"Aku tidak pernah mencari masalah dengan kalian. Aku membunuh anggota kalian karena mereka menyerangku duluan," jawab Alice membela diri."Hmmm..bagaimana jika kamu mengalahkan Hulman, Dias dan juga aku terlebih dahulu. Kurasa aku akan mempertimbangkannya," ujar Lukas."Kita bertarung satu persatu, dan jika kamu kalah, nyawa wanita ini saja taruhannya. Bagaimana? Aku rasa itu cukup adil sebagai pembalasan untuk anggota kami yang kamu bunuh," sambung Lukas lagi sambil mengarahkan pisau tajam ke leher Milea dan membuat sedikit luka disana.Alice tahu, mereka tidak akan keluar dengan mudah dari tempat itu."HENTIKAN! Jangan sakiti dia lagi, aku akan terima tantangan darimu!" jawab Alice cepat."Hahaha, bagus-bagus. Kami ingin tahu sejauh mana kemampuan kamu.""Jangan banyak bicara, ayo kita selesaikan secepatnya!" ujar Alice tidak sabar."Kamu terlalu sombong!" jawab Hulman yang kemudian maju dengan tidak sabaran menerjang ke arah Alice.Hulman mengayunkan tinjunya dan tendangan kepada Al
"Tuan, kita sudah mendarat di Albain."Terdengar suara James membangunkan Tuannya yang tampak kelelahan itu dan tertidur sepanjang penerbangan dari Thurad ke Albain."Benarkah?" dengan penuh semangat Gavin melangkahkan kakinya menuruni pesawat.Dia berhasil menyelesaikan segala urusan dan pekerjaannya di Thurad dan kembali lebih awal daripada perkiraan.Di bandara supir telah siap sedia menunggu kedatangan Gavin Welbert.Gavin tidak membuang-buang waktunya, dia segera memasuki mobilnya dan berniat kembali ke kediaman Welbert secepatnya.Sampai di halaman rumah utama, Gavin bergegas membuka pintu dan melangkah keluar dengan cepat, sebelum supir membuka pintu untuknya.James hanya menggelengkan kepalanya, "Tuan sangat merindukan Nyonya.""Tuan, anda sudah kembali?" ujar Weni menyapa Gavin."Dimana Alice?" tanya Gavin."Nyonya, tadi terburu-buru pergi. Dia tidak mengatakan akan kemana, Tuan," jawab Weni sedikit takut, mungkin Gavin akan marah.Gavin lalu mengecek layar ponselnya dan meli
"Kondisinya tidak buruk. Ini hanya luka permukaan saja. Tidak usah khawatir. Ini resep obatnya. Tidak perlu rawat inap."Dokter memeriksa Alice dan melakukan pemeriksaan keseluruhan. Alice tidak mengalami luka dalam ataupun patah tulang hanya kakinya yang terkilir, jadi dia diperbolehkan untuk pulang."Terimakasih Dokter," ujar Gavin yang kemudian kembali menggendong Alice dalam pelukannya."Gavin, turunkan aku. Ini memalukan, semua orang sedang melihat kita," ujar Alice memberontak untuk turun dari gendongan Gavin."Diam dan tenanglah, atau kamu akan aku cium di hadapan orang-orang itu," ancam Gavin karena kewalahan menahan Alice yang bergerak minta diturunkan dari gendongannya.Alice segera patuh dan diam dalam pelukan Gavin. Dia menggendong Alice menuju ke parkiran dan memasukkan Alice bersama dengannya di kursi belakang.Kini Alice duduk diatas pangkuan Gavin."Kenapa seperti ini? Lepaskan aku. Aku mau duduk dengan benar! Ugh!"Tapi Gavin justru mempererat pelukannya, kedua tangan
"Bagaimana keadaan kakimu hari ini?" tanya Gavin ketika Alice baru bangun.Alice baru saja membuka matanya beberapa menit yang lalu, namun dia tidak segera beranjak dari tempat tidur. Kini dia melihat Gavin telah siap dengan kemeja dan setelan jas kerjanya. Dia selalu tampak memperhatikan penampilannya.Warna pakaian yang digunakannya tampak serasi dengan dasi dan juga jas yang dikenakannya.'Tunggu?! Dasi itu, bukannya dasi yang dipilihkan Wella? Dia memakainya!' batin Alice."Ya, aku sudah jauh membaik. Kakiku sudah tidak sakit lagi," ujar Alice sambil matanya terpaku ke arah dasi Gavin."Kenapa? Apa dasinya tidak cocok dengan bajuku?" tanya Gavin karena mata Alice tertuju ke arah lehernya."Tidak, itu terlihat ba_gus.""Terimakasih, aku menyukainya," ujar Gavin sambil tersenyum lebar."Y_ya, aku hanya sempat khawatir itu tidak sesuai dengan seleramu," wajah Alice bersemu merah tanpa dia sadari.Gavin melihat rona wajah Alice yang berubah, tapi dia tidak ingin membuatnya semakin mal
