Beranda / Pernikahan / Menjadi Istri yang Dilupakan / Bab 22: Guncangan Kecil dalam Ketenangan

Share

Bab 22: Guncangan Kecil dalam Ketenangan

Penulis: Le Vant
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-18 10:50:49

Hari-hari berlalu dengan ritme yang terasa lebih tenang namun tetap menyisakan ketegangan di antara Nadia dan Indra. Mereka masih sering mengalami pasang surut, meski Nadia berusaha keras menjaga kehangatan dalam rumah tangga mereka. Setiap kali ada tanda-tanda kedekatan, tak lama kemudian muncul masalah kecil yang kembali merenggangkan mereka.

Pada suatu malam, ketika Reza sudah terlelap di kamarnya, Nadia dan Indra duduk berdua di ruang tengah. Ada kesunyian yang canggung di antara mereka, seperti kebiasaan yang sudah terbentuk. Nadia menggenggam secangkir teh hangat di tangannya, sesekali menatap Indra yang sibuk dengan ponselnya.

"Mas, akhir pekan ini kita mau ke rumah Mama?" tanya Nadia, mencoba memulai percakapan. Sudah beberapa hari ini mereka tak berbicara banyak selain hal-hal kecil tentang pekerjaan dan Reza.

Indra mengangkat wajahnya, tampak terkejut karena suaranya tiba-tiba terdengar di tengah heningnya malam. "Oh, iya... mungkin bi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 23: Upaya yang Berliku

    Nadia semakin berusaha keras untuk memperbaiki keadaan rumah tangganya. Ia tahu bahwa hubungan mereka jauh dari sempurna, tetapi dalam hatinya, ia tetap ingin mempertahankan keluarga kecil yang telah dibangunnya bersama Indra. Setiap hari Nadia mencoba menanamkan harapan, meski sering kali harus berhadapan dengan ketidakpastian sikap suaminya.Pagi itu, Nadia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melirik Reza yang tengah bermain di ruang tengah. Indra belum keluar dari kamar, seperti biasa, ia bangun lebih lambat pada hari-hari libur. Nadia sengaja tidak membangunkannya, memberi ruang bagi suaminya untuk beristirahat. Mungkin, pikir Nadia, Indra akan lebih baik jika ia diberi waktu untuk dirinya sendiri.Namun, Nadia tidak bisa mengabaikan perasaan khawatir yang semakin hari semakin menggerogoti hatinya. Hubungan mereka terasa seperti berjalan di atas tali tipis, dan meskipun ada momen-momen di mana Indra menunjukk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 24: Pertarungan Diam-diam

    Beberapa hari berlalu sejak percakapan malam itu, namun tidak banyak yang berubah di antara Indra dan Nadia. Nadia tetap berusaha keras menjaga keharmonisan dalam rumah tangga, meski sering kali merasa bahwa usahanya hanya sepihak. Namun, setiap kali ia melihat wajah Reza yang ceria, Nadia tahu bahwa ia harus terus bertahan. Ia ingin memberikan kehidupan yang baik bagi putranya, kehidupan dengan keluarga yang utuh.Pagi itu, matahari bersinar terang di balik jendela dapur. Nadia sedang menyiapkan sarapan seperti biasa, kali ini dengan harapan bahwa mereka bisa menikmati momen keluarga yang tenang bersama-sama.“Mas, ayo sarapan dulu,” panggil Nadia lembut dari dapur saat melihat Indra baru turun dari tangga.Indra menatap Nadia dengan sedikit lelah di wajahnya, tapi ia mengangguk dan mengambil tempat di meja makan. Reza yang masih dalam pelukan Nadia langsung berseru kegirangan saat melihat ayahnya.“Aya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 25: Menggenggam Harapan yang Pudar

