Beranda / Romansa / Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir / Bab 2. Lepaskan Tanganmu dari Mamaku!

Share

Bab 2. Lepaskan Tanganmu dari Mamaku!

Penulis: Rastri Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-07 12:47:26

Alena jelas terkejut. “Me-menikah, Tante?” tanya Alena mengulang ucapan wanita di hadapannya.

Ibu Badai menjawab dengan anggukan.

“Dengan Badai?” tanya Alena lagi seolah ingin memastikan.

Wanita di hadapannya kembali mengangguk. “Ya.”

Undangan sudah terlanjur tersebar dan tanggal pernikahan tinggal menghitung hari. Bagaimana mungkin mereka akan memberi pengumuman kepada semua tamu jika pernikahan batal. Itulah yang dipikirkan oleh ibu Badai.

“Tapi, Tante. Apa ini gak terlalu–em–maksud saya–”

Ah, bahkan Alena sampai kehilangan kata-katanya. Ucapan permintaan ibu Badai barusan sangat di luar perkiraannya. Ia sama sekali tidak menyangka.

Ibu Badai terlihat ragu sebenarnya, tetapi ia harus mencoba. Melihat ekspresi tak percaya di wajah Alena, wanita itu pun kembali berujar. “Tante, akan berikan apapun yang kamu minta. Bukan. Kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan,” ujar wanita itu segera meralat ucapannya.

“Tante, maaf sebelumnya. Tapi ini terlalu mendadak. Saya tidak bisa menikah begitu saja–” Alena menolak dengan halus. Sebenarnya ia merasa tidak enak hati pada wanita itu, tetapi apa daya. Ia bahkan tidak mengenal Badai.

“Maaf, Tante tidak berpikir sampai ke sana. Tentu saja kamu mana mau,” wanita itu tertunduk seolah tersadar. Ia merutuki dirinya sendiri. Mana ada gadis muda yang mau menikahi laki-laki lumpuh dan membuang masa depannya.

Alena makin merasa tidak enak hati. Ia seperti merasa jika ucapannya barusan telah menyentuh sisi sensitif perasaan wanita itu. “Bukan! Tante jangan salah paham,” pinta Alena. “Saya hanya merasa tidak mengenal anak Tante. Itu saja alasan saya,” lanjut Alena jujur.

Wanita itu menatapnya dan tersenyum. “Iya, tidak apa-apa. Tante mengerti. Maaf karena tadi Tante hanya emosional saja. Jangan terlalu dipikirkan permintaan Tante barusan.” Wanita itu mengusap pundak Alena pelan.

“Kalau begitu saya pamit, Tante,” pamit Alena kemudian.

Ibu Badai hanya mengangguk sambil tersenyum tipis mempersilakan gadis itu pergi. Untuk beberapa saat wanita itu memperhatikan punggung Alena yang kian menjauh dari pandangan matanya. Entah mengapa ia seperti memiliki harapan pada gadis itu.

***

Hari ini sungguh melelahkan. Setelah mengantar titipan Stevia dan menyaksikan kehisterisan Badai, lalu mendapat tawaran menikah secara mendadak dan kini ia baru saja selesai membagi brosur. Alena merasa haus.

Gadis itu menepi dan duduk di bangku tepat di bawah pohon sambil meneguk air mineral cup yang barusan dibelinya dari pedagang kaki lima.

Terasa lega saat segarnya air membasahi kerongkongan. Gadis itu merogoh tas mengambil ponsel. Ia melihat jam di layar menunjukkan angka 4.15 sore.

Ah, tidak terasa sudah jam segini rupanya.

[Al, malam ini jadi pulang ke rumah?]

Ia teringat pesan yang dikirim sang ibu tadi pagi. Rencananya memang dia akan pulang ke rumah sang ibu sepulang kerja. Lekas gadis itu memesan ojek online. Dan tak menunggu lama, ia mendapatkan driver.

