Happy Reading!
"Tuan." Mawar langsung bangun dan menutup pahanya dengan selimut."Siapa yang menyuruhmu menutupnya?"tanya Revan tajam membuat Mawar menunduk. Ia ketakutan saat mendengar nada tajam yang dikeluarkan oleh tuan Revan."Buka kembali!" titah Revan membuat Mawar menggeleng pelan."Tapi tuan__""Mawar!" ucap Revan penuh penekanan membuat Mawar dengan tangan gemetar membuka selimut yang tadi menutupi pahanya.Revan tersenyum tipis. "Sekarang lepas bajumu!""Apa?" Mawar langsung melotot kaget."Lakukan!"desak Revan dengan tatapan tajam membuat Mawar terpaksa menurut. Ia perlahan melepas pakaian atasnya hingga kini tubuhnya hanya memakai bra dan celana dalam."Sudah, tuan." adu Mawar membuat Revan berdehem lalu segera menindih tubuh kecil Mawar dengan memberi sedikit jarak pada perutnya."Tuan, jangan__" tolak Mawar yang menolak ciuman dari tuan Revan.Revan mengeram marah lalu memegang kepala Mawar sedikit kuat. "Jangan menolak atau aku akan bersikap kasar." ancam Revan membuat Mawar menitikkan air matanya."Kenapa menangis?"tanya Revan kaget.Mawar terisak. "Tuan jahat."ucap Mawar membuat Revan segera bangkit dari tubuh Mawar.Tok tok"Revan, makan siang sudah siap. Ayo ajak istrimu makan." teriak mama Widya dari depan pintu."Iya, mah."balas Revan lalu segera menatap Mawar yang masih menangis."Hapus air matamu itu!"titah Revan membuat Mawar semakin terisak."Ck!" Revan berdecak lalu segera mengambil tisu untuk membersihkan air mata yang mengalir di wajah Mawar."Dengar Mawar! Jika kamu menangis dan membuat orang tuaku curiga maka aku akan membunuh adikmu itu." ancam Revan membuat Mawar dengan cepat menggeleng."Jangan, tuan." ucap Mawar membuat Revan menatap wanita itu dengan tatapan mengancam."Berhenti menangis!" ucap Revan membuat Mawar mengangguk dan segera menghapus air matanya."Jangan sakiti adik saya tuan, saya mohon." ucap Mawar memelas membuat Revan tersenyum licik."Baiklah, tapi kamu harus berakting dengan baik dihadapan orang tuaku. Jika kamu berhasil membuat mereka percaya bahwa kita sudah menikah, maka aku akan menanggung semua biaya pengobatan adikmu, bagaimana?" tawar Revan membuat Mawar mengangguk dengan cepat."Baiklah, tapi tuan tidak bohong kan?" tanya Mawar membuat Revan mengangguk."Bahkan aku akan memberimu banyak uang."ucap Revan membuat Mawar menggeleng."Tuan menanggung biaya pengobatan adik saya saja sudah cukup, terima kasih tuan."ucap Mawar tulus membuat Revan berdehem. Wanita seperti Mawar benar-benar sangat langka dan dia beruntung karena mendapatkannya meskipun dengan cara yang salah."Baiklah. Ingat! Jangan panggil aku tuan. Karena sekarang aku adalah suamimu bukan majikan."ucap Revan membuat Mawar mengangguk mengerti.Revan tersenyum puas lalu dengan cepat membantu Mawar berpakaian."Ayo!" ajak Revan yang dengan penuh perhatian merangkul pinggang Mawar berjalan menuju ruang makan."Duduklah! Kita makan bersama."ucap Widya saat anak dan menantunya memasuki ruang makan sedang Bram hanya tersenyum tipis melihat kemesraan anak dan menantunya."Pelan-pelan!" ucap Revan saat membantu Mawar duduk."Terima kasih, mas." ucap Mawar membuat tubuh Revan membeku. Apa dia salah dengar?Revan tersenyum canggung lalu duduk di samping Mawar."Mawar, makanlah