"Halo, aku adalah pelatih bela diri anda, namaku Narin.""Ya, Halo, namaku Alice," jawab Alice ramah."Alice, dia adalah pelatih bela diri yang akan mengajar kamu. Narin ahli dalam seni bela diri Yudo dan Taekwondo. Selain belajar dasar-dasar Yudo dan Taekwondo, kamu juga akan diajarkan seni pertarungan gaya bebas," ujar Gavin memperkenalkan Narin."Kamu tenang saja, aku akan mengajarkan dia dengan baik," ujar Narin sambil memegang lengan atas Gavin, tatapan ramahnya terlalu berlebihan pada Gavin."Aku akan ke ruang kerja, karena ada hal yang harus aku selesaikan dulu secepatnya.""Oke, serahkan disini padaku," jawab wanita itu dengan nada sok lembut.Sesuai perkataan Gavin beberapa hari yang lalu, Alice akan mulai belajar ilmu bela diri setelah dia pulih sepenuhnya. Jadi sore hari ini Gavin pulang kerja lebih awal, karena membawa pelatih bela diri ke rumah.Narin.. Wajahnya bisa dikatakan tergolong cukup cantik, postur tubuhnya ideal, bahkan pada bagian tertentu cukup berisi. Badanny
"Hai, Gavin, Alice."Sapa seorang wanita ketika Alice dan Gavin sedang menikmati sarapan.'Kenapa hari ini dia datang di pagi hari? Bukannya sore hari?' batin Alice. Namun, mulutnya tetap tersenyum manis dan menjawab, "Oh, hai Narin!""Alice, karena Narin di sore hari punya jadwal mengajar di Dojo, jadi jadwal latihan pribadi untukmu di pagi hari," ujar Gavin."Oke, aku tidak masalah." Alice menjawab sambil menatap Narin dari kepala hingga ke ujung kaki.'Dia bangun jam berapa? Pasti pagi sekali untuk menyiapkan dandanan semenor itu untuk melatih bela diri. Ckckck.' Alice berpikir dan tanpa sadar bibirnya menarik senyuman tipis.Gavin melihat senyum di wajah Alice, "Ada apa? Apa ada hal yang baik?" tanya Gavin."Hmmm?!" Alice mengerutkan alisnya, bingung dengan pertanyaan Gavin."Kamu tiba-tiba tersenyum, apa ada hal baik?" Gavin mengulang pertanyaannya."Tidak, aku senang karena Sensei (panggilan untuk pelatih bela diri) sangat bersemangat mengajariku. Aku rasa, aku akan cepat menguas
"Dasar wanita siluman, menyebalkan sekali. Kesabaranku hampir habis." Alice menggerutu di kamar mandi mengingat perbuatan Narin.Hari ini Narin datang pagi-pagi sekali kerumah, ikut sarapan dan mengobrol dengan ceria di meja makan dengan Gavin. Alice jadi kehilangan nafsu makannya.Narin juga lagi-lagi tidak mengajarkan ilmu bela diri, namun hanya menyuruh Alice berlari 10 putaran dan juga setengah berjongkok selama satu jam. Narin menambahkan 5 putaran, karena Alice kemaren terlihat baik-baik saja dan tidak mengeluh."Di dunia ini kekurangan laki-laki? Setiap hari kerjanya berusaha keras mendekati pria beristri. Aish!" ujarnya kesal sambil menyabun tubuh dan wajahnya dengan kasar karena terbawa emosi.Setelah 15 menit, Alice menyelesaikan mandi dan telah memasang bajunya. Saat dia tengah mengeringkan rambutnya, dia mendengar teleponnya berdering."Bos, anda tidak membaca pesan yang aku kirim?""Pesan? Tunggu!"Alice membuka pesan yang belum terbaca olehnya, karena dia seharian disibuk
"Bagaimana kabarmu selama beberapa bulan terakhir ini?" Liam bertanya dengan tatapan hangat kepada Alice. "Kabarku baik, Sensei!" jawab Alice. "Sekarang kita hanya berdua, emm maksudku bertiga. Bukankah sudah aman bagimu melepaskan masker wajahmu itu?" tanya Liam. Alice melepaskan masker wajahnya, dia juga merasa pengap menggunakan masker terus menerus. "Sebenarnya apa misimu di Albain? Bukankah kamu hanya mengambil cuti untuk menjemput adik dan juga ibumu?" "Ibuku menghilang, dan adikku terbaring di rumah dalam keadaan cacat setelah kecelakaan. Dan aku sekarang, sedang menyelidikinya." "Menyelidiki..? Apa maksudmu Alice?" tanya Liam bingung. "Paman, adik Alice menikah dengan seseorang bermarga Welbert, dan keluarga itu adalah yang terkuat dan terkaya di negara ini, kecelakaan kembarannya dan juga hilangnya ibu Alice mungkin ada hubungannya dengan mereka." Jake melaporkan sambil mengemudi. "Maksudmu, Alice sekarang sedang menyamar menjadi adik perempuannya? Dan dia masuk ke kel