“Diantar ke mana, Mbak?” tanya Abang driver sembari menyodorkan helm pada Alena.

“Sesuai aplikasi, Bang.” Alena menerima helm tersebut dan langsung memakainya. Ia segera naik ke dudukan belakang. Lalu Abang drivernya segera melajukan kendaraan roda dua itu membelah jalanan kota.

Lalu lintas sore ini terbilang ramai lancar karena jam pulang kantor masih sekitar satu jam-an lagi. Jangan bayangkan kalau pulang berbarengan dengan jam pulang kantor, otomatis akan kena macet.

Hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk Alena sampai di rumah. Gadis itu turun dan mengembalikan helm yang ia pakai.

“Terima kasih ya, Bang.” Tak lupa gadis itu mengucap terima kasih.

“Sama-sama Mbak.” Abang ojek menyelesaikan orderan di ponselnya, kemudian berlalu memacu kendaraan roda duanya meninggalkan Alena.

Alena berdiri sejenak menatap bangunan rumah dua lantai di hadapannya. Ia menghela napas. Sudah cukup lama ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini. Rumah kenangan masa kecilnya, tetapi terpaksa ia tinggalkan karena suatu alasan.

Pranggg!!!

Suara gaduh seperti benda jatuh dengan sangat keras terdengar dari arah dalam. Alena terkejut dan segera berlari ke dalam rumah. Matanya membola melihat kondisi rumah yang seperti kapal pecah. Ia melangkah hati-hati di antara pecahan perabot yang berserakan di lantai. Ia bergegas menuju kamar utama.

Alangkah kaget dia melihat sang ibu bersimpuh di sudut kamar. Seorang pria yang ia kenal, mencengkeram kasar rahang sang ibu.

“Itu hukuman karena kamu berani melawanku!” bentak pria itu terdengar marah. Pria itu belum menyadari kehadirannya.

Hati Alena geram dan marah melihat perlakuan yang diterima ibunya. Emosi seketika menguasai dada gadis itu.

“Lepaskan tanganmu itu dari Mamaku, brengsek!” bentak Alena dengan mata berkilat marah.

Pria itu menoleh ke asal suara dan melepas cengkeramannya dari sang ibu.

“Alena,” desis sang ibu yang terlihat terkejut mendapati keberadaan putrinya.

Pria itu menghampiri Alena. “Oho, siapa ini?” seringai pria itu. Tangannya terulur ke arah wajah Alena. Refleks gadis itu mengelak. Pria itu pun menarik kembali tangannya.

“Anda tau kan, kalau apa yang anda lakukan ke Mama saya itu KDRT? Saya bisa laporkan anda ke polisi,” ancam Alena menatap tajam pria di hadapannya.

“Oh ya?” ejek pria itu. “Apa kamu yakin Mama kamu berpikiran yang sama?” tanya balik pria itu seolah tak terpengaruh dengan ancaman Alena.

Alena mengepalkan tangan. Ia sangat tahu jika sang ibu tidak akan melaporkan perbuatan pria itu. Itu membuatnya geram, kenapa ibunya sangat bodoh. Melihat ekspresi Alena menerbitkan senyum mengejek dari pria tersebut.

“Kamu itu sebenarnya cantik, tapi sayang wajah kamu terlalu mirip Panji.” Ekspresi pria itu berubah. Bahkan rahangnya terlihat mengeras. Ada sorot kebencian di mata laki-laki itu.

“Mas Surya, jangan ganggu Alena. Ini–” Ibu Alena lekas bangkit mengambil dompet dan menyerahkan pada pria itu. Ia tidak ingin sang suami mengganggu putrinya.

Om Surya menoleh pada istrinya. Wajahnya berubah cerah.

“Gitu dong dari tadi.”

Pria itu lekas membuka dompet dan menguras isinya. Namun, ekspresinya berubah seketika.

“Cuma segini?” tanyanya tak percaya.

