tanya Pelayan Mery pada Dalena.

Dalena tersenyum. "Kan ini memang sudah takarannya. Kalau Raccel kenyang, dia akan cepat mengantuk dan beristirahat. Dia menangis cukup lama, kalau tidak segera istirahat nanti kepalanya sakit."

"Oh, begitu ya..."

Raccel memperhatikan Dalena yang membuatku susu vanila untuknya.

Sungguh rasa bahagia menyeruak di hati Raccel, dia merasa dilayani oleh Mommy-nya sendiri.

"Nanny besok buatkan susu cokelat buat Raccel," pinta anak itu.

"Iya Sayang, besok Nanny buatkan lagi. Ini ayo diminum, terus Raccel bobo ya..."

Anak itu menerima botol yang Dalena berikan, dia memberikan kecupan di pipi Dalena dengan manis, juga menyandarkan kepalanya di dada Dalena seraya meminum susu vanila yang hangat.

Dengan mesra wanita itu terus menimang Raccel dalam gendongannya. Mengelus kening Raccel dan bersenandung kecil seperti sebuah mantra hingga botol yang berada di tangan Raccel terjatuh.

"Dia sudah tidur?" Damien mendekat.

"Sudah Tuan, Raccel mengantuk dan mencari saya, jadi dia terus rewel. Kalau malam, tolong tambahkan takaran susu formulanya sesuai anjuran, apalagi kalau Raccel susah makan. Kalau minum susu sampai kenyang, dia akan tertidur pulas."

Damien menatap wajah cantik Dalena yang sangat perhatian. Sekelebatan Damien membayangkan andai wanita ini sosok Mama kandung Raccel.

Perasaan tak menentu setelah dia melihat semua aksi Dalena menyelamatkan Raccel yang mengamuk hingga kembali tertidur lelap.

"Menginaplah di sini, tolong jaga putriku. Aku akan memberikanmu upah dua kali lipat!" pinta Damien.

Senyuman tipis terukir di bibir Dalena.

"Terima kasih atas tawaran Tuan, tapi ada sesuatu yang harus saya urus di rumah, jadi saya tidak bisa full menjaga Raccel."

"Aku akan menaikkan upahmu lima kali lipat, Dalena!" seru Damien dengan keras kepala.

Tetap Dalena menggelengkan kepalanya. "Maaf Tuan, saya tidak bisa. Bukan perkara uang, tapi... Tapi saya punya tanggungan besar yang saya tinggalkan. Saya permisi menidurkan Raccel, selamat malam Tuan Damien..."

Mata tajam Damien menatap punggung Dalena yang menjauh. Ia mengepalkan tangannya kesal, baru kali ini ada seorang wanita yang menolak perintah dan permintaannya.

"Sesuatu hal penting yang dia tinggalkan? Apa yang sebenarnya dia tinggalkan di rumahnya sampai berani menolak perintahku?! Wanita itu... Membuatku penasaran!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lusianna Barus
damien harusnya menyadari kontak bathin seorang ibu dn anaknya yaitu raccel putrinya
goodnovel comment avatar
wella meitri
Lagi thorrrr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status