Sembari menunggu Ares menyelesaikan pekerjaannya, Rere memilih untuk ke ruang istirahatnya. Sebenarnya, lebih tepat menjadi ruang di mana Rere menghabiskan waktunya untuk melukis. Tidak banyak juga orang yang tau jika Rere bisa melukis. Sepertinya, hanya kakeknya dan Serena yang mengetahui jika ia bisa melukis. Ini adalah bakat yang disembunyikannya. Bahkan beberapa kali juga Rere melelang beberapa lukisannya, tentu saja dengan dibantu Serena karena ia memang tidak ingin identitasnya diketahui. Bahkan yang mengejutkan, Ares memiliki salah satu lukisan karyanya. Saat ini, Rere sedang melukis sosok pria yang sangat dicintainya. Siapa dia? Tentu saja Ares, siapa lagi, kan. Ini adalah lukisan yang sudah Rere kerjakan sejak 2 tahun yang lalu. Membutuhkan proses yang lama memang. Entahlah, Rere hanya merasa ingin menikmati setiap prosesnya dan tidak ingin terlalu cepat-cepat menyelesaikannya. Dengan foto Ares yang ia ambil 3 tahun lalu, saat mereka sedang berada di Barcelona unt
Sebenarnya Rere bisa saja membiarkan Ares melihat semua kejadian beberapa saat lalu, di saat kekasih tercintanya itu berselingkuh. Tapi, Rere pikir bukti itu belum cukup kuat. Rere tau siapa Raisa. Wanita itu sangat licik. Bisa saja nanti wanita itu memberikan alasan-alasannya untuk kembali meyakinkan Ares dan membuat pria itu luluh. Lebih baik Rere mengikuti permainan Raisa, biarkan wanita itu bertingkah sesukanya terlebih dulu. Nanti di waktu yang tepat dan Rere sudah mempunyai cukup bukti, maka ia akan membongkarnya. Sekarang, Rere sedang berada di taman belakang. Ada beberapa pekerja yang sedang mengerjakan tugasnya untuk membuat rumah kaca. Ares juga mengusulkan untuk memberikan sedikit ruang agar Rere bisa melukis juga. Rumah kaca berbentuk seperti sangkar burung dengan sentuhan gaya eropa nantinya akan menjadi tempat Rere menghabiskan waktunya, selain di toko bunga.Tidak ada satu minggu, rumah kaca itu hampir selesai. Rere bahkan rela tidak pergi ke toko b
Kedatangan Raisa di malam hari, benar-benar definisi tamu tidak tau diri. Sudah datang tanpa diundang, lalu tidak segera pulang padahal malam sudah menunjukkan pukul 22.00. Selama Raisa masih duduk dengan tenang di samping Ares di ruang bersantai, di situ pula Rere ikut bergabung. Sebenarnya, bisa saja Rere pergi dan membiarkan mereka berdua bertingkah seenaknya. Tapi entah kenapa, untuk saat ini Rere enggan pergi meninggalkan Ares. Selagi suaminya itu tidak mengusirnya dan merasa tidak keberatan maka, Rere akan tetap di tempatnya. Bahkan sejak tadi, Raisa sudah memberi kode pada Ares dengan maksud untuk membuatnya pergi, tapi Ares juga tidak kunjung melakukannya. Maka, diamnya Ares akan Rere anggap sebagai rasa tidak setujunya dengan kalimat Raisa."Sudah pukul sepuluh, tidak ingin pulang?" tanya Ares. "Aku besok harus berangkat lebih pagi karena ada rapat."Raisa terlihat cemberut, merasa tidak setuju dengan kalimat Ares. "Kamu mengusirku?""Aku tidak me
Hari ini adalah jadwal Rere pergi ke toko bunga. Seperti biasa, orang-orang berdatangan ke toko. “Permisi,” ujar seorang pria di depan Rere.Rere mengalihkan pandanganya, sedikit terkejut melihat pria di depannya itu karena merasa tidak asing dengan wajahnya. “Ya. Ada yang bisa kubantu?”“Aku ingin membeli bunga, hanya saja aku tidak paham bunga apa yang cocok.”“Bunganya ingin kamu berikan untuk siapa?” “Kekasihku, dia sedang sakit dan aku berniat untuk menjenguknya.”“Bagaimana dengan bunga krisan? Aku akan memadukannya dengan mawar merah.”Pria itu mengangguk setuju. “Jika boleh tau, apa artinya dari bunga krisan?”“Bunga krisan memiliki warna cerah yang melambangkan rasa empati dan juga harapan umur panjang,” ujar Rere. “Jadi, memberikannya bunga krisan adalah pilihan yang tepat karena memberikan harapan orang yang sedang sakit akan segera sembuh dan berumur panjang.” “Lalu mawar, karena bunga itu melamban