“Mas, jangan diambil semua. Aku juga butuh untuk belanja,” mohon sang ibu.

“Apa-apaan! Ini aja kurang,” protes laki-laki itu. Lalu menoleh pada Alena. “Kamu! Pasti punya uang, kan?”

“Gak ada!” sahut Alena seketika.

Hah! Teriak pria itu frustrasi. “Ibu dan anak sama saja. Kalau bukan karena Mama kamu, sudah lama kamu ku jual,” gerutu pria itu sembari berlalu dari hadapan dua wanita ibu dan anak tersebut.

Kedua wanita itu kembali tersentak saat pria itu menendang sesuatu di depan. Alena lekas menghampiri sang ibu begitu merasa pria itu sudah pergi. Ia menuntun sang ibu untuk duduk di tepi ranjang.

“Kenapa Mama diam saja? Tindakan Om Surya sudah melewati batas,” geram Alena dengan suara tertahan.

“Mama hanya mau melindungi kamu,” jawab sang ibu membela diri.

Alena menghela napas lelah. “Tapi, Ma–” Baru saja Alena hendak berbicara lagi, terdengar suara seseorang memanggil di luar. Ia pun keluar untuk melihat, diiringi oleh sang ibu di belakang.

Dua orang pria yang berdiri di depan pintu. Satunya mengenakan kaus polo yang dimasukkan menutupi perut buncitnya dan satunya lagi memakai kaus yang dibalut jaket kulit berwarna hitam.

“Cari siapa?” sambut Alena.

“Bisa bertemu ibu Mirna?” tanya laki-laki yang mengenakan kaus polo. Alena menoleh pada sang ibu. Wanita itu juga menoleh padanya pertanda tidak tahu. Lalu sang ibu beralih menoleh dua orang laki-laki di depan pintu.

***

Bab terkait

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Bab 3. Dia Bukan Papaku!

    “Digadaikan?” tanya Alena tak percaya. “Benar. Suami Bu Mirna meminjam sejumlah uang pada Bos kami dengan menjaminkan sertifikat rumah ini.”Alena luruh di tempatnya. Kedatangan dua orang pria ini tidak lain untuk menagih angsuran utang yang ia sendiri tidak tahu. Ia masih mencerna informasi barusan.“Dan jika bulan ini kembali menunggak, mau tidak mau kami terpaksa akan menyita rumah ini,” lanjut pria berjaket kulit itu tanpa berbasa-basi.Baik Alena maupun Bu Mirna, sama-sama kaget. Rumah ini adalah satu-satunya peninggalan Papa Alena.“Kalau boleh tau, berapa ya uang yang dipinjam?” Alena memberanikan diri untuk bertanya tanpa menyebut nama ayah tirinya.“Dua ratus lima puluh juta,” jawab laki-laki itu.Mata Alena sukses membelalak tak percaya. Dua ratus lima puluh juta bukanlah uang yang sedikit. Bagaimana bisa Om Surya menjaminkan sertifikat rumah ini. Dasar kurang ajar. Tangan Alena terkepal menahan geram.“Dan jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 20 bulan ini. Kami mohon ker

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Bab 4. Saya Bersedia!

    Setengah jam lebih Alena berada di kamar mandi dengan isi kepala yang melanglang buana. Akhirnya gadis itu merasa lebih segar dari sebelumnya. Ia yang telah berganti dengan pakaian tidur merebahkan diri di kasur tanpa dipan miliknya. Kedua netranya berkedap-kedip menatap plafon kamar. Pikirannya mengawang. Ia benar-benar bimbang.Meski memaksa kedua mata untuk memejam, tetapi ia merasa sulit untuk terlelap. Butuh perjuangan hingga akhirnya ia dapat terlelap pukul tiga dinihari. Dan pagi ini Alena sudah bangun dan membersihkan diri. Ia telah berdandan rapi, maksudnya berpakaian rapi dan sopan.Setelah semalaman berpikir, ia memutuskan untuk menerima tawaran ibu Badai.“Tante, saya bersedia menikah dengan Badai.”Hening. Alena terlihat berpikir, menggeleng cepat. Lalu, mengulang ucapannya.“Saya menerima tawaran Tante untuk menikah dengan Badai.”Alena menghela napas berat dan menatap lurus pantulan dirinya yang berdiri di depan cermin. Ia tersenyum samar.Kamu pasti bisa, Al. Batinnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Bab 5. Sah!