    Pagi itu, suasana di rumah mereka terasa berbeda. Nadia terbangun dengan perasaan campur aduk, antara berharap dan ragu. Janji Indra beberapa malam lalu masih segar di benaknya, tapi ia berusaha untuk tidak terlalu berharap. Pengalaman telah mengajarinya bahwa janji Indra sering kali hanya tinggal janji. Namun, kali ini, Nadia ingin mempercayai bahwa suaminya benar-benar ingin berubah, demi mereka, demi keluarga kecil ini.Saat ia memasuki dapur, harapan kecil itu mulai muncul kembali ketika ia mendapati Indra sedang duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tangan, bukan seperti biasanya ketika Indra langsung tenggelam dalam pekerjaannya begitu bangun tidur."Mas, kamu nggak buru-buru hari ini?" tanya Nadia sambil tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana.Indra menggeleng. "Nggak. Hari ini aku putuskan untuk kerja dari rumah. Aku mau luangkan waktu lebih banyak buat kalian," jawabnya dengan nada yang tenang, namun wajahnya tetap tampak se

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 26: Harapan yang Semu

    Waktu berlalu begitu lambat setelah percakapan panjang itu. Nadia dan Indra tetap hidup dalam rutinitas yang sama, meski ada sedikit perubahan dari Indra. Ia lebih sering pulang lebih awal dari kantor, dan kadang meluangkan waktu bersama Reza. Namun, di hati kecil Nadia, ia merasakan ada sesuatu yang masih kurang. Perubahan ini terasa seperti setengah hati, tidak sepenuhnya tulus. Indra masih tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, bahkan saat mereka seharusnya menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga.Suatu sore, ketika Nadia sedang duduk di teras rumah sambil mengamati Reza bermain, pikirannya berkelana. Ia mulai membayangkan seperti apa masa depan mereka. Kehadiran Reza, anak yang selalu ia sayangi dengan sepenuh hati, telah memberinya kekuatan untuk bertahan dalam pernikahan ini. Nadia sering berkata pada dirinya sendiri bahwa Reza adalah alasan ia tetap bertahan. Anak itu pantas memiliki keluarga yang utuh, dan Nadia ingin memberik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 27: Pertahanan untuk Reza

    Pagi hari di rumah Nadia dan Indra berjalan seperti biasa. Nadia mulai bangun lebih awal, menyiapkan sarapan untuk Reza, sementara Indra masih terlelap di kamar. Setiap pagi, Nadia memandang putranya dengan penuh kasih, melihat wajah polosnya yang tengah tertidur lelap membuat hatinya bergetar. Reza adalah segalanya bagi Nadia, dan dia tahu bahwa apapun yang terjadi, dia harus melindungi anak itu dari segala ketidakpastian di dalam pernikahan mereka.Setiap kali melihat senyum ceria Reza saat bermain atau mendengarnya bercanda, hati Nadia terasa lebih kuat. "Aku harus melakukan ini untuknya," gumamnya pelan sambil mengaduk kopi di dapur. Cinta Nadia kepada anaknya adalah alasan terbesarnya untuk terus bertahan. Bagaimanapun juga, dia ingin Reza tumbuh di dalam keluarga yang utuh, di mana ayah dan ibunya masih bersama, setidaknya di mata anak itu. Tidak ada yang ingin Reza tumbuh dalam keluarga yang retak.Namun, kenyataan berkata lain.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 28: Demi Cinta yang Memudar

    Pagi itu, Nadia terbangun dengan perasaan berat di dadanya. Semalam masih teringat jelas di benaknya—Indra pulang larut tanpa peduli dengan makan malam yang sudah ia siapkan dengan penuh harapan. Setiap kali menghadapi kekecewaan seperti itu, Nadia selalu menguatkan hatinya. Ada Reza yang membuatnya merasa bahwa hidup ini masih memiliki tujuan, ada rumah tangga yang harus ia pertahankan.Nadia mendesah pelan sambil menatap langit-langit kamar. Di sampingnya, Indra masih terlelap, wajahnya terlihat damai dalam tidur. Saat-saat seperti ini, Nadia sering bertanya pada dirinya sendiri, apakah Indra pernah benar-benar mencintainya? Pernikahan mereka yang dimulai dari kewajiban kini terasa seperti beban yang harus ia pikul sendirian.Ia perlahan bangkit dari tempat tidur, berhati-hati agar tidak membangunkan suaminya. Nadia selalu memulai harinya dengan berusaha menjaga semuanya tetap berjalan baik. Meski perasaannya kacau, dia tahu ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 29: Retak yang Tak Terlihat