yang banyak. Lihat! Mama sudah meminta bibi memasak banyak menu khusus untuk kamu." ucap Widya membuat Mawar tersenyum tulus."Baik. Terima kasih, mah." ucap Mawar membuat Widya tersenyum senang.Mawar menoleh pada tuan Revan yang sedang minum di sampingnya. "Mas mau makan apa? Biar Mawar ambilin?"UhukkRevan langsung tersedak air yang tadi dia minum. Sedang Mawar langsung mengambil tisu dan memberikannya pada tuan Revan."Mas tidak papa." tanya Mawar dengan wajah khawatir membuat Revan menggeleng. Dia menatap kedua orang tuanya yang saling pandang dengan senyum menggoda ke arahnya membuat Revan sadar jika Mawar telah berhasil meyakinkan kedua orang tuanya.Kali ini tanpa bertanya, Mawar langsung mengambilkan tuan Revan makanan. Meski begitu Mawar tidak mengambil secara asal. Beberapa bulan menjadi pelayan di rumah tuan Revan membuat Mawar juga hapal makanan kesukaan tuannya."Ini mas, makan." ucap Mawar memberikan piring berisi makanan ke tangan tuan Revan."Terima kasih. Kamu juga harus makan." ucap Revan sedikit kaku. Maklum saja dia tidak pernah bisa berbasa-basi seperti itu. Apalagi ini di meja makan dan menurut Revan, akting Mawar sedikit berlebihan.Selesai makan siang, Revan langsung menarik tangan Mawar ke dalam kamar."Kamu mau membongkar rahasia kita dengan berakting berlebihan seperti itu." omel Revan membuat Mawar kembali menunduk. Kenapa tuan Revan hobi sekali memarahi dirinya, batin Mawar."Maaf tuan, tapi berlebihan dibagian mana?" tanya Mawar tak mengerti."Mengambilkan makanan lalu bersikap terlalu perhatian. Itu sangat aneh Mawar.""Tapi ibu selalu begitu sama bapak." Ucap Mawar membuat Revan diam. Jadi Mawar mencontoh apa yang dilakukan okeh ibunya. Wajar saja mengingat Mawar pastilah tidak punya pengalaman berumah tangga sebelumnya."Baiklah. Lupakan saja!" ucap Revan akhirnya. Karena sebenarnya orang tuanya terlihat percaya pada apa yang Mawar lakukan hanya saja Revan sedikit tidak nyaman atas apa yang dilakukan Mawar. Entahlah, Revan merasa sedikit asing dengan perlakuan Mawar tadi."Tuan__" Mawar melangkah mundur saat tubuh Revan semakin mendekatinya."Susshh! Lagipula kita sudah sering melakukannya."ucap Revan lalu segera menggendong tubuh Mawar ke atas tempat tidur dan mulai melakukan pemanasan sebelum dia menggempur habis tubuh Mawar.BersambungHappy Reading! Mawar terus saja merintih saat tubuhnya dimasuki dengan gerakan kasar. Sedang Revan hanya menatap istrinya dengan tenang. Ya. Istri, karena mereka baru saja menikah beberapa jam yang lalu. Dan sekarang Revan sedang menagih haknya sebagai seorang suami."Mawar. Kamu sangat nikmat." Ucap Revan lalu memegang pinggul istrinya kuat lalu bergerak semakin cepat.Kegiatan itu berlangsung cukup lama hingga Revan dan Mawar akhirnya mendesah bersamaan hingga cairan cinta mereka keluar dan menyatu di bawah sana.Setelah beberapa menit. Revan melepas tubuh Mawar yang lemas dari pelukannya lalu menarik miliknya keluar hingga membuat tempat tidur yang mereka gunakan dibanjiri oleh cairan cinta mereka."Aku ada rapat dan mungkin tidak akan pulang malam ini."ucap Revan lalu beranjak menuruni tempat tidur.Sedang Mawar hanya bisa diam sembari bergerak pelan mencari posisi tidur di tempat yang tidak basah.Revan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri lalu keluar dengan handuk seba