    Semua persiapan pernikahan dilakukan serba kilat. Begitu mencapai kata sepakat antara pihak Badai dan Alena, orang kepercayaan Badai segera mengurus administrasi dan kelengkapan syarat pernikahan di KUA. Jika uang yang berbicara, semua bisa dipercepat.Alena juga memberitahukan pada sang ibu soal pernikahannya. Awalnya sang ibu terlihat terkejut dengan kabar mendadak ini. Namun, Alena menjelaskan jika Badai adalah laki-laki pilihannya. Pernikahan disegerakan lebih cepat lebih baik, tanpa menjelaskan alasan yang sebenarnya.“Apa gak sebaiknya kita kasih tau Pap–maksud Mama Om Surya, soal pernikahan kamu?” saran Bu Mirna.“Gak perlu kasih tau Om Surya. Dia bukan siapa-siapa. Apa Mama mau Om Surya tau tempat tinggal Mama sekarang?” Alena menatap sang ibu penuh rasa penasaran. Biar bagaimanapun, pria itu masih suami sah ibunya. Apakah ia begitu jahat jika memaksa sang ibu bercerai di usia yang tidak lagi muda?Memang sejak kejadian tempo hari, Alena membawa sang ibu ke rumah kontrakannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Bab 6. Aku Bukan Malaikat

    Badai duduk termenung di sisi jendela lebar kamarnya. Lebih tepatnya, kamar sementara di lantai bawah, selama proses pemasangan lift. Memang sebelumnya kamar laki-laki itu berada di lantai atas. Namun, sejak dirinya harus terperangkap di kursi roda, tak akan bisa ia berpindah ke lantai berbeda menggunakan tangga.Laki-laki itu termenung, memikirkan banyak hal. Semuanya terjadi begitu cepat. Seolah hanya mimpi. Kecelakaan yang membuat kedua kakinya lumpuh. Ditinggalkan kekasih saat pernikahan di depan mata.Namun, seharusnya ia masih bersyukur. Hanya kakinya yang lumpuh. Bukan nyawanya yang melayang. Meski Stevia meninggalkannya, ada Alena yang menggantikan. Bukankah itu sebuah keberuntungan?Pikirannya mengawang, merentang waktu. Ingatannya mendarat di saat Stevia mendatanginya, dua hari sebelum pernikahannya dengan Alena.“Badai, aku minta maaf. Bisakah kita lanjutkan rencana pernikahan kita? Aku kembali untuk itu.”Badai menatap dingin, tetapi sorot matanya tajam.“Tidak.”Hanya sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 7. Sosok Alena

    Stevia terpekur di depan meja rias. Ponselnya tergeletak begitu saja tak jauh dari tempatnya. Ia baru saja menghubungi nomor laki-laki itu, ayah dari janinnya. Berulang kali Stevia menghubungi, tetapi tidak pernah tersambung. Lelaki itu menghilang entah kemana. Seolah sengaja menghindarinya.Perempuan itu menyangga sisi kepala dengan siku bertumpu di meja rias. Matanya memejam, menggulung pikirannya yang semerawut.Saat ia memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahannya dengan Badai, ia mendapat amukan dari sang ayah. Lalu, bagaimana jika pria itu tahu jika dirinya kini tengah hamil tanpa suami.“Dasar anak tidak tau diuntung. Sudah bagus ada laki-laki yang mau menikahimu. Ini pakai acara kabur segala! Sudah merasa hebat? Hah!” amuk sang ayah.Bukan cuma amukan dan cercaan, tetapi juga disertai kekerasan fisik. Stevia memegang pipi kanannya yang terasa panas. Seringan itu sang ayah melayangkan tangan. Ia bahkan tidak ingat kapan terakhir kali mendapat perhatian dan kasih sayang san