Ares terbangun dari tidurnya, merasakan sedikit pening di kepala. Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja. Ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, saat melihat banyak notif panggilan tidak terjawab dari Rere. Lalu 1 pesan dari gadis itu.Rere: Kak Ares, bisakah kamu ke toko bunga sekarang? Pesan itu ditujukan padanya pukul 22.00, itu di saat dirinya sudah tidur. Tapi yang menjadi pertanyaannya, apakah Rere masih di toko bunga selarut itu? Lalu, di mana Pras dan juga bodyguard yang ia pekerjakan. Tanpa banyak bicara, Ares langsung saja turun dari kasur. Ia melirik ke arah Raisa yang masih terlelap. Nanti ia akan mengabari kekasihnya itu melalui pesan singkat saja. Yang terpenting sekarang adalah mengecek toko bunga. Ares melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Untung saja, keadaan jalan masih sangat sepi karena pagi baru menunjukkan pukul 04.30. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai. Saat sudah turun dari mobil, Ares tid
Seperti yang diusulkan oleh Steven, tiga hari setelah Rere merasa lebih baik, Ares langsung mengajak gadis itu itu pergi berlibur sekalian menyembuhkan dirinya. Mereka sudah sampai di Mürren, Swiss. Ares juga sudah menyewa satu rumah untuk mereka tinggali selama mereka di sini. "Kak ... bagaimana dengan pekerjaanmu? Kamu meninggalkannya.""Tidak perlu memikirkan pekerjaanku, Re," ujar Ares mengusap-usap kepala Rere. "Nikmati saja waktu kita di sini. Jangan biarkan pikiran-pikiran jelek atau tidak berguna, mengganggu."Rere mengangguk, tersenyum hangat. "Sejak dulu aku ingin sekali ke Swiss," ujarnya curhat. "Akhirnya, keinginan itu tercapai sekarang.""Kenapa ingin ke Swiss?" tanya Ares menanggapi."Karena keindahan alamnya. Negara ini sangat-sangat cantik, tenang, nyaman, dan membuat damai," balas Rere. "Aku bahkan juga ingin, suatu saat nanti tinggal di sini." Ares mengangguk setuju dengan kalimat Rere. "Swiss memang cocok dengan kepri
Sebenarnya, Ares ingin mengajak Rere bermain ski. Tetapi, melihat kondisi wanita itu yang agak sulit untuk berjalan lama-lama membuat Ares tidak tega. Alhasil, sekarang mereka hanya bermain salju di depan rumah. Rere masih sibuk dengan aktivitasnya membuat boneka salju, sedangkan Ares—pria itu memperhatikan Rere dengan mengabadikan momen yang ada di depannya dengan kamera yang ia pegang. “Lihatlah ke sini, Re.” Ares memberi instruksi. Rere langsung mendongak, ia tersenyum lebar saat Ares mengarahkan kamera di hadapannya. Beberapa jepretan sudah Ares dapatkan dengan Rere yang selalu berganti gaya. Setelah itu, Rere melanjutkan aktivitasnya membuat boneka salju yang hampir selesai.“Ayo, foto bersamaku. Lihatlah ke sini!” ujar Ares. Ia mendekat ke arah Rere, lalu mengarahkan kameranya ke mereka dan mengambil foto. Sembari menunggu Rere bermain salju, Ares memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang jaraknya tidak jauh dari Rere. Ia melihat-lihat foto
“Kak Ares, tangkap aku!” Rere berselancar di atas tumpukan salju. Sesuai yang dikatakan oleh Ares jika mereka akan bermain ski. Wanita itu tertawa lebar, membuat Ares yang berada di bawah ikut tersenyum hangat melihat tawa Rere. Lalu dengan sigap, Ares merentangkan tangannya saat jarak Rere dengannya sudah dekat. Hingga beberapa detik kemudian, tubuh Rere menubruk tubuh Ares membuat mereka terjatuh. Ares langsung memeluk Rere, melindungi wanita itu. Menyadari apa yang baru saja terjadi, mereka tertawa bersama. Rere benar-benar menikmati momen bersama Ares setiap detiknya. Entah kapan semua ini akan terjadi lagi. “Woah, ini sangat menyenangkan!” seru Rere dengan senyum lebarnya.Mereka terlentang di atas salju. Sembari menatap ke arah langit yang terlihat cerah. “Kak ... kita sudah menikah selama tujuh tahun. Aku ingin mengetahui tentang dirimu lebih jauh, apakah boleh?” Rere membuka percakapan, setelah mereka hening untuk beberapa saat. Mendengar pertanyaan Rere,