Happy Reading! Revan memasuki rumah dan langsung diam saat mendengar suara gelak tawa. Bram juga baru saja tiba dan berdiri di samping putranya."Aku rasa mamamu sudah sangat akrab dengan menantunya."ucap Bram lalu melangkah menuju asal suara tawa.Sedang Revan hanya menghela napas kesal. Bukankah sudah dia bilang untuk jangan keluar kamar jika tidak ada yang penting. Lalu kenapa Mawar bisa bicara dan bahkan tertawa bersama mamanya.'Ini gawat, bagaimana jika Mawar terlalu nyaman bicara dan malah keceplosan.' batin Revan yang segera berjalan menuju ruang keluarga."Hahaha sudah mama bilangkan, Revan itu sangat lucu waktu kecil." ucap Widya sembari menunjuk sebuah foto."Iya mah, mas Revan bahkan__""Ehem"Mawar langsung terdiam lalu berbalik melihat tuan Revan yang menatap tajam ke arahnya. Sedang Widya langsung menutup album foto yang ada di tangannya."Revan, berhenti menatap istrimu seperti itu. Lihat! Mawar kelihatan takut."tegur Widya membuat Revan melunakkan tatapannya.Widya m
Happy Reading! Mawar duduk di kursi sambil menatap tiga wanita yang kini tengah sibuk menata pakaian, tas, sepatu dan perhiasan di dalam ruangan samping kamar mereka. Mawar tidak tahu apa itu, namun yang jelas ruangan itu khusus menampung semua barang-barang pribadi tuan Revan dan kini ruangan itu juga dipenuhi oleh barang-barang wanita.'Apa tuan Revan membeli semua itu untuk nyonya Meysa?' batin Mawar. Pasalnya barang-barang seperti itu sangat sering dibeli oleh nyonya Meysa. Dan Mawar tahu harganya pasti sangat mahal."Nyonya, bisa istirahat! Kami akan mengaturnya dengan rapi." ucap salah seorang dari mereka membuat Mawar tersenyum canggung. Ia ingin pergi tapi bagaimana jika salah satu dari mereka malah mengambil barang tuan Revan. Bukankah nanti dirinya yang akan disalahkan. Apalagi semua barang-barang tuan Revan sangat mahal. Mawar bahkan pernah mendengar tuan Revan membeli jam tangan seharga 7 milyar."Em_ apa kalian ingin minum?" tawar Mawar. Pasalnya sudah hampir satu jam da
Happy Reading! Revan menatap Mawar yang masih belum sadarkan diri. Setidaknya pendarahan tadi tidak sampai menggugurkan kandungannya. Namun tentu saja, akibat dari pendarahan tadi membuat kandungan Mawar lemah. Wanita itu harus istirahat total dan itu artinya Revan tidak bisa mengunjungi anaknya selama beberapa minggu."Sial." Gumam Revan lalu mengeluarkan ponselnya. Saking paniknya, ia sampai lupa memberi orang tuanya kabar."Tuan, air."Revan langsung mendongak dan buru-buru menyimpan ponselnya saat mendengar suara Mawar."Air."gumam Mawar lemah membuat Revan dengan sigap mengambil air dan sedotan kecil."Ini, pelan-pelan!" ucap Revan lalu membantu Mawar minum.Mawar menyudahi minumnya lalu kembali menutup mata. Namun sedetik kemudian ia kembali membukanya, kali ini sedikit melotot."Tuan, bayinya?" tanya Mawar membuat Revan mengangguk."Dia baik-baik saja dan maaf_" ucap Revan lalu mengambil tangan Mawar untuk dia kecup."Ini tidak akan terjadi lagi. Aku janji." ucap Revan tulus m
