Happy Reading!
Mawar terus saja merintih saat tubuhnya dimasuki dengan gerakan kasar.Sedang Revan hanya menatap istrinya dengan tenang. Ya. Istri, karena mereka baru saja menikah beberapa jam yang lalu. Dan sekarang Revan sedang menagih haknya sebagai seorang suami."Mawar. Kamu sangat nikmat." Ucap Revan lalu memegang pinggul istrinya kuat lalu bergerak semakin cepat.Kegiatan itu berlangsung cukup lama hingga Revan dan Mawar akhirnya mendesah bersamaan hingga cairan cinta mereka keluar dan menyatu di bawah sana.Setelah beberapa menit. Revan melepas tubuh Mawar yang lemas dari pelukannya lalu menarik miliknya keluar hingga membuat tempat tidur yang mereka gunakan dibanjiri oleh cairan cinta mereka."Aku ada rapat dan mungkin tidak akan pulang malam ini."ucap Revan lalu beranjak menuruni tempat tidur.Sedang Mawar hanya bisa diam sembari bergerak pelan mencari posisi tidur di tempat yang tidak basah.Revan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri lalu keluar dengan handuk sebatas paha."Mawar."panggil Revan membuat Mawar membuka matanya. Sebenarnya ia hampir tidur.Revan menatap istrinya."Jangan tidur seperti itu! Kamu akan menyakiti anak ku."tegur Revan membuat Mawar segera memperbaiki posisi tidurnya yang semula tengkurap menjadi telentang."Berarti tuan tidak akan pulang malam ini?"tanya Mawar membuat Revan mengangguk."Kenapa? Apa kamu ingin sesuatu? Aku dengar wanita hamil mungkin akan mengidam." tanya Revan membuat Mawar menggeleng. Ia juga tahu tentang ngidam pada ibu hamil tapi entah kenapa selain pusing dan mual, Mawar tidak merasakan hal lainnya layaknya seorang ibu hamil."Tidak, tuan."jawab Mawar lemah.Revan mengambil setelan hitamnya dari dalam lemari lalu memakainya."Jika tidak ada hal penting sebaiknya jangan keluar dari kamar ini."pesan Revan membuat Mawar mengernyit."Kenapa begitu, tuan?"tanya Mawar membuat Revan menghela napas sembari mengikat dasinya."Karena kamu itu bodoh, Mawar,. Aku tidak mau orang tuaku mencurigai sesuatu." ucap Revan datar membuat Mawar meremas selimut yang ia gunakan."Lihat! Aku baru mengatakan hal itu dan kamu sudah mau menangis." omel Revan membuat air mata benar-benar jatuh dari kedua mata Mawar."Ck! Aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku mau menikah denganmu." ucap Revan lalu melangkah keluar dari kamar meninggalkan Mawar yang kini sudah terisak menahan tangis.Revan melangkah memasuki ruang kerjanya lalu duduk di kursinya. Dia menatap sekretaris nya lalu mendengus. "Apa kantor ini sudah berubah menjadi club malam?"tanya Revan datar membuat Sisca, sang sekretaris langsung menatap atasannya dengan bingung."Pakaianmu. Kau harusnya menjadi wanita di club malam." ucap Revan membuat Sisca menunduk malu lalu langsung keluar begitu ia meletakkan beberapa dokumen di atas meja."Memang hanya Mawar yang menarik meskipun hanya menggenakan daster lusuh."gumam Revan lalu mulai bekerja.Sedang di tempat lain. Meysa sedang mengamuk. Ia bahkan sudah hampir menghancurnya setengah isi rumah."Kamu pikir lima milyar cukup? Aku bisa dapatkan lebih dari itu jika menjadi istri Revan." teriak Mesya lalu menendang sebuah guci mahal hingga pecah. siapa yang menduga saat ia kembali dari puncak, bukannya disambut oleh suaminya tapi malah dengan gugatan cerai seperti ini.BrukkPengacara Revan hanya memandang calon mantan istri klien nya itu dengan datar. Ia sudah sering menghadapi semua ini."Jika sudah selesai, silahkan tandatangani ini!"Mesya menoleh lalu berteriak. "Aku tidak akan menandatanginya! Kamu dengar itu. Aku tidak akan bercerai."Mark mengangguk lalu menekan tombol pada remot tv hingga munculah video tak senonoh yang dilakukan oleh Meysa dan Danu saat berada di puncak."Kamu tidak punya pilihan lain. Tandatangani itu dan terima uang lima Milyar yang ditawarkan Revan