Sebenarnya Rere bisa saja membiarkan Ares melihat semua kejadian beberapa saat lalu, di saat kekasih tercintanya itu berselingkuh. Tapi, Rere pikir bukti itu belum cukup kuat. Rere tau siapa Raisa. Wanita itu sangat licik. Bisa saja nanti wanita itu memberikan alasan-alasannya untuk kembali meyakinkan Ares dan membuat pria itu luluh. Lebih baik Rere mengikuti permainan Raisa, biarkan wanita itu bertingkah sesukanya terlebih dulu. Nanti di waktu yang tepat dan Rere sudah mempunyai cukup bukti, maka ia akan membongkarnya.
Sekarang, Rere sedang berada di taman belakang. Ada beberapa pekerja yang sedang mengerjakan tugasnya untuk membuat rumah kaca. Ares juga mengusulkan untuk memberikan sedikit ruang agar Rere bisa melukis juga. Rumah kaca berbentuk seperti sangkar burung dengan sentuhan gaya eropa nantinya akan menjadi tempat Rere menghabiskan waktunya, selain di toko bunga.Tidak ada satu minggu, rumah kaca itu hampir selesai. Rere bahkan rela tidak pergi ke toko bKedatangan Raisa di malam hari, benar-benar definisi tamu tidak tau diri. Sudah datang tanpa diundang, lalu tidak segera pulang padahal malam sudah menunjukkan pukul 22.00. Selama Raisa masih duduk dengan tenang di samping Ares di ruang bersantai, di situ pula Rere ikut bergabung. Sebenarnya, bisa saja Rere pergi dan membiarkan mereka berdua bertingkah seenaknya. Tapi entah kenapa, untuk saat ini Rere enggan pergi meninggalkan Ares. Selagi suaminya itu tidak mengusirnya dan merasa tidak keberatan maka, Rere akan tetap di tempatnya. Bahkan sejak tadi, Raisa sudah memberi kode pada Ares dengan maksud untuk membuatnya pergi, tapi Ares juga tidak kunjung melakukannya. Maka, diamnya Ares akan Rere anggap sebagai rasa tidak setujunya dengan kalimat Raisa."Sudah pukul sepuluh, tidak ingin pulang?" tanya Ares. "Aku besok harus berangkat lebih pagi karena ada rapat."Raisa terlihat cemberut, merasa tidak setuju dengan kalimat Ares. "Kamu mengusirku?""Aku tidak me
Hari ini adalah jadwal Rere pergi ke toko bunga. Seperti biasa, orang-orang berdatangan ke toko. “Permisi,” ujar seorang pria di depan Rere.Rere mengalihkan pandanganya, sedikit terkejut melihat pria di depannya itu karena merasa tidak asing dengan wajahnya. “Ya. Ada yang bisa kubantu?”“Aku ingin membeli bunga, hanya saja aku tidak paham bunga apa yang cocok.”“Bunganya ingin kamu berikan untuk siapa?” “Kekasihku, dia sedang sakit dan aku berniat untuk menjenguknya.”“Bagaimana dengan bunga krisan? Aku akan memadukannya dengan mawar merah.”Pria itu mengangguk setuju. “Jika boleh tau, apa artinya dari bunga krisan?”“Bunga krisan memiliki warna cerah yang melambangkan rasa empati dan juga harapan umur panjang,” ujar Rere. “Jadi, memberikannya bunga krisan adalah pilihan yang tepat karena memberikan harapan orang yang sedang sakit akan segera sembuh dan berumur panjang.” “Lalu mawar, karena bunga itu melamban
Ares terbangun dari tidurnya, merasakan sedikit pening di kepala. Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja. Ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, saat melihat banyak notif panggilan tidak terjawab dari Rere. Lalu 1 pesan dari gadis itu.Rere: Kak Ares, bisakah kamu ke toko bunga sekarang? Pesan itu ditujukan padanya pukul 22.00, itu di saat dirinya sudah tidur. Tapi yang menjadi pertanyaannya, apakah Rere masih di toko bunga selarut itu? Lalu, di mana Pras dan juga bodyguard yang ia pekerjakan. Tanpa banyak bicara, Ares langsung saja turun dari kasur. Ia melirik ke arah Raisa yang masih terlelap. Nanti ia akan mengabari kekasihnya itu melalui pesan singkat saja. Yang terpenting sekarang adalah mengecek toko bunga. Ares melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Untung saja, keadaan jalan masih sangat sepi karena pagi baru menunjukkan pukul 04.30. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai. Saat sudah turun dari mobil, Ares tid
