Suasana di meja makan pagi ini terasa hening.Baik Alice maupun Gavin terlihat enggan untuk berbicara. Mereka menikmati makanan yang tersaji dalam diam.Laura dan Selena juga tidak berani muncul di sana pagi ini. Biasanya mereka akan mencari cara untuk merundung Alice.Ketika Alice akan beranjak pergi dari meja makan, "Nanti malam bersiaplah menemaniku untuk bertemu dengan seorang mitra kerja, dia mengundang untuk makan malam di kapal pesiarnya. Tidak perlu berdandan terlalu formal.""Oke," jawab Alice singkat.Meskipun hatinya sedang sangat kesal, namun dia tidak boleh memaksakan amarahnya. Dia belum menemukan segel kepala keluarga Rayes dan juga dimana Gavin menyembunyikan ibunya.Alice telah menyuruh bawahannya untuk menyelidiki keberadaan ibunya. Benar saja, menurut penyelidikan orangnya, bahwa terakhir kali ibunya terlihat dijemput oleh orang-orang suruhan Gavin beberapa hari sebelum Gavin dan Elisa menikah 3 tahun yang lalu. Dia curiga, bahwa Gavin memaksa Elisa menikah dengan m
Gavin menatap tangan mungil yang digenggamnya. Wanita yang digandengnya tampak sangat cantik, meski dengan dandanan yang sederhana.Alice terlalu malas untuk bersiap menemani Gavin, sehingga dia hanya menggunakan bedak tipis dan sedikit lip gloss. Rambutnya dibiarkannya tergerai.Gaun dibawah lutut berwarna silver dengan one soulder, tampak begitu pas di badannya dan menonjolkan setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna.Gavin dan Alice melangkah ke sebuah restoran mewah di dalam kapal pesiar pribadi seorang milyuner dari negara Filepi.'Apa hanya perasaanku saja? Atau ini adalah kapal pesiar yang sama dengan milik gadis yang semalam aku tolong?' batin Alice."Silahkan Tuan, Tuan Simon sudah menunggu anda di ruang makan," ujar seorang pelayan yang kemudian mengantarkan Alice dan Gavin.Langkah Alice sempat terhenti ketika melihat sosok gadis yang sedang duduk di sebelah pria paruh baya, yang diduganya bernama Simon itu."Ada apa?" tanya Gavin.Alice menatap Gavin, dia tersenyum dan mengge
PLAK"Kamu tidak punya sopan santun!" marah Simon kepada Milea.Beberapa saat setelah Gavin dan Alice pergi, Simon melampiaskan kemarahannya kepada Milea, karena dia dengan terang-terangan menolak dijodohkan dengan Gavin.Milea memegang pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh ayahnya."Ayah, kenapa aku harus menikah dengan pria yang sudah beristri? Aku sudah mengatakan berkali-kali, bahwa aku tidak ingin hidupku seperti semua saudaraku yang lainnya!""Jika kamu memiliki banyak harta dan tahta, semuanya itu lebih membahagiakan daripada cinta!""Bahagia?" ujar Milea dengan lirih."Kedua kakakku menikah dengan perjodohan yang Ayah buat, apa mereka pernah terlihat bahagia?""Tentu saja mereka bahagia. Mereka memiliki segalanya. Selain itu bisnis ayah maju pesat dengan pernikahan mereka," dengus Simon kemudian tersenyum."Apa Ayah tahu, Jasmin hampir setiap hari dipukuli dan disiksa suaminya? Bahkan suaminya memiliki banyak wanita di luaran.""Itu adalah nasib yang harus diterimany
Ceklek"