atau__""Atau apa?" tanya Mesya panik.Mark tersenyum tipis. "Kamu bahkan tidak akan punya muka lagi untuk keluar dari rumah."DegMesya mengepalkan semua jari-harinya.'Untuk sekarang kamu menang Revan. Tapi akan aku pastikan jika kamu dan jalang kecil itu tidak akan bisa hidup dengan tenang' Batin Mesya licik.BersambungHappy Reading! Revan memasuki rumah dan langsung diam saat mendengar suara gelak tawa. Bram juga baru saja tiba dan berdiri di samping putranya."Aku rasa mamamu sudah sangat akrab dengan menantunya."ucap Bram lalu melangkah menuju asal suara tawa.Sedang Revan hanya menghela napas kesal. Bukankah sudah dia bilang untuk jangan keluar kamar jika tidak ada yang penting. Lalu kenapa Mawar bisa bicara dan bahkan tertawa bersama mamanya.'Ini gawat, bagaimana jika Mawar terlalu nyaman bicara dan malah keceplosan.' batin Revan yang segera berjalan menuju ruang keluarga."Hahaha sudah mama bilangkan, Revan itu sangat lucu waktu kecil." ucap Widya sembari menunjuk sebuah foto."Iya mah, mas Revan bahkan__""Ehem"Mawar langsung terdiam lalu berbalik melihat tuan Revan yang menatap tajam ke arahnya. Sedang Widya langsung menutup album foto yang ada di tangannya."Revan, berhenti menatap istrimu seperti itu. Lihat! Mawar kelihatan takut."tegur Widya membuat Revan melunakkan tatapannya.Widya m
Happy Reading! Mawar duduk di kursi sambil menatap tiga wanita yang kini tengah sibuk menata pakaian, tas, sepatu dan perhiasan di dalam ruangan samping kamar mereka. Mawar tidak tahu apa itu, namun yang jelas ruangan itu khusus menampung semua barang-barang pribadi tuan Revan dan kini ruangan itu juga dipenuhi oleh barang-barang wanita.'Apa tuan Revan membeli semua itu untuk nyonya Meysa?' batin Mawar. Pasalnya barang-barang seperti itu sangat sering dibeli oleh nyonya Meysa. Dan Mawar tahu harganya pasti sangat mahal."Nyonya, bisa istirahat! Kami akan mengaturnya dengan rapi." ucap salah seorang dari mereka membuat Mawar tersenyum canggung. Ia ingin pergi tapi bagaimana jika salah satu dari mereka malah mengambil barang tuan Revan. Bukankah nanti dirinya yang akan disalahkan. Apalagi semua barang-barang tuan Revan sangat mahal. Mawar bahkan pernah mendengar tuan Revan membeli jam tangan seharga 7 milyar."Em_ apa kalian ingin minum?" tawar Mawar. Pasalnya sudah hampir satu jam da
Happy Reading! Revan menatap Mawar yang masih belum sadarkan diri. Setidaknya pendarahan tadi tidak sampai menggugurkan kandungannya. Namun tentu saja, akibat dari pendarahan tadi membuat kandungan Mawar lemah. Wanita itu harus istirahat total dan itu artinya Revan tidak bisa mengunjungi anaknya selama beberapa minggu."Sial." Gumam Revan lalu mengeluarkan ponselnya. Saking paniknya, ia sampai lupa memberi orang tuanya kabar."Tuan, air."Revan langsung mendongak dan buru-buru menyimpan ponselnya saat mendengar suara Mawar."Air."gumam Mawar lemah membuat Revan dengan sigap mengambil air dan sedotan kecil."Ini, pelan-pelan!" ucap Revan lalu membantu Mawar minum.Mawar menyudahi minumnya lalu kembali menutup mata. Namun sedetik kemudian ia kembali membukanya, kali ini sedikit melotot."Tuan, bayinya?" tanya Mawar membuat Revan mengangguk."Dia baik-baik saja dan maaf_" ucap Revan lalu mengambil tangan Mawar untuk dia kecup."Ini tidak akan terjadi lagi. Aku janji." ucap Revan tulus m