Happy Reading! Revan mendorong kursi roda yang ditempati oleh istrinya memasuki ruang rawat Arga."Kakak." panggil Arga. Anak itu memang terlihat semakin sehat.Mawar tersenyum manis. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Mawar lalu menggenggam jemari adiknya.Arga mengangguk. "Dokter bilang minggu depan aku akan di operasi." ucap Arga senang. Tentu saja, membayangkan bahwa setelah operasi dia bisa kembali hidup normal membuatnya sangat bahagia.Mawar mengangguk. "Di mana ibu?" tanya Mawar pasalnya pagi tadi ia melihat ibunya datang lewat cctv."Ibu harus pulang, tapi nanti malam akan datang membawa makanan." ucap Arga lalu melirik pria yang datang bersama kakaknya. Arga juga bingung kenapa kakaknya berada di kursi roda.Mawar mengetahui kebingungan adiknya. "Kakak terjatuh saat bekerja, tapi sekarang sudah tidak papa. Tidak perlu khawatir dan ingat jangan beritahu ibu." ucap Mawar membuat Arga mengangguk."Kakak bekerja keras untuk Arga dan ibu. Terima kasih." ucap Arga tulus membuat Mawar m
Happy Reading! Mawar membuka mata lalu melirik lengan tuan Revan yang memeluk tubuhnya. "Mas_" panggil Mawar namun tidak ada sahutan. Dengan berani Mawar berusaha menyingkirkan lengan tuan Revan dari tubuhnya."Akh hmm" jerit Mawar saat tubuhnya tiba-tiba dipeluk semakin erat."Mau ke mana?" tanya Revan serak membuat Mawar menahan napasnya."Mawar?" tegur Revan saat sang istri hanya diam saat ditanya."Lapar, mas." ucap Mawar pelan membuat Revan melepas pelukannya lalu menyalakan lampu."Jam dua pagi?" gumam Revan lalu menatap ke arah Mawar. "Tunggu di sini, saya ambilin makanan." ucap Revan namun Mawar segera menggeleng."Tapi mau bakso." ucap Mawar sembari memegang ujung piama tidur tuan Revan.Revan berdecak lalu mengusap wajahnya. "Ini jam dua pagi, Mawar. Tidak ada yang jualan bakso." ucap Revan kesal."Ya sudah, nggak jadi." ucap Mawar pelan lalu kembali berbaring setelah menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya."Ck!" Revan berdecak lalu turun dari tempat tidur. "Saya ca
Happy Reading! Di rumah sakit, Revan kembali dibuat kesal karena Mawar yang tidak mau bicara dengannya. Jangankan bicara menatap ke arahnya saja tidak."Masih marah tentang bakso?" tanya Revan namun Mawar hanya diam membuat Revan semakin emosi."Demi Tuhan, Mawar. Itu hanya bakso. Kalau mau ,saya bisa beli dengan gerobaknya." ucap Revan membuat Mawar kembali terisak."Ya Tuhan!" keluh Revan lalu berjalan menuju sofa. Entah apa yang dia pikirkan dulu hingga bisa menghamili gadis cengeng seperti Mawar.Enggan mendengar tangisan istrinya, Revan memilih keluar dan membiarkan Mawar sendiri. Untung saja mamanya sudah pulang, kalau tidak dia pasti akan dimarahi karena meninggalkan Mawar sendirian.Sedang Mawar yang mengetahui kepergian tuan Revan langsung bergegas bangun. Demamnya sudah hilang tapi keinginannya untuk makan bakso belum. Untung saja, Mawar punya uang 20 ribu. Ia akan keluar dan membeli bakso lalu kembali. Tuan Revan tidak akan tahu jika ia pergi dan segera kembali.Mawar perl