    Malam semakin larut. Reza sudah tertidur pulas di kamarnya, dan rumah terasa sunyi. Nadia duduk di pinggir tempat tidur sambil melipat baju-baju kecil Reza yang baru selesai ia cuci. Kedamaian sesaat ini terasa rapuh, seolah-olah bisa pecah kapan saja. Ia menoleh ke arah Indra yang masih sibuk dengan laptopnya di meja kerja kecil di sudut kamar. Sejak pulang tadi, Indra belum menoleh sekali pun ke arahnya, tenggelam dalam urusan pekerjaan yang tampaknya tiada habisnya.“Mas, sudah malam. Mungkin istirahat dulu?” Nadia mencoba membuka percakapan, suaranya lembut, penuh harap.Indra menengok sekilas, lalu kembali mengetik tanpa menghentikan pekerjaannya. “Sebentar lagi, Nad. Ada yang harus diselesaikan malam ini.”Jawaban yang sama, untuk kesekian kalinya. Nadia menunduk, menahan perasaan kecewa yang perlahan mulai menyesakkan dadanya. Meski ia sudah terbiasa dengan ketidakpedulian Indra, ada bagian dalam d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 30: Asa yang Samar

    Pagi itu, Nadia bangun lebih awal dari biasanya. Ia menatap wajah Reza yang masih terlelap di sampingnya, menghela napas pelan. Beberapa minggu terakhir telah melelahkan secara emosional, dan setiap hari terasa seperti pertarungan untuk mempertahankan pernikahannya. Ia tahu hubungan dengan Indra belum sepenuhnya membaik, meskipun ada sedikit perubahan sejak kelahiran Reza. Tapi entah mengapa, setiap perubahan kecil yang Indra tunjukkan selalu diiringi oleh rasa tidak menentu yang membuat Nadia bingung.Setelah mengantar Reza ke sekolah, Nadia duduk di ruang tamu, merenung. Apakah semua ini akan cukup untuk menyelamatkan rumah tangganya? Dalam hatinya, Nadia terus bergumul dengan berbagai perasaan. Ia masih mencintai Indra, namun cinta itu sudah tidak sekuat dulu. Yang tersisa sekarang adalah keinginan untuk memberi Reza keluarga yang utuh, untuk menciptakan stabilitas yang tidak pernah ia rasakan saat tumbuh dewasa.Tiba-tiba, telepon

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 123: Luka yang Makin Terbuka

    Pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya, meski matahari sudah tinggi di langit. Di dalam rumah, suasana tak kalah dingin. Nadia menghabiskan sarapannya sendirian di ruang makan, dengan suara sendok beradu dengan piring yang menjadi satu-satunya suara di ruangan itu. Reza sedang bermain di ruang tamu, tertawa sendiri dengan mainan mobil-mobilannya, tak menyadari ketegangan yang mengisi udara di sekitarnya.Sudah beberapa hari berlalu sejak pembicaraan terakhirnya dengan Indra, dan tak ada tanda-tanda perubahan. Indra masih dingin, sikapnya semakin acuh tak acuh, seakan tak ada yang bisa menggugah hatinya lagi. Nadia mencoba tetap tegar, berpura-pura bahwa semuanya masih bisa diperbaiki, bahwa ada jalan keluar dari keterpurukan ini.Namun, takdir seakan semakin menantangnya. Hari ini, sesuatu yang jauh lebih menyakitkan akan terjadi.Siang menjelang, saat Nadia sedang membereskan ruang tamu, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Nadia tak ter

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 122: Ketegangan yang Makin Menjauh

    Malam itu kembali terasa panjang bagi Nadia. Setelah berminggu-minggu tanpa kejelasan, hubungannya dengan Indra hanya terus memburuk. Tidak ada percakapan yang panjang, tidak ada perhatian, dan yang paling menyakitkan—tidak ada cinta. Setiap kali Nadia mencoba untuk mendekat, yang ia dapatkan hanya sikap dingin dan acuh dari suaminya. Bahkan senyum Reza yang biasanya membawa kehangatan ke rumah kini seringkali berlalu tanpa disadari oleh Indra.Nadia duduk di depan meja riasnya, menatap bayangannya di cermin. Matanya tampak lelah, menunjukkan betapa berat beban yang ia bawa. Rambutnya yang biasanya ditata rapi kini sedikit berantakan. Ia menarik napas panjang, mencoba menghilangkan kegelisahan yang melanda.Di ruangan sebelah, Nadia mendengar langkah kaki Indra yang terdengar berat, seperti biasa, tanpa sepatah kata. Suaminya baru saja pulang setelah seharian bekerja. Namun, Nadia sudah tahu, bukan pekerjaan yang membuat Indra pulang larut malam. Sejak beberapa w