Happy Reading! Revan mendorong kursi roda yang ditempati oleh istrinya memasuki ruang rawat Arga."Kakak." panggil Arga. Anak itu memang terlihat semakin sehat.Mawar tersenyum manis. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Mawar lalu menggenggam jemari adiknya.Arga mengangguk. "Dokter bilang minggu depan aku akan di operasi." ucap Arga senang. Tentu saja, membayangkan bahwa setelah operasi dia bisa kembali hidup normal membuatnya sangat bahagia.Mawar mengangguk. "Di mana ibu?" tanya Mawar pasalnya pagi tadi ia melihat ibunya datang lewat cctv."Ibu harus pulang, tapi nanti malam akan datang membawa makanan." ucap Arga lalu melirik pria yang datang bersama kakaknya. Arga juga bingung kenapa kakaknya berada di kursi roda.Mawar mengetahui kebingungan adiknya. "Kakak terjatuh saat bekerja, tapi sekarang sudah tidak papa. Tidak perlu khawatir dan ingat jangan beritahu ibu." ucap Mawar membuat Arga mengangguk."Kakak bekerja keras untuk Arga dan ibu. Terima kasih." ucap Arga tulus membuat Mawar m
Happy Reading! Mawar membuka mata lalu melirik lengan tuan Revan yang memeluk tubuhnya. "Mas_" panggil Mawar namun tidak ada sahutan. Dengan berani Mawar berusaha menyingkirkan lengan tuan Revan dari tubuhnya."Akh hmm" jerit Mawar saat tubuhnya tiba-tiba dipeluk semakin erat."Mau ke mana?" tanya Revan serak membuat Mawar menahan napasnya."Mawar?" tegur Revan saat sang istri hanya diam saat ditanya."Lapar, mas." ucap Mawar pelan membuat Revan melepas pelukannya lalu menyalakan lampu."Jam dua pagi?" gumam Revan lalu menatap ke arah Mawar. "Tunggu di sini, saya ambilin makanan." ucap Revan namun Mawar segera menggeleng."Tapi mau bakso." ucap Mawar sembari memegang ujung piama tidur tuan Revan.Revan berdecak lalu mengusap wajahnya. "Ini jam dua pagi, Mawar. Tidak ada yang jualan bakso." ucap Revan kesal."Ya sudah, nggak jadi." ucap Mawar pelan lalu kembali berbaring setelah menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya."Ck!" Revan berdecak lalu turun dari tempat tidur. "Saya ca
Happy Reading! Di rumah sakit, Revan kembali dibuat kesal karena Mawar yang tidak mau bicara dengannya. Jangankan bicara menatap ke arahnya saja tidak."Masih marah tentang bakso?" tanya Revan namun Mawar hanya diam membuat Revan semakin emosi."Demi Tuhan, Mawar. Itu hanya bakso. Kalau mau ,saya bisa beli dengan gerobaknya." ucap Revan membuat Mawar kembali terisak."Ya Tuhan!" keluh Revan lalu berjalan menuju sofa. Entah apa yang dia pikirkan dulu hingga bisa menghamili gadis cengeng seperti Mawar.Enggan mendengar tangisan istrinya, Revan memilih keluar dan membiarkan Mawar sendiri. Untung saja mamanya sudah pulang, kalau tidak dia pasti akan dimarahi karena meninggalkan Mawar sendirian.Sedang Mawar yang mengetahui kepergian tuan Revan langsung bergegas bangun. Demamnya sudah hilang tapi keinginannya untuk makan bakso belum. Untung saja, Mawar punya uang 20 ribu. Ia akan keluar dan membeli bakso lalu kembali. Tuan Revan tidak akan tahu jika ia pergi dan segera kembali.Mawar perl
Happy Reading! Revan turun dari mobilnya lalu melangkah angkuh memasuki rumah yang pernah dia tinggali itu.BrakkPintu rumah terbuka dengan sekali tendangan oleh bodyguard yang Revan bawa.Eva yang sedang duduk di ruang tamu segera berdiri. Ia begitu kaget karena kedatangan mantan menantunya itu"Di mana Meysa?" tanya Revan dingin membuat Eva menahan napas. Ia melirik ke arah sebuah pintu."Meysa sedang bekerja, Revan. Dia tidak ada di rumah." ucap Eva membuat Revan menatap wanita paruh baya itu tajam. Dia tahu bahwa mantan mertuanya itu berbohong. Karena itu Revan langsung melangkah menuju sebuah kamar."Revan tunggu! Meysa benar-benar tidak ada di rumah." cegah Eva membuat anak buah Revan segera menahan tubuh wanita paruh baya itu."Revan, Meysa tidak ada di rumah." teriak Eva keras membuat Revan semakin yakin jika ada seseorang yang berada di dalam kamar tamu.BrakkRevan tersenyum sinis saat melihat mantan istrinya sedang bercinta dengan seorang pria.Sedang Meysa langsung menca