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 8. Tidak Apa

    Pria itu keluar dari pintu kedatangan internasional bandara. Ia menggeret koper dengan sebelah tangan dan sebelah tangan lagi dibenamkan dalam saku celana. Setelan jas formal yang dikenakannya cukup menunjukkan strata sosial yang ia punya.Wajah tampan dibingkai rahang tegas yang dihiasi jambang tipis. Kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung. Menambah kesan maskulin. Auranya dingin tak tersentuh tanpa senyuman di bibir.Dia adalah Bayu. Bayu Segara Putra.Salah satu pebisnis muda yang sukses menduduki dua puluh besar pengusaha paling berpengaruh.“Selamat datang kembali, Bos!” sambut seorang lelaki muda yang tak berbeda jauh umur dengannya.Ia adalah Reka, sang asisten. Lelaki itu mengambil alih koper sang bos.“Hmm!”Bayu hanya menjawab dengan dehaman. Kembali melangkah diikuti sang asisten.“Bagaimana anak itu?” tanya pria itu tanpa menghentikan langkah.Jeda beberapa saat hingga ia menoleh pada asistennya.“Dia tetap menikah seperti rencana awal.”Bayu menghentikan lang

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 9. Tanggung Jawab

    Mendengar keributan berasal dari ruangan bosnya, Reka bergegas ke sana. Ia disambut tatapan penuh tanya oleh staff sekretaris di lantai itu. Namun, ia tak peduli.Reka mengetuk pintu dan mendorongnya perlahan. Ia terkejut melihat papan nama bosnya tergeletak tak jauh dari pintu. Ia langsung memungutnya. Dan mengusap dengan penuh hati-hati, seolah benda itu adalah benda keramat yang rapuh. Tak salah sih sebenarnya.“Apa yang terjadi?” tanya Reka yang masih memeluk papan nama atasannya.Bayu menoleh. Wajahnya jelas masih diselimuti emosi.“Kau, berikan gadis itu uang dalam jumlah besar!” titahnya.“Ya?” Reka terkejut.“Aku tidak suka menikmati sesuatu secara gratis,” jelasnya.‘Berapa harga diri gadis itu?’ Ia akan membayarnya. Bayu akan tersinggung jika orang lain meremehkannya. Ia tidak suka.“Baik. Berapa yang harus saya berikan?” tanya Reka agar tak salah langkah.“Satu Milyar.”“Ya?”Lagi-lagi Rela berseru terkejut. Satu milyar bukan uang yang sedikit. Tapi bosnya itu seolah enteng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 10. Kecurigaan

    Selesai sarapan, Alena membereskan bekas peralatan makan serta menyimpan makanan yang tak habis. Hanya meringkasi saja. Mencucinya akan dikerjakan ART mertuanya.Alena kembali ke kamar mengambil tas serta ponsel dan dompet. Saat akan keluar lewat pintu depan, ia melihat Badai tengah duduk di sofa ruang keluarga sembari memeriksa sesuatu di tabletnya. Ia menghampiri dan berdiri tepat di samping Badai.Menyadari ada orang di sebelahnya membuat Badai spontan mendongak. Ia melihat Alena terlihat sedikit salah tingkah.“Ehmm, Mas–” ucap gadis itu sedikit ragu. Semburat merah menghiasi dua belah pipi gadis itu.Badai tentu merasa sedikit kaget mendengar panggilan istrinya. Ada perasaan yang berbeda saat mendengar panggilan baru itu. Namun, ia dapat dengan cepat menguasai ekspresinya.“Ya?”“Aku berangkat dulu.” Alena mengulurkan tangan pada suaminya.Badai yang paham pun lantas menyodorkan tangan kanannya. Alena membawa punggung tangan sang suami untuk ia cium. Berharap keberkahan langkahny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04

Bab terbaru

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 20. Siapa Kamu Sebenarnya?