Seperti yang diusulkan oleh Steven, tiga hari setelah Rere merasa lebih baik, Ares langsung mengajak gadis itu itu pergi berlibur sekalian menyembuhkan dirinya. Mereka sudah sampai di Mürren, Swiss. Ares juga sudah menyewa satu rumah untuk mereka tinggali selama mereka di sini. "Kak ... bagaimana dengan pekerjaanmu? Kamu meninggalkannya.""Tidak perlu memikirkan pekerjaanku, Re," ujar Ares mengusap-usap kepala Rere. "Nikmati saja waktu kita di sini. Jangan biarkan pikiran-pikiran jelek atau tidak berguna, mengganggu."Rere mengangguk, tersenyum hangat. "Sejak dulu aku ingin sekali ke Swiss," ujarnya curhat. "Akhirnya, keinginan itu tercapai sekarang.""Kenapa ingin ke Swiss?" tanya Ares menanggapi."Karena keindahan alamnya. Negara ini sangat-sangat cantik, tenang, nyaman, dan membuat damai," balas Rere. "Aku bahkan juga ingin, suatu saat nanti tinggal di sini." Ares mengangguk setuju dengan kalimat Rere. "Swiss memang cocok dengan kepri
Sebenarnya, Ares ingin mengajak Rere bermain ski. Tetapi, melihat kondisi wanita itu yang agak sulit untuk berjalan lama-lama membuat Ares tidak tega. Alhasil, sekarang mereka hanya bermain salju di depan rumah. Rere masih sibuk dengan aktivitasnya membuat boneka salju, sedangkan Ares—pria itu memperhatikan Rere dengan mengabadikan momen yang ada di depannya dengan kamera yang ia pegang. “Lihatlah ke sini, Re.” Ares memberi instruksi. Rere langsung mendongak, ia tersenyum lebar saat Ares mengarahkan kamera di hadapannya. Beberapa jepretan sudah Ares dapatkan dengan Rere yang selalu berganti gaya. Setelah itu, Rere melanjutkan aktivitasnya membuat boneka salju yang hampir selesai.“Ayo, foto bersamaku. Lihatlah ke sini!” ujar Ares. Ia mendekat ke arah Rere, lalu mengarahkan kameranya ke mereka dan mengambil foto. Sembari menunggu Rere bermain salju, Ares memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang jaraknya tidak jauh dari Rere. Ia melihat-lihat foto
“Kak Ares, tangkap aku!” Rere berselancar di atas tumpukan salju. Sesuai yang dikatakan oleh Ares jika mereka akan bermain ski. Wanita itu tertawa lebar, membuat Ares yang berada di bawah ikut tersenyum hangat melihat tawa Rere. Lalu dengan sigap, Ares merentangkan tangannya saat jarak Rere dengannya sudah dekat. Hingga beberapa detik kemudian, tubuh Rere menubruk tubuh Ares membuat mereka terjatuh. Ares langsung memeluk Rere, melindungi wanita itu. Menyadari apa yang baru saja terjadi, mereka tertawa bersama. Rere benar-benar menikmati momen bersama Ares setiap detiknya. Entah kapan semua ini akan terjadi lagi. “Woah, ini sangat menyenangkan!” seru Rere dengan senyum lebarnya.Mereka terlentang di atas salju. Sembari menatap ke arah langit yang terlihat cerah. “Kak ... kita sudah menikah selama tujuh tahun. Aku ingin mengetahui tentang dirimu lebih jauh, apakah boleh?” Rere membuka percakapan, setelah mereka hening untuk beberapa saat. Mendengar pertanyaan Rere,