Happy Reading! Revan turun dari mobilnya lalu melangkah angkuh memasuki rumah yang pernah dia tinggali itu.BrakkPintu rumah terbuka dengan sekali tendangan oleh bodyguard yang Revan bawa.Eva yang sedang duduk di ruang tamu segera berdiri. Ia begitu kaget karena kedatangan mantan menantunya itu"Di mana Meysa?" tanya Revan dingin membuat Eva menahan napas. Ia melirik ke arah sebuah pintu."Meysa sedang bekerja, Revan. Dia tidak ada di rumah." ucap Eva membuat Revan menatap wanita paruh baya itu tajam. Dia tahu bahwa mantan mertuanya itu berbohong. Karena itu Revan langsung melangkah menuju sebuah kamar."Revan tunggu! Meysa benar-benar tidak ada di rumah." cegah Eva membuat anak buah Revan segera menahan tubuh wanita paruh baya itu."Revan, Meysa tidak ada di rumah." teriak Eva keras membuat Revan semakin yakin jika ada seseorang yang berada di dalam kamar tamu.BrakkRevan tersenyum sinis saat melihat mantan istrinya sedang bercinta dengan seorang pria.Sedang Meysa langsung menca
Happy Reading! Oekk oekk oekkSuara tangisan bayi pecah memenuhi isi kamar. Semua orang yang ada di kamar tersenyum lega.Revan sendiri langsung memberikan ciuman pada bibir Mawar."Terima kasih, sayang. Terima kasih." ucap Revan bahagia.Mawar tersenyum tipis lalu melirik bayi mereka yang berada di tangan bibi Sinta. Bayi kecil itu masih dipenuhi oleh darah."Tangisannya sangat kuat."ucap mama Widya haru lalu mengelus kepala menantunya."Selamat sayang. Sekarang kamu sudah menjadi ibu." ucap mama Widya lalu mengecup kening Mawar.Mama Widya juga menatap putranya. "Selamat, nak. Sekarang keluarga kecil kalian sudah lengkap."Revan mengangguk penuh kebahagian lalu menatap bayinya yang sedang dibersihkan. Tidak lama, Sinta mendekat dengan bayi yang sudah bersih dan berselimut.Sinta meletakkan bayi kecil itu di samping tubuh Mawar."Terima kasih, bibi."ucap Mawar lemah membuat Sinta mengangguk."Sama-sama, sayang."Setelah itu Sinta beranjak untuk merapikan semua peralatannya dan membi
Happy Reading!Revan menatap perut besar Mawar yang bergelombang karena tendangan bayi. Bahkan Revan melihat kaki bayi yang tercetak jelas di permukaan perut Mawar."Hi sayang, apa kau mendengar papa?" tanya Revan memulai dialog dengan buah hatinya.DughRevan tersenyum lalu mengecup bekas tendangan bayi mereka. "Kau mendengar papa kan? Cepatlah keluar nak. Papa sudah membeli mobil baru untuk mengajakmu jalan-jalan." ucap Revan membuat Mawar tertawa di tengah ringisannya.Dugh"Jet pribadi? Kau ingin papa membeli jet pribadi?" tanya Revan seolah bayinya mengatakan sesuatu.Dugh"Tidak perlu beli. Papa sudah punya." Ucap Revan bangga sedang Mawar hanya terkikik geli."Kapal selam? Jangan kapal selam nak, mamamu mabuk laut." Ucap Revan yang terus bicara."Tambang batubara? Itu memang punyamu, nak.""Tambang minyak? Itu punya kakekmu tapi akan papa rampas untukmu."DughRevan segera merespon tendangan calon bayinya."Apa? Adik?" Kaget Revan lalu menatap Mawar. "Anak kita meminta adik." b
Happy Reading!Ugh""Ada apa? Sakit lagi?" tanya Revan khawatir.Mawar menggeleng lalu mengatur napas. Rasa nyeri seperti ini sudah ia rasakan tiga hari yang lalu tapi saat ke rumah sakit, dokter bilang ia belum akan melahirkan."Apa bayinya baik-baik saja?"tanya Mawar pelan menatap suaminya. Pasalnya ini sudah lewat dari HPL dan belum ada tanda-tanda akan melahirkan.Revan mengusap perut besar Mawar lalu tersenyum."Dokter hanya bisa memperkirakan tapi tuhan yang menentukan." ucap Revan berusaha tenang tapi sebenarnya dia juga ketar ketir. Aneh sekali, hpl sudah lewat, perut Mawar juga sudah turun dengan posisi kepala sudah dijalur lahir tapi kenapa belum melahirkan juga."Tapi__""psstt_ sekarang masih mau lanjut atau kembali ke kamar?" tanya Revan menyudahi pembahasan tentang kelahiran sang anak.Mawar menunduk memandang perutnya yang besar lalu berkata pelan. "Lanjut saja." ucapnya lalu mulai kembali melangkah dibantu oleh Revan.Lima belas menit mengelilingi taman membuat tubuh Ma