    Bayu sedang menunggu asistennya mengambil mobil di parkiran. Tanpa sengaja, pandangannya menangkap sosok seorang wanita yang baru saja beberapa saat yang lalu dia temui. Ya, perempuan itu adalah Alena, istri dari Badai. Laki-laki itu tampak menatap lekat sosok Alena, dengan sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku celana.Ada senyum samar di bibir Bayu saat menatap perempuan itu. Lalu, pandangannya teralih pada mobil yang tengah melaju. Namun, terlihat mencurigakan. Ia pun menatap bergantian ke arah Alena juga mobil tersebut. Seketika ia tersentak, matanya membelalak saat menyadari. Sepertinya pengendara mobil itu ingin mencelakai Alena. Tak ingin membuang waktu, Bayu segera berlari ke arah Alena. Ia berharap masih sempat menyelamatkan perempuan itu.Teriakan orang-orang terdengar ramai. Yang meminta Alena segera minggir untuk menghindari mobil yang tengah melaju kencang. Namun, sepertinya perempuan itu seperti kehilangan kontrol akan kesadarannya. Ia mengalami freezing response. Di ma

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 19. Kecelakaan

    Bayu sedang mengadakan pertemuan dengan salah satu klien di sebuah restoran. Ia tidak sendirian. Tentu saja selalu ditemani oleh Reka, asistennya. Pertemuan dengan klien yang satu ini terbilang cukup sulit karena kesibukan pria dari perusahaan yang akan jadi mitra kerjanya itu cukup padat.Pria paruh baya di hadapan Bayu itu terlihat manggut-manggut membaca dokumen yang mereka bawa. Pria itu sepertinya tengah mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan.“Baik, saya suka dengan rencana yang kalian tawarkan,” ujar pria itu akhirnya.Bayu dan Reka pun dapat bernapas lega. Akhirnya…"Semoga kerjasama kita ini bisa sukses," ujar pria tersebut."Kalau begitu, silakan dinikmati hidangannya, Pak!” ujar Bayu mempersilakan dengan soapn.Pria itu mengangguk dan mereka pun mulai menyantap makan siang sambil sesekali diselingi obrolan ringan yang sama sekali bukan membahas masalah pekerjaan. Hingga akhirnya pria itu bersama dengan sekretarisnya pun pamit lebih dulu.“Kalau begitu, saya pamit dulu

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 18. Dendam Daniel

    Pagi itu, suasana pantry sudah terlihat ramai. Beberapa karyawan yang ingin membuat kopi ataupun teh, tengah mengantri bergantian untuk menyeduh minuman mereka. Sembari menunggu, mereka tampak berbincang ringan. Hingga salah satu karyawan yang menyeletuk. "Kalian tau, gak? Si Indah, kena semprot si Bos cuma gara-gara masalah sepele?" beritahu Irma dengan ekspresi wajah serius. "Hah, gara-gara apa emang?" tanya Nina terpancing ingin tahu. Irma pun memajukan wajah dengan sedikit merunduk, khas para tukang gosip. Kedua temannya pun ikut-ikutan mendekat sembari merunduk mengikuti Irma. Irma berkedip dengan bola mata bergerak-gerak, siap untuk bergosip. "Dia kena marah habis-habisan cuma gara-gara beresin susu coklat yang ada di meja Pak Bayu." "Hah?" Nina dan Sari kompak memekik terkejut dengan mulut membulat dan mata melebar. Kedua wanita itu seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Irma barusan. "Serius?" tanya Sari tidak percaya. " Bukannya Pak Bayu paling benci ya