Seorang wanita sedang menikmati rokoknya, sembari duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Ia sedang menunggu seseorang. "Excuse me. Kau Nyonya Admaja?" tanya seorang gadis kecil dengan rambut pirangnya. Wanita itu tersenyum, mengangguk. Ia melepas kaca matanya. "Kau Josephine?""Ya, Nyonya.""Bagaimana Josephine, sudah memberikannya?" tanya Nyonya Admaja itu pada gadis kecil di depannya.Gadis kecil bernama Josephine itu mengangguk. Ia tersenyum lebar, lalu menodongkan kedua tangannya pada wanita dewasa di depannya. "Aku sudah melakukan sesuai apa yang kau perintahkan. Lalu mana upahnya, Nyonya?" Wanita itu terkekeh, mengangguk. Tangannya merogoh tas untuk mengambil dompet, membukanya. Ia mengambil beberapa lembar uang berjumlah 350 Franc Swiss, lalu memberikannya pada Josephine. "Ini untukmu," ujarnya.Josephine menerima, lalu tersenyum. "Thanks." "Your welcome. Ah, jika aku membutuhkan bantuanmu lagi
Kavita dan pak Gio sudah sampai di rumah yang Ares dan Rere tinggali selama di Swiss. "Silakan diminum dan dinikmati makanannya, Paman, Kavita." Rere datang dengan membawa beberapa makanan dan juga minuman untuk dihidangkan pada kedua tamu Ares. "Terima kasih, nak Rere," ujar pak Gio."Terima kasih, Re," ujar Kavita bersamaan dengan pak Gio.Rere tersenyum, mengangguk. Setelah itu ia pamit undur diri dan tidak berselang lama, Ares datang ikut bergabung dengan pak Gio dan Kavita."Bagaimana keadaan kantor, semua baik-baik saja?" tanya Ares. Meskipun sedang berada di negara yang berbeda, tentu saja Ares tetap mengurus semua pekerjaan-pekerjaan kantor secara online atau mengutus pak Gio dan Kavita untuk datang ke Swiss. Lalu bagaimana jika ada rapat? Tentu dilakukan secara daring. Mereka berdiskusi membahas masalah pekerjaan dengan serius. Sesekali menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh Rere. Tidak terasa, sudah 4 jam berlalu, Ares
"Ayahhh!" Si kecil Amy berlari menghampiri Ares yang baru saja memasuki rumah.Satu minggu tidak berjumpa, membuat gadis kecil itu merindukan ayahnya. Begitu juga dengan Ares yang sudah rindu akan suasana rumah dan ocehan-ocehan kedua anaknya."Anak ayah!" Ares langsung menggendong tubuh mungil Amy. Rasa lelah hilang begitu saja saat melihat putri kecilnya, lalu disusul dengan kehadiran Rere yang tersenyum lebar. Wanita itu langsung menghambur di pelukan suaminya. Tentu saja ia juga merasa rindu. "Ugh, sayangku. Rindu sekali, satu minggu terasa seperti satu tahun," ujar Ares membalas pelukan Rere. "Rama mau ikutan!" Bocah laki-laki yang entah dari mana itu tiba-tiba saja terlihat. Ia berlari kecil dan memeluk kaki Ares, ikut bergabung ke dalam pelukan. Jika begini, sudah terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.“Jagoan papa!" ujar Ares berjongkok, saat pelukannya pada Rere sudah terlepas. Kini, ia mengangkat tubuh bocah laki-laki itu hingga membuatnya menggendong si kembar. “O
Hari yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Di mana Rere akan melahirkan. Dokter juga sudah mengatakan saat kandungan Rere berusia 7 bulan, jika bayi mereka kembar. Tentu itu membuat kebahagiaan hadir berkali-kali lipat. Rasa syukur terus Ares ungkapkan, begitupun dengan Rere. Saat ini, Rere sudah berada di ruang bersalin. Dua jam yang lalu saat dokter memeriksa, wanita itu sudah bukaan ke-8. Berulang kali juga Rere sudah merasakan kontraksi dan mules. Di sisi lain, Ares dengan setia menunggu istrinya itu. Sesekali memberi kecupan hangat dan mengusap pelipisnya yang basah karena bulir keringat. Keluarga besar Ares juga masih dalam perjalanan. Tetapi untuk Tania dan Tio sudah menyusul begitu Rere dibawa ke rumah sakit tadi pagi akibat merasakan kontraksi yang begitu hebat. “Nanti waktu lahiran, mau ditemenin aku atau Mama?” tanya Ares. Ia bertanya seperti itu sebab, dirinya sendiri tidak tega untuk melihat proses lahiran secara langsung dan siapa tau saja jika Rere ingin ditemani ole