Happy Reading!Mawar mengernyit lalu membawa gelas kecil berisi cairan berwarna keruh itu ke depan hidungnya."Enghh_hueek" Mawar segera menjauhkan gelas itu lalu menatap horor ke arah nenek Hatun."Ini minyak sayur. Bagus untuk memperlancar persalinan. Biar nanti bayinya licin dan cepat keluar." ucap nenek Hatun yang kembali mendekatkan gelas kecil itu kehadapan Mawar."Tapi nek__" Mawar menghela napas lalu mengambil gelas itu. Percuma ia mendebat karena akhirnya ia pasti harus tetap meminum cairan aneh itu."uekk" Mawar mendongak berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk keluar."Jangan cium baunya. Langsung telan saja!" tegur nenek Hatun gemas.Mawar menutup hidungnya lalu meminum minyak aneh itu dengan cepat."Ugh_huekk" Mawar menutup mulutnya berusaha menahan hasratnya untuk muntah."Minum ini!" titah nenek Hatun membuat Mawar menggeleng cepat. Sekarang ia harus minum apalagi?"Ini air gula."Mawar segera merebut gelas itu dari tangan nenek lalu meneguknya hingga tandas."
Happy Reading!Mawar melenguh pelan kemudian membuka matanya. Tatapannya langsung melirik ke arah jam yang ada di dinding.Jam dua malam.Mawar kemudian menatap ke arah samping dan tidak menemukan suaminya di sana. Kenapa suaminya akhir-akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya."Shh_hh" Mawar perlahan bangun dengan memegang perut besarnya yang sudah memasuki usia sembilan bulan."Di mana mas Revan?" gumam Mawar lalu dengan tertatih turun dari tempat tidur.Mawar merapikan pakaiannya kemudian melangkah keluar dari kamar. Keadaan rumah yang gelap membuat Mawar melangkah cepat menuju ruang kerja suaminya. Ceklek"Mas"Mawar termangu karena ternyata suaminya tidak berada di ruang kerjanya."shh" Mawar meringis karena tiba-tiba tubuhnya merinding kemudian bergegas menutup pintu ruang kerja suaminya.Mawar melangkah kembali menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Mawar langsung mencari ponselnya. Jika tidak ada di kamar atau di ruang kerjanya, maka kemungkinan besar suaminya belu
Happy Reading!Tasya tersenyum lalu melangkah memasuki dapur."Sedang apa?"Revan berbalik kaget. Ia pikir Tasya dan keluarganya sudah pulang tapi kenapa wanita itu masih di sini.Seolah mengerti kebingungan Revan, Tasya segera menjelaskan. "Nenek memintaku untuk menginap di sini."Revan diam lalu lanjut mengaduk susu yang ia buat. "Nenek bahkan memintaku untuk tinggal.""Hm." Revan segera beranjak pergi dari dapur dengan segelas susu meninggalkan Tasya yang mendengus kesal karena perkataannya tidak ditanggapi.CeklekMawar segera menutup telponnya saat suaminya datang."Siapa?" tanya Revan setelah menutup dan mengunci pintu."Arga." jawab Mawar lalu menerima segelas susu yang suaminya berikan.Setelah menghabiskan susunya, Mawar langsung meletakkan gelas di atas meja lalu menatap suaminya."Mas_""hm?""Siapa perempuan tadi?"tanya Mawar membuat Revan mendongak menatap istrinya."Kau bertanya karena penasaran atau cemburu?" tanya Revan membuat Mawar diam sesaat lalu menjawab."Aku ha