Happy Reading! Mawar membawa kopi buatannya memasuki kamar lalu perlahan mendekati tuan Revan."Mas."Revan mendongak dan menatap istrinya membuat Mawar tersenyum lalu memperlihatkan kopi yang ia bawa."Mau kopi?" tawar Mawar membuat Revan diam kemudian kembali melihat ke arah laptopnya.Tubuh Mawar membeku. Apa tuan Revan sangat marah."Kopinya__""Letakkan saja di sana!" titah Revan dingin tanpa menoleh.Mawar berusaha tersenyum lalu meletakkan kopi di atas meja."Mas, aku ingin bic___""Mawar, aku sedang bekerja. Pergilah dan jangan ganggu aku." ucap Revan memandang Mawar tajam.Mawar mengangguk pelan. "A maaf" ucap Mawar lalu berjalan menjauh.Mawar berjalan menuju halaman belakang lalu duduk di kursi. Ia memandang taman bunga milik mertuanya. Bolehkah Mawar menyebutnya mertua sedang mungkin ia bukan seorang istri. Mana mungkin tuan Revan serius dengan pernikahan mereka. Kehamilannya adalah satu-satunya alasan ia dinikahi dan bisa saja suatu saat ia dibuang."Aku tidak bisa terus
Happy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Happy Reading!Widya memasuki dapur dan langsung terheran karena banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak. Belum lagi beberapa kue yang tersedia di atas meja."Untuk apa semua ini?" tanya Widya bingung."Maaf nyonya tapi nenek Hatun meminta kami membuat semua ini." jawab seorang pelayan yang sedang menata kue."Kenapa?""Katanya untuk tamu yang datang, nyonya."Widya semakin bingung. Baru ditinggal sebentar dan rumahnya sudah akan kedatangan tamu."Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." ucap Widya lalu melangkah keluar mencari mertuanya."Ibu_" panggil Widya lalu duduk di sofa dekat ibu dan mertuanya yang sedang bicara di ruang tamu."Kau sudah pulang? sebaiknya bersiap karena keluarga Tasya akan datang." ucap nenek Hatun membuat Widya melotot."Keluarga Tasya. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Widya heran."Ibu yang mengundang mereka. Lagipula sudah lama kita tidak bertemu."Widya mengangguk membenarkan tapi bukankah tidak pas rasanya mengundang keluarga dari wanita yang pern
Happy Reading!Tok tokRevan mendesis kesal lalu membuka matanya kemudian melirik Mawar yang masih terlelap.Tok tok"Ck!"decak Revan lalu segera turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu.TokCtar ceklek"Lama sekali?"Revan menahan napasnya kesal saat melihat sang nenek berada di depan pintu."Ada apa?" tanya Revan datar."Apa kalian belum bangun? Ini sudah jam delapan pagi." ucap nenek Hatun membuat Revan meremas rambutnya."Belum, nek. Revan dan Mawar ingin istirahat lebih lama hari ini. Dan tentunya tanpa penganggu." ucap Revan dengan menekan kata pengganggu.Nenek Hatun melotot. "Maksudmu nenek menganggu?""Iya." sahut Revan cuek membuat nenek Hatun kesal dan berusaha mendorong tubuh Revan untuk menjauh dari pintu."Nenek mau apa?" kaget Revan namun tetap mempertahankan posisinya membuat nenek Hatun kesal."Membangunkan cucu menantu nenek. Ini sudah siang dan harusnya ia sudah bangun dan sarapan." ucap nenek Hatun membuat Revan menggeleng."Ini baru jam delapan. Lagipul
Happy Reading!Revan menggendong Mawar memasuki rumah. Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Mawar dinyatakan telah pulih meskipun dengan catatan harus kembali beristirahat di rumah."Mas tidak perlu menggendongku. Aku bisa jalan." ucap Mawar namun rangkulannya di leher sang suami sangatlah erat seakan tak ingin lepas."Baiklah. Kalau begitu aku turunkan_""Tidak. Setelah dipikir-pikir digendong juga bagus."cegah Mawar membuat Revan yang sudah bersiap menurunkan istrinya kembali melangkah dengan senyum di bibirnya."Revan, Mawar_ kalian sudah datang. Kemarilah!" panggil Widya yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita tua.Widya mengisyaratkan agar Mawar duduk di sampingnya dan Revan menurut, ia menurunkan tubuh Mawar di sofa samping mamanya. Sedang Revan sendiri langsung bergerak duduk di samping sang nenek di sofa lain."Ibu, ini Mawar_ istri Revan." ucap Widya memperkenalkan Mawar pada ibunya.Nenek Hayat menatap Mawar lalu mengangguk. "Nampak seperti wan