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 121: Menjaga Sisa Harapan

    Malam itu terasa begitu panjang bagi Nadia. Setelah perbincangan terakhir dengan Indra, keheningan yang menyelimuti rumah semakin mempertebal perasaan sepi yang ada di hatinya. Reza tertidur pulas di kamarnya, tapi Nadia tak bisa memejamkan mata. Di dalam dirinya, perasaan berkecamuk antara sakit hati, kesedihan, dan kebingungan.Ia bangun dari tempat tidurnya, berjalan pelan menuju dapur. Setiap langkah terasa berat, seperti beban yang tak kasat mata menekan bahunya. Air di teko mendidih, Nadia menuang secangkir teh hangat dan membawanya ke ruang tamu. Ia duduk di sofa, memandang kosong ke jendela, ke arah pekarangan yang remang-remang oleh cahaya bulan."Kenapa semua ini harus terjadi?" pikirnya dalam diam. "Apa yang salah dengan diriku? Apa yang kurang dalam rumah tangga ini?"Ia memutar kembali setiap memori, sejak pertemuan pertamanya dengan Indra di rumah sakit hingga sekarang. Nadia tidak pernah membayangkan bahwa hubungan mereka akan berakhir seperti ini

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 120: Di Persimpangan Hati

    Nadia duduk terpaku setelah telepon dari Indra berakhir. Tangannya masih menggenggam erat ponsel, sementara pikirannya melayang-layang tanpa arah. Kata-kata Indra terus terngiang di telinganya—pengakuan yang dingin dan penuh kepastian bahwa ia tak lagi bisa mencintainya. Seolah-olah pernikahan mereka yang selama ini ia perjuangkan hanya tinggal serpihan-serpihan memori yang perlahan memudar.Hari mulai beranjak senja, dan langit di luar jendela perlahan berubah warna menjadi jingga. Nadia tahu bahwa waktu terus berjalan, tapi ia merasa seolah-olah terperangkap dalam kekosongan yang tak berujung. Ia berusaha memahami, mencerna, dan menerima kenyataan bahwa apa yang ia takutkan selama ini telah menjadi kenyataan.Indra benar-benar mencintai Dina. Bukan dirinya.Namun, bagaimana dengan Reza? Pikiran tentang anaknya kembali menelusup masuk, membuat hatinya terasa semakin sesak. Reza tidak pantas tumbuh dalam rumah yang hancur, tapi Nadia juga tidak yakin bisa

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 119: Tersesat di Antara Janji dan Kenyataan

    Siang itu, rumah terasa lebih hampa daripada biasanya. Indra belum pulang sejak malam sebelumnya, dan Nadia hanya bisa menduga-duga di mana suaminya berada. Ketika ia mencoba menghubunginya pagi tadi, ponselnya tidak aktif. Ini bukan pertama kalinya Indra menghilang seperti ini, tapi entah mengapa, kali ini rasanya lebih menyakitkan. Seperti ada sesuatu yang sedang berubah secara perlahan tapi pasti—sesuatu yang membuat Nadia merasa semakin jauh dari suaminya.Ia duduk di ruang tamu, menghadap ke jendela yang terbuka lebar. Udara siang yang panas membuat tirai berkibar pelan, membawa suara bising dari jalan di luar masuk ke dalam rumah. Nadia menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke arah jalanan yang ramai. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah itu, hanya kesunyian yang membentang di sekitarnya.Pikirannya kembali melayang pada percakapan mereka beberapa malam yang lalu, ketika Indra dengan terang-terangan mengakui cintanya pada Dina. Saat itu,

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 118: Pendar yang Mulai Redup