Two years agoSaat ini, Ares dan Rere sedang menikmati waktu berliburnya. Mereka memutuskan untuk menempati penginapan yang dekat dengan pantai. Selama 1 minggu di sini, baik Ares maupun Rere belum melakukan sentuhan fisik secara intens satu sama lain. Bukannya Ares tidak menginginkan, ia hanya mau melakukannya saat Rere juga ingin. Ia tidak ingin memaksa istrinya itu.Hingga tadi, saat Ares tidak tahan melihat Rere yang hanya berbalut bikini sedang berenang di kolam renang. Ares sedikit melancarkan aksinya dengan memancing istrinya itu. Sempat mereka akan melakukannya dan berhasil, tetapi tiba-tiba saja Rere bergerak menjauh dan pergi meninggalkan Ares dengan kejantanannya yang sudah menegang ingin segera disentuh.Dan sekarang, Ares melihat Rere sudah memakai kemeja miliknya dengan kancing yang dibiarkan terbuka hingga memperlihatkan tubuhnya yang mengenakan sebuah bikini berwarna kuning. Entah kenapa itu terlihat seksi di matanya. Lalu siapa yang tidak semakin tergoda? Pria normal
“Aku teringat, saat kita pergi ke pantai. Untuk pertama kalinya kita pergi bersama setelah dua tahun pernikahan.” Ares mulai membuka obrolan. Sudah bertahun-tahun lamanya, Ares tidak menyinggung hal ini. “Matahari terbenam begitu cantik saat itu. Lalu kamu mengatakan, the sunset is beautiful isn't it? Aku baru menyadarinya maknanya setelah beberapa tahun berlalu.”“Kiasan bahasa inggris yang kamu katakan memiliki maksud jika, itu adalah sebuah ungkapan yang memiliki kaitan tentang perpisahan dengan orang yang dicintai.” Lanjut Ares membuat Rere diam, mendengarkannya. “Apakah itu memiliki maksud jika pada saat itu kamu memang ingin pergi dariku atau hanya bertanya jika sunsetnya memang bagus padaku?”“Sudah lama sekali. Kukira kamu sudah melupakannya, tapi ternyata kalimat itu masih tersimpan di hatimu,” balas Rere bergumam. Ia tersenyum simpul. Hanya merasa tidak menyangka saja.Rere menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu. “Sebe
Perut yang semakin besar, membuat Ares flashback saat masa-masa kehamilan Rere sebelumnya. Bukannya belum mengikhlaskan, terkadang Ares masih suka berpikir bagaimana jika dia benar-benar lahir ke dunia. Namun, meskipun begitu, ia tetap bersyukur dan sangat berterima kasih karena Rere sudah siap untuk hamil kembali. Pasti juga tidak mudah bagi istrinya itu setelah kejadian yang menimpanya. Ares sangat memaklumi dan menghargai apa pun keputusan Rere. Toh, jika memang Rere belum siap seperti pada saat itu, Ares tidak akan menuntutnya. Baginya kebahagiaan dan kewarasan Rere adalah yang utama. Berdua dengan Rere saja sudah sangat membahagiakan dan sangat ia syukuri, apalagi jika diberi lebih dengan hadirnya malaikat kecil di antara mereka. Maka, Ares tidak akan pernah berhenti untuk berterima kasih kepada Tuhan dan Rere tentunya. “Sangat tidak sabar menunggunya terlahir ke dunia.” Ares mengusap-usap lembut perut Rere yang buncit.Kata dokter, Rere akan melahirkan pada tanggal 5 Juni yang