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 17. Gara-gara Sekotak Susu Cokelat

    Badai sudah cukup menahan kesabaran selama semalaman. Maka, begitu melihat Alena di pagi harinya, laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol emosinya.“Alena!” panggil Badai dengan suara setengah membentak.Alena yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan seketika terjengkit kaget.“A-ada apa, M-mas?” tanya Alena mendadak takut.Sepagi ini sudah mendapat bentakan dari laki-laki itu. Wajahnya mendadak berubah pucat.“Kan sudah kubilang, jangan sentuh barang-barang di dalam kamarku. Kamu itu bodoh atau gimana sih?” emosi Badai.Alena bingung, apa kiranya yang membuat Badai marah sepagi ini. Dengan takut-takut, ia pun bertanya.“Maaf, Mas. Memangnya apa yang sudah gak sengaja aku lakuin?” tanya Alena agar lebih jelas.Badai melebarkan mata. Gak sengaja, dia bilang?Laki-laki itu menghela napas kasar. Ia pikir, Alena ini adalah tipe orang yang tidak punya rasa bersalah meski telah melakukan kesalahan.“Ternyata kamu beneran bodoh, ya? Atau memang gak punya rasa bersalah? Di mana bingkai

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 16. Hidupku penuh dengan kerja keras

    “Tapi … ada satu masalah lagi.” Mahes terdengar ragu mengatakannya.“Apa?” Tatap mata Badai terlihat tajam penuh sorot waspada.“Salah satu klien kita, Pak Prana dari pihak PT Bumi Pertiwi, membatalkan kerjasama.”“Di mana mereka sekarang?” tanya Badai selanjutnya.“Mereka sedang makan siang di restaurant Tiga Saudara,” jawab Mahes memberitahu.Badai segera memutar kursi rodanya. Namun, kembali menghentikannya dan menoleh ke Mahes yang masih berdiri di tempat semula.“Tunggu apa lagi? Ayo kita susul mereka!” sentak Badai seakan menyadarkan Mahes yang masih berdiri terpaku.Laki-laki itu lekas mengambil alih untuk mendorong mursi roda sang bos meninggalkan kantor. Saat akan memasuki lift keduanya diperhatikan oleh sepasang mata milik seorang wanita yang tidak lain adalah sang ibu, Mama Sarah.“Badai?” gumam Mama Sarah seolah tidak percaya jika sang putra kini berada di kantor. Wanita itu mendecak pelan.“Anak itu, sudah dibilang tidak usah khawatir soal urusan kantor, tetap saja,” hera

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 15. Masalah di Kantor

    Bayu melangkah gontai memasuki kamar rawat Bu Winarsih. Laki-laki itu menatap wajah sang ibu asuh yang masih terbaring dengan mata terpejam. Ia menarik kursi ke sisi ranjang dan duduk di sana. Tangannya menggenggam tangan sang ibu. “Aku bertemu wanita itu, Bu. Dia … terlihat baik-baik saja dan bahagia bersama putranya.” Sebelah tangannya mengepal, sarat akan amarah tertahan dan … kecemburuan. Matanya memerah seolah menunjukkan semua derita yang dia tanggung selama ini. Kepalanya menunduk dalam. Tiba-tiba laki-laki itu merasakan sebuah usapan lembut di kepalanya. “Ngger!” panggil lembut suara wanita. Bayu mengangkat wajah mendengar panggilan lirih itu. Ia melihat Bu Winarsih kini menatapnya lemah. “Ibu sudah bangun? Bayu, panggil dokter dulu.” Laki-laki itu hendak beranjak. Namun, Bu Winarsih menahan tangan putranya dan menggelengkan kepala pelan. Bayu kembali duduk. “Apa ibu ngerasa gak nyaman?” tanya Bayu lagi merasa khawatir. Bu Winarsih kembali menggeleng. Tak lama, terden

