"Bagus, kita telah menyelesaikan tantangan pertama dalam penilaian. Selanjutnya, silakan mengambil waktu untuk beristirahat sekaligus sarapan pagi. Setelah satu jam, kalian akan dipanggil kembali untuk proses seleksi kecepatan dan ketepatan." Seluruh peserta kemudian mengantri di tempat pembagian makanan. Selesai mengantri, mereka akan duduk di beberapa meja makan panjang yang telah tersedia untuk menyantap makanannya. Alice, Gavin, dan Mario duduk di meja makan yang sama. Gavin duduk di sebelah Alice. Mario baru saja akan duduk di hadapan Alice, namun Hose bergerak lebih cepat dan duduk di depan Alice, sehingga Mario akhirnya harus duduk di hadapan Gavin. "Hai, bolehkah aku duduk di sini?" Tanya Hose pada mereka. Namun Mario berkata dengan sinis, "Bukankah Kau harusnya bertanya lebih dahulu , kemudian Kau duduk?" Hose menyadari kesalahannya, "Ah, maafkan aku Lukas. Aku tidak bermaksud tidak sopan." Wajahnya tampak merasa tidak enak kepada Mario. "Sudahlah Lukas, itu hanya
"Hei, mengapa kalian mencurigainya? Menurutku tiap orang punya kemampuan tersembunyi. Orang yang tidak pernah berlatih bela diri juga pasti memiliki keistimewaan. Bisa jadi Hose memang berbakat." Alice menepuk bahu Gavin dan Mario. "Selanjutnya, Alan Parker!" Pelatih memanggil nama Alice. "Ah, sepertinya kini giliranku." Alice berjalan menuju ke tempat titian kayu. Alice tampak berlari dengan hati-hati. Beberapa kali dia hampir terkena karung-karung yang bergerak seperti bandul. Dia bahkan terpeleset dan hampir terjatuh ke kolam lumpur. Hingga akhirnya dia berhasil sampai ke ujung titian dan melemparkan tombak ke sasaran lempar. Lemparannya terlihat lemah. Ia mengenai sasaran, namun sayangnya agak jauh meleset dari titik pusat sasaran. "Aku pikir si pendek akan menang lagi. Ternyata dia tidak sehebat itu." "Ya, ternyata untuk tantangan kali ini dia terlihat payah." "Ckckck, mungkin tadi dia hanya kebetulan memenangkan lomba lari itu." Terdengar suara peserta lain mengeje
"Seluruh peserta harap kembali berbaris! Kini saatnya kalian menyelesaikan tahapan terakhir seleksi." Pengeras suara dari menara gedung pelatihan kembali berbunyi. Seluruh peserta kembali berbaris dengan rapi. "Lihatlah ke arah sana! Kalian akan masuk ke dalam hutan itu! Kalian akan melalui berbagai macam rintangan yang sulit. Kami akan menilai peserta berdasarkan waktu tercepat." Kemudian anggota tentara militer membagikan gelang pengukur waktu kepada masing-masing peserta. "Aktivitas kalian di dalam hutan akan terlihat pada layar besar ini. Kami telah menempatkan kamera pengawas yang akan menyiarkan langsung apa yang kalian lakukan di dalam sana. Jadi, jika ada yang berbuat curang, akan langsung terkena diskualifikasi. KALIAN MENGERTI?" "SIAP KOMANDAN!" Jawab peserta pelatihan itu serentak. Alice mengangkat tangannya, "Ijin bertanya Komandan!"."Ya, silakan!""Apakah kami bebas memutuskan cara melewati halang rintang itu? Ataukah ada aturan khusus?""Kalian bebas mengeksplor
"Berdasarkan hasil penilaian dari seluruh tahapan seleksi, kami telah memutuskan 6 orang yang akan lolos mengikuti pelatihan untuk menjadi anggota pasukan elit Yustan." Pelatih memegang lembaran yang berisi nama-nama peserta dan penempatan tugasnya. "Yang pertama adalah Alan Parker. Silakan maju ke depan!" Alice maju ke depan. "Yang kedua adalah Hugo Reve, Lalu yang ketiga adalah Lukas Bages." Gavin dan Mario maju menyusul Alice. "Yang keempat, adalah peserta termuda, yaitu Hose Lanford." Pelatih mengumumkan nama Hose dengan wajah bangga. Meski masih sangat muda, Hose menunjukkan bakat yang menonjol dibandingkan peserta lainnya. Menurutnya, Hose pasti akan menjadi anggota pasukan elit yang hebat. "Lalu untuk peserta terbaik kelima adalah Kelvin Frees. Dan terbaik keenam adalah Tom Denaye." Semua bertepuk tangan untuk 6 orang yang lolos menjadi anggota pelatihan pasukan elit Yustan. "Lalu kemudian kita akan mengumumkan peserta yang akan ditempatkan di kota..." Di depan, pe
"Apa-apaan ini? Bahkan setelah satu minggu kita berada di sini, kita tidak mendapatkan pelatihan apapun. Kita hanya diperalat untuk menjadi budak!" Tom merasa kesal. Dari sejak mereka datang hingga kini, mereka tidak menerima bimbingan pelatihan apapun. Dari pagi mereka bangun, mereka hanya bertugas membersihkan seluruh ruangan, kemudian memasak sarapan pagi, mencuci dan membersihkan peralatan makan, lalu memasak makan siang dan makan malam. Hal itu mereka lakukan selama satu minggu penuh. Alice, Gavin dan Mario juga sependapat. Namun Hose tidak terlihat begitu terbebani. "Hose, apa Kau tidak keberatan diperlakukan seperti ini?" Tom bertanya kepada Hose yang tampak tenang. "Aku sudah terbiasa bekerja lebih keras daripada ini setiap hari. Uang yang ku peroleh juga lebih sedikit. Di sini, kita mendapatkan gaji yang lumayan." Hose menjawab dengan tenang pertanyaan Tom. "Tapi kita kemari untuk menjadi seorang tentara yang terlatih. Apa gunanya kita di sini?" Kelvin juga mengeluh.