Kehamilan Rere adalah hal yang paling dinantikan semua orang. Termasuk Ares yang begitu bahagia saat mendengar perkataan Rere jika istrinya itu hamil. Apalagi saat Rere menunjukkan sebuah test pack dengan garis 2 yang menunjukkan jika benar-benar positif hamil. "Aku bahagia, Re. Terima kasih karena sudah siap untuk mengandung lagi."Rere tersenyum hangat. Melihat respon Ares yang sangat bahagia dengan binar di matanya, membuat ia semakin yakin untuk perlahan menghilangkan traumanya. Karena tidak mudah bagi dirinya, setelah mengalami banyak hal kejadian di hidup.Rere banyak belajar di kehidupannya bersama Ares, baik dulu maupun sekarang. Dari rumah tangganya, ia belajar menjadi istri sebagaimana mestinya, meskipun Ares selalu menyakiti. Rere yang menggaris bawahi, bahwasannya sejak awal pernikahan mereka memang Ares tidak pernah mencintai dirinya. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Ada paksaan secara tidak langsung, yang membuat Ares sulit menolaknya. Rere juga tidak membena
Suamiku: kenapa tidak membalas pesanku?halooobuang saja hapemu jika tidak bisa membalas pesanku, sayangastagaaasedang diculik pemuda bpupki kah, sampai-sampai tidak bisa membalas pesanku?Rere melirik sekilas ke arah ponselnya yang terus bergetar. Notifikasi pesan dari Ares membuatnya tetap fokus pada kesibukannya. Hari ini, ia cukup sibuk di butik. Ada salah satu customer mendatangi, dia ingin dibuatkan dekor untuk merayakan ulang tahun putrinya yang ke-7 dan desainnya harus sudah selesai jam 13.00, waktunya sisa 20 menit lagi dari sekarang. Semua terjadi secara dadakan dan itu membuat Rere tidak bisa membalas pesan atau bahkan mengangkat telepon suaminya itu. Karena dirinya tidak boleh hilang fokus.Satu lagi, customernya juga sedang menunggu. Dia duduk di hadapannya. Seorang pria matang berstatus duda itu membuat Rere sedikit grogi mengerjakannya. Tentu saja. Rasanya seperti saat ujian nasional dengan guru killer yang bertugas menjaga. Lalu, dari mana Rere tau jika pria di hada
Baik Ares maupun Rere merasa canggung karena mereka melupakan keberadaan Serena dan Steven yang melihat ciuman panas mereka. "Ugh, lihatlah ke kaca, bibir kalian terlihat sangat bengkak," ujar Steven menggoda. Ares mendengus. "Kenapa kalian tidak pergi daripada harus melihat kita berciuman.""Ya Tuhan, jika aku biarkan, aku bersumpah kamu dan Rere pasti sudah berakhir di ranjang sekarang. Lalu pesta pernikahan dibatalkan sesuai dengan apa yang kamu katakan tadi.""Maka, biarkan itu terjadi," gerutu Ares kesal."Astaga, lalu apa yang akan kita katakan pada tamu undangan? Haruskah kita mengatakan, jika pengantin pria sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk menyentuh pengantin wanitanya?" sambung Serena gemas. Rere yang melihat keributan kecil itu hanya menggelengkan kepalanya. "Sudah-sudah," ujarnya melerai. "Serena, bolehkah aku meminta tolong untuk dipanggilkan tim penata riasnya? Aku harus segera merapikan kekacauan ini.""Oke, wait!" "Bibirku terlihat sangat jelas jika bengkak.
Mereka baru saja menyelesaikan upacara pernikahan dengan berjanji di depan Tuhan untuk sehidup semati dan saling mengasihi. Upacara diadakan secara intimate, hanya keluarga dan sahabat yang datang. Berbeda dengan pesta pernikahan yang akan diadakan secara besar-besaran dan mewah nantinya. Sekarang, mereka sedang berada di kamar untuk beristirahat sejenak. Karena pesta pernikahan akan dimulai pukul 08.00 malam. “Meskipun ini adalah pernikahan kita yang kedua, rasanya berbeda sekali,” ujar Rere yang bersandar manja di dada bidang Ares.Ares mendengarkan Rere, sembari memberi elusan pada kepala lalu turun ke punggung istrinya itu secara berulang kali.“Bahagia?” tanya Ares membuat Rere langsung mengangguk. “Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia karena telah menikah dengan pria yang dicintai?” tanya Rere tersenyum. “Semua wanita di dunia ini pasti akan merasa bahagia.”“Lalu apa yang kamu rasakan saat kita menikah yang pertama?” “Bahagia juga, tapi tetap saja ada kehampaan yang aku rasa