Happy Reading!Widya memasuki dapur dan langsung terheran karena banyaknya makanan yang dimasak oleh juru masak. Belum lagi beberapa kue yang tersedia di atas meja."Untuk apa semua ini?" tanya Widya bingung."Maaf nyonya tapi nenek Hatun meminta kami membuat semua ini." jawab seorang pelayan yang sedang menata kue."Kenapa?""Katanya untuk tamu yang datang, nyonya."Widya semakin bingung. Baru ditinggal sebentar dan rumahnya sudah akan kedatangan tamu."Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." ucap Widya lalu melangkah keluar mencari mertuanya."Ibu_" panggil Widya lalu duduk di sofa dekat ibu dan mertuanya yang sedang bicara di ruang tamu."Kau sudah pulang? sebaiknya bersiap karena keluarga Tasya akan datang." ucap nenek Hatun membuat Widya melotot."Keluarga Tasya. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Widya heran."Ibu yang mengundang mereka. Lagipula sudah lama kita tidak bertemu."Widya mengangguk membenarkan tapi bukankah tidak pas rasanya mengundang keluarga dari wanita yang pern
Happy Reading!Tok tokRevan mendesis kesal lalu membuka matanya kemudian melirik Mawar yang masih terlelap.Tok tok"Ck!"decak Revan lalu segera turun dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu.TokCtar ceklek"Lama sekali?"Revan menahan napasnya kesal saat melihat sang nenek berada di depan pintu."Ada apa?" tanya Revan datar."Apa kalian belum bangun? Ini sudah jam delapan pagi." ucap nenek Hatun membuat Revan meremas rambutnya."Belum, nek. Revan dan Mawar ingin istirahat lebih lama hari ini. Dan tentunya tanpa penganggu." ucap Revan dengan menekan kata pengganggu.Nenek Hatun melotot. "Maksudmu nenek menganggu?""Iya." sahut Revan cuek membuat nenek Hatun kesal dan berusaha mendorong tubuh Revan untuk menjauh dari pintu."Nenek mau apa?" kaget Revan namun tetap mempertahankan posisinya membuat nenek Hatun kesal."Membangunkan cucu menantu nenek. Ini sudah siang dan harusnya ia sudah bangun dan sarapan." ucap nenek Hatun membuat Revan menggeleng."Ini baru jam delapan. Lagipul
Happy Reading!Revan menggendong Mawar memasuki rumah. Setelah satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya Mawar dinyatakan telah pulih meskipun dengan catatan harus kembali beristirahat di rumah."Mas tidak perlu menggendongku. Aku bisa jalan." ucap Mawar namun rangkulannya di leher sang suami sangatlah erat seakan tak ingin lepas."Baiklah. Kalau begitu aku turunkan_""Tidak. Setelah dipikir-pikir digendong juga bagus."cegah Mawar membuat Revan yang sudah bersiap menurunkan istrinya kembali melangkah dengan senyum di bibirnya."Revan, Mawar_ kalian sudah datang. Kemarilah!" panggil Widya yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita tua.Widya mengisyaratkan agar Mawar duduk di sampingnya dan Revan menurut, ia menurunkan tubuh Mawar di sofa samping mamanya. Sedang Revan sendiri langsung bergerak duduk di samping sang nenek di sofa lain."Ibu, ini Mawar_ istri Revan." ucap Widya memperkenalkan Mawar pada ibunya.Nenek Hayat menatap Mawar lalu mengangguk. "Nampak seperti wan