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 14. Tragedi Kursi Roda

    Tiada angin tiada hujan. Tiba-tiba bertanya nama pada orang asing di pertemuan pertama, sungguh terdengar kurang sopan. Mama Sarah menyadari itu.“Maaf. Kalau pertanyaan ibu kurang sopan.”Wanita itu merasa tidak enak.Berbeda dengan Bayu yang merasa tidak menyangka tiba-tiba ditanya seperti itu. Ia merasa bingung.“Tidak apa-apa,” ujarnya dengan raut dingin seperti biasanya.Mama Sarah membuang pandangan. Seperti tak ingin pemuda di depannya itu melihat rona di wajahnya.“Ibu hanya teringat pada putra ibu. Dia seusia denganmu.”Kaca-kaca samar menggenang di pelupuk mata Mama Sarah. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Ia sedikit mendongakkan kepala, agar kristal bening itu tak jatuh ke wajahnya. Buru-buru ia merogoh kantong plastik putih.“Ini. Ambillah!” Ia menyodorkan sekotak susu ukuran sedang.Bayu tergeming menatap sekotak susu di tangan wanita itu. Lalu beralih menatap wajah Mama Sarah seolah bertanya, ‘Kenapa?’.“Anak ibu suka susu cokelat,” ujarnya. Bibirnya memaksa senyum meski w

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 13. Siapa Namamu, Nak?

    Bayu bergegas pulang setelah mendapat telepon dari Arya, salah satu remaja yang tinggal di panti asuhan tempatnya dulu. Ibu panti terjatuh karena darah tingginya tiba-tiba kambuh. Bayu bergegas menyusul ke rumah sakit. Arya bilang mereka sudah membawa ibu panti agar segera mendapat penanganan.Bayu menekan tombol interkom dan meminta Reka segera ke ruangannya.“Apa schedule ku setelah ini?” tanya Bayu langsung ketika Reka baru saja menghadapnya.Reka lekas memeriksa tabletnya. “Bapak ada agenda makan malam bersama Presdir Indo Sarana Corporation. Apa ada masalah?” Reka balik tanya demi melihat raut wajah sang bos. Bau-baunya, nih, si Bos bakalan minta batalkan.“Batalkan!” ujar Bayu tegas.Tuh, bener kan. Reka mencoba melapangkan dadanya. Resiko jadi asisten ya begitu.Bayu lekas bangkit dari kursi kebesarannya. Laki-laki itu meraih jas yang ia gantungkan di standing hanger. Lalu memakainya sembari melangkah ke arah Reka dan menadahkan tangan.Reka yang paham, lekas merogoh saku dan me

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 12. Ada Yang Berdenyut Nyeri.

    “Ma-Mama?” panggil Stevia tak percaya melihat wanita paruh baya diam bergeming di hadapannya. Yang juga menatapnya tak percaya.Mama Sarah. Wanita yang tetap terlihat cantik meski sudah berumur itu adalah wanita yang memberinya kasih sayang layaknya seorang ibu. Ia merasa memiliki seorang ibu lewat wanita itu.Ujung bibir Stevia tertarik samar melihat wanita di hadapannya. Ia bergerak maju hendak memeluk wanita itu.Namun, kalimat yang terlontar dari bibir wanita itu berhasil menahan gerakannya.“Kamu? Siapa yang kamu panggil, Mama? Saya bukan Mama kamu!” ujar wanita itu ketus.Stevia terkesiap. Kejut itu berhasil membuat hatinya tercubit. Memantik rasa nyeri hingga bola matanya berdenyar.Penolakan. Ah, ia sadar dengan reaksi penolakan wanita itu. Kenapa ia bisa lupa penyebab sikap dingin wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya. Wanita yang pernah akan menjadi ibu mertuanya.Mendadak Stevia merasakan sesal telah membatalkan pernikahan dengan Badai.“Ma, ehm, maksud Via, Tan–Tante.”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status