"Berdasarkan hasil penilaian dari seluruh tahapan seleksi, kami telah memutuskan 6 orang yang akan lolos mengikuti pelatihan untuk menjadi anggota pasukan elit Yustan." Pelatih memegang lembaran yang berisi nama-nama peserta dan penempatan tugasnya. "Yang pertama adalah Alan Parker. Silakan maju ke depan!" Alice maju ke depan. "Yang kedua adalah Hugo Reve, Lalu yang ketiga adalah Lukas Bages." Gavin dan Mario maju menyusul Alice. "Yang keempat, adalah peserta termuda, yaitu Hose Lanford." Pelatih mengumumkan nama Hose dengan wajah bangga. Meski masih sangat muda, Hose menunjukkan bakat yang menonjol dibandingkan peserta lainnya. Menurutnya, Hose pasti akan menjadi anggota pasukan elit yang hebat. "Lalu untuk peserta terbaik kelima adalah Kelvin Frees. Dan terbaik keenam adalah Tom Denaye." Semua bertepuk tangan untuk 6 orang yang lolos menjadi anggota pelatihan pasukan elit Yustan. "Lalu kemudian kita akan mengumumkan peserta yang akan ditempatkan di kota..." Di depan, pe
"Apa-apaan ini? Bahkan setelah satu minggu kita berada di sini, kita tidak mendapatkan pelatihan apapun. Kita hanya diperalat untuk menjadi budak!" Tom merasa kesal. Dari sejak mereka datang hingga kini, mereka tidak menerima bimbingan pelatihan apapun. Dari pagi mereka bangun, mereka hanya bertugas membersihkan seluruh ruangan, kemudian memasak sarapan pagi, mencuci dan membersihkan peralatan makan, lalu memasak makan siang dan makan malam. Hal itu mereka lakukan selama satu minggu penuh. Alice, Gavin dan Mario juga sependapat. Namun Hose tidak terlihat begitu terbebani. "Hose, apa Kau tidak keberatan diperlakukan seperti ini?" Tom bertanya kepada Hose yang tampak tenang. "Aku sudah terbiasa bekerja lebih keras daripada ini setiap hari. Uang yang ku peroleh juga lebih sedikit. Di sini, kita mendapatkan gaji yang lumayan." Hose menjawab dengan tenang pertanyaan Tom. "Tapi kita kemari untuk menjadi seorang tentara yang terlatih. Apa gunanya kita di sini?" Kelvin juga mengeluh.
"Ternyata kalian tidak pingsan? Huh, tetap saja kalian kalah jumlah. Hahaha." Carlos tertawa puas, karena orang-orang yang menjadi targetnya, justru mengantarkan nyawa ke wilayah kekuasaannya. "Ckckck, tahukah Kau Carlos? Kelemahanmu adalah Kau terlalu sombong dan menganggap remeh orang lain." Alice menggelengkan kepalanya. "Jangan banyak omong! Ayo, hadapi aku!" Carlos tampaknya bertekad bertarung dengan Alice. "Alice, Kau hamil, biar aku saja yang menghadapinya." Gavin khawatir pada Alice. "Tidak perlu, Gavin. Aku ingin memberitahu dia, apa itu kekuatan strategi." Alice melepas satu lapisan kemeja yang digunakannya. "Kau yakin?" Gavin bertanya sekali lagi. "Aku yakin!" Alice memegang kemejanya dengan kedua tangannya. "Majulah!" Alice menantang Carlos. "Oke! Hahaha! HIAH!" Carlos masih saja bersikeras menyerang bagian perut Alice. Namun sebelum kaki Carlos mengenai perutnya, Alice melilitkan kemejanya di kaki Carlos dan menahannya. Alice menendang wajah Carlos 2 kali h
"Elisa, kamu ada dimana?" Alice menelepon Elisa di perjalanannya menuju ke istana. "Aku ada di istana. Ada apa, Alice?" "Aku akan kembali ke istana, dalam waktu 20 menit lagi aku akan tiba. Kamu keluarlah sebentar, kita akan bertukar peran." "Kamu cukup kembali ke istana saja, Alice. Dari sejak aku masuk ke istana sebagai dirimu, nenek telah mengenali aku." Elisa menjelaskan kepada Alice keadaan di istana. "Apa maksudmu, Elisa?" Alice memperjelas maksud perkataan Elisa. "Nenek tahu kalau kamu keluar dari istana, Alice." "Begitu kah? Baiklah." Alice mengakhiri panggilan teleponnya. Gavin melihat wajah Alice yang tampak memikirkan sesuatu setelah bertelepon dengan Elisa. "Ada apa?" Tanya Gavin penasaran. "Nenek sudah tahu bahwa aku keluar dari istana." Tidak terasa 20 menit berlalu dengan cepat. Mobil yang ditumpangi Alice telah tiba di istana. Mario keluar dari kursi pengemudi dan membukakan pintu untuk Alice. "Hei, kamu tidak membukakan pintu untukku?" Celetuk G