    Pagi hari di rumah besar itu terasa sunyi, tidak seperti biasanya. Matahari yang menembus tirai jendela ruang tamu tak mampu mengusir dinginnya suasana hati Nadia. Ia duduk di meja makan, memandangi secangkir teh yang sudah mulai dingin. Pikirannya melayang jauh, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya sejak malam sebelumnya.Indra sudah berangkat lebih awal pagi itu, seperti biasa. Sejak pengakuannya tentang cintanya kepada Dina, tidak ada lagi yang tersisa dari kehangatan suami istri di antara mereka. Percakapan yang dulunya akrab, sekarang hanya berupa basa-basi tanpa arti. Nadia menghela napas panjang, tangannya menggenggam cangkir teh itu erat-erat, seolah berharap ada kehangatan yang bisa ia dapatkan dari benda mati itu.Reza yang masih tertidur di kamar atas adalah satu-satunya alasan Nadia tetap berdiri tegak di tengah puing-puing rumah tangganya. Setiap kali ia melihat wajah putranya, ada harapan kecil yang tumbuh di hatinya

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 117: Pukulan Berulang

    Malam itu, setelah kejadian di siang hari, suasana rumah semakin sunyi. Indra belum pulang, dan Nadia duduk sendirian di ruang tamu, merenung. Pikiran-pikiran yang sudah lama ia coba singkirkan kini datang kembali. Apakah ia masih bisa terus bertahan dalam situasi ini? Atau, apakah ia harus mulai menerima bahwa mungkin, mempertahankan rumah tangga ini hanya akan menghancurkan dirinya sendiri?Nadia melirik jam di dinding, sudah hampir pukul sembilan malam. Reza sudah tidur setelah Nadia menceritakan dongeng favoritnya. Setidaknya, putra kecilnya belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Nadia tahu, waktu itu pasti akan tiba, saat Reza mulai bertanya mengapa ayahnya tidak pernah pulang tepat waktu, atau mengapa ayahnya sering kali menghabiskan waktu dengan Dina daripada dengan mereka.Ketukan pintu terdengar pelan, memecah keheningan malam. Nadia terdiam sejenak, jantungnya berdegup lebih kencang. Perlahan, ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Di sana ber

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 116: Kesabaran yang Diuji

    Pagi itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Suasana rumah yang biasanya penuh dengan keheningan yang menenangkan, kini terasa berat di hati Nadia. Meski Indra sudah mengatakan dengan jelas bahwa perasaannya telah hilang, Nadia masih mencoba bertahan, berpegang pada alasan yang sama—Reza. Demi anak mereka, ia merasa tidak punya pilihan lain selain bertahan, meski hatinya semakin hancur setiap harinya.Seperti biasa, Nadia bangun lebih awal. Ia menyiapkan sarapan untuk Reza dan memastikan segala keperluannya siap sebelum dia berangkat sekolah. Sementara Indra, sejak pengakuan itu, hanya semakin menjauh. Pria itu bahkan hampir tidak berbicara padanya, seolah-olah Nadia hanyalah bayangan di rumah mereka, hadir tapi tidak dilihat.Nadia duduk di ruang makan, melihat piring-piring yang masih tersusun rapi di meja. Sudah lama Indra tidak menyentuh makanan yang ia buat. Sebelum ia sempat merapikan meja, terdengar langkah kaki berat mendekat.Indra muncul dari arah

  • Menjadi Istri yang Dilupakan   Bab 115: Cinta yang Hilang

    Pagi itu, Nadia terbangun dengan perasaan yang sama sekali tidak tenang. Semalaman ia tidak bisa tidur, meski tubuhnya sudah begitu lelah. Percakapan dengan Indra semalam masih bergema di pikirannya. Ada janji untuk mengakhiri hubungan dengan Dina, ada harapan kecil yang ia coba genggam demi Reza, namun ada juga ketakutan yang terus menghantuinya—bagaimana jika Indra tak benar-benar berkomitmen? Bagaimana jika cinta Indra pada Dina sudah terlalu dalam?Nadia duduk di tepi ranjang, memandang wajah Indra yang masih tertidur di sampingnya. Raut wajahnya yang tenang dalam tidur seakan tidak mencerminkan pergolakan batin yang mereka hadapi. Tapi Nadia tahu, di balik ketenangan itu, ada rasa dingin yang semakin nyata terasa di antara mereka. Indra bukan lagi pria yang sama seperti ketika mereka pertama kali menikah.Setelah beberapa saat memandangi suaminya, Nadia memutuskan untuk bangun dan memulai hari seperti biasa. Ia menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk Reza, be

DMCA.com Protection Status