"Ternyata kalian tidak pingsan? Huh, tetap saja kalian kalah jumlah. Hahaha." Carlos tertawa puas, karena orang-orang yang menjadi targetnya, justru mengantarkan nyawa ke wilayah kekuasaannya. "Ckckck, tahukah Kau Carlos? Kelemahanmu adalah Kau terlalu sombong dan menganggap remeh orang lain." Alice menggelengkan kepalanya. "Jangan banyak omong! Ayo, hadapi aku!" Carlos tampaknya bertekad bertarung dengan Alice. "Alice, Kau hamil, biar aku saja yang menghadapinya." Gavin khawatir pada Alice. "Tidak perlu, Gavin. Aku ingin memberitahu dia, apa itu kekuatan strategi." Alice melepas satu lapisan kemeja yang digunakannya. "Kau yakin?" Gavin bertanya sekali lagi. "Aku yakin!" Alice memegang kemejanya dengan kedua tangannya. "Majulah!" Alice menantang Carlos. "Oke! Hahaha! HIAH!" Carlos masih saja bersikeras menyerang bagian perut Alice. Namun sebelum kaki Carlos mengenai perutnya, Alice melilitkan kemejanya di kaki Carlos dan menahannya. Alice menendang wajah Carlos 2 kali h
"Elisa, kamu ada dimana?" Alice menelepon Elisa di perjalanannya menuju ke istana. "Aku ada di istana. Ada apa, Alice?" "Aku akan kembali ke istana, dalam waktu 20 menit lagi aku akan tiba. Kamu keluarlah sebentar, kita akan bertukar peran." "Kamu cukup kembali ke istana saja, Alice. Dari sejak aku masuk ke istana sebagai dirimu, nenek telah mengenali aku." Elisa menjelaskan kepada Alice keadaan di istana. "Apa maksudmu, Elisa?" Alice memperjelas maksud perkataan Elisa. "Nenek tahu kalau kamu keluar dari istana, Alice." "Begitu kah? Baiklah." Alice mengakhiri panggilan teleponnya. Gavin melihat wajah Alice yang tampak memikirkan sesuatu setelah bertelepon dengan Elisa. "Ada apa?" Tanya Gavin penasaran. "Nenek sudah tahu bahwa aku keluar dari istana." Tidak terasa 20 menit berlalu dengan cepat. Mobil yang ditumpangi Alice telah tiba di istana. Mario keluar dari kursi pengemudi dan membukakan pintu untuk Alice. "Hei, kamu tidak membukakan pintu untukku?" Celetuk G
"ARGH! WANITA SIALAN!" Firlo membanting jatuh seluruh benda yang ada di atas meja kerjanya. "Tenanglah, Firlo. Dia hanya mendapatkan sedikit bukti di tangannya. Bukankah dokumen yang ditemukannya di ruang kerja Carlos itu adalah dokumen kerjasama yang gagal? Dia belum menemukan dokumen yang asli hingga sekarang." Logan mencoba menyadarkan Firlo. "Tenang? Apanya yang tenang?! Putraku ditahan di pusat penahanan militer! Alice merekam seluruh pembicaraan Carlos di tempat kejadian. Tidak ada jalan bagiku untuk menyelamatkannya dari hukuman penjara." "Tenanglah, jika kita telah menyingkirkan wanita itu, semua kendali akan kembali ke tangan kita. Aku punya rencana cadangan lainnya." "Hhhh..Apa itu?" Firlo menghela napas, dia tidak begitu yakin harus melakukan apa. "Dia pasti segera menyadari jika dokumen itu adalah dokumen yang salah, namun di dalam dokumen itu dia telah melihat nama perantara penjual baja itu. Pasti dia akan segera mendatanginya untuk mencari informasi." "Lalu,