"ARGH! WANITA SIALAN!" Firlo membanting jatuh seluruh benda yang ada di atas meja kerjanya. "Tenanglah, Firlo. Dia hanya mendapatkan sedikit bukti di tangannya. Bukankah dokumen yang ditemukannya di ruang kerja Carlos itu adalah dokumen kerjasama yang gagal? Dia belum menemukan dokumen yang asli hingga sekarang." Logan mencoba menyadarkan Firlo. "Tenang? Apanya yang tenang?! Putraku ditahan di pusat penahanan militer! Alice merekam seluruh pembicaraan Carlos di tempat kejadian. Tidak ada jalan bagiku untuk menyelamatkannya dari hukuman penjara." "Tenanglah, jika kita telah menyingkirkan wanita itu, semua kendali akan kembali ke tangan kita. Aku punya rencana cadangan lainnya." "Hhhh..Apa itu?" Firlo menghela napas, dia tidak begitu yakin harus melakukan apa. "Dia pasti segera menyadari jika dokumen itu adalah dokumen yang salah, namun di dalam dokumen itu dia telah melihat nama perantara penjual baja itu. Pasti dia akan segera mendatanginya untuk mencari informasi." "Lalu,
"Benar sekali Pangeran Logan, lama sekali kita tidak bertemu. Pangeran Logan datang kemari menemui aku untuk meminta bantuan apa?" Maxim menatap ke arah Logan sambil terus sesekali mengisap dan mengembuskan asap rokok dari mulut dan hidungnya. "Aku ingin menyewa pasukan pembunuh profesional milikmu, Maxim!". Logan berjalan mendekat ke arah Maxim dan menyerahkan lembaran cek yang dipegangnya. Maxim melihat jumlah angka yang tertera pada lembaran cek. Matanya menyipit ketika melihat nominalnya. "Ini jumlah yang luar biasa. Siapa yang menjadi sasaran kami, sampai-sampai merepotkan Pangeran Logan untuk mengerahkan hampir seluruh anggota Pasukan Bayangan Hitam?" Maxim merasa ini terlalu berlebihan dan sedikit memandang rendah kemampuan kelompoknya. "Aku ingin kau membunuh putri mahkota Alice Anabel." Maxim mengerutkan keningnya, "Mengerahkan 350 orang hanya untuk membunuh seorang wanita? Pangeran, Anda sedang meremehkan kami?" Maxim menjatuhkan rokok yang diisapnya dan masih ter
Setelah semalaman mengatur rencana, hari ini pagi-pagi sekali Alice, Gavin, Mario dan Jake, pergi menuju ke perbatasan Kaltan dan Casia. Mereka mencari orang yang bertugas sebagai penjual perantara yang bekerja sama dengan Firlo More. Mereka berhenti di sebuah penginapan dan menyamar. Di sana Wella dan Henry telah menanti untuk bertukar peran. Wella bertukar pakaian dengan Alice, sedangkan Henry bertukar pakaian dengan Gavin. Wella, Henry dan Jake berangkat menuju ke perbatasan lebih dahulu. Sedangkan Alice, Gavin, dan Mario berangkat beberapa menit kemudian. Mobil yang dikendarai oleh Mario, melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Jalanan menuju ke perbatasan Kaltan dan Casia cukup sepi. Perjalanan itu menempuh waktu kira-kira 5 jam. "Aku akan mengebut, pasanglah sabuk pengaman kalian dengan benar." Mario melihat di kaca spion kiri dan kanannya, ada sekitar 10 mobil yang mengejar mereka. Setelah beberapa belokan dan tikungan, mobil yang dikendarai oleh Mario dihalangi sepen
* Malam sebelumnya * "Apa, Mario? Kau meminta kami mengawal wanita ini?" Hulman merasa kesal mendengar rencana Mario. "Untuk kali terakhir itu, kami telah menolong kamu di pusat pelatihan militer pasukan elit Yustan. Kali ini meminta bantuan untuk membantu wanita ini? Apa kau sadar kalau kau sedang dimanfaatkan, Mario?" Dias juga keberatan. "Aku tidak pernah meminta bantuan kalian, apalagi memanfaatkan dia. Sepanjang yang kuingat, dia sendiri yang ingin melibatkan dirinya. Tapi, aku berterima kasih atas bantuanmu selama ini Mario." Alice menjelaskan. "Jika begitu, aku akan meminta bantuan seluruh pasukan elit Casia kemari," ujar Jake. "Seluruh pasukan elit Casia? Banyak sekali. Untuk apa, Jake?" Alice keberatan merepotkan banyak orang. "Bos, informasi yang aku dapatkan dari agen rahasia, Firlo meminta Logan untuk menyewa Pasukan Bayangan Hitam. Namun tidak diketahui jumlah pastinya." Wella melaporkan kepada Alice. "Pasukan Bayangan Hitam? Pemimpinnya bernama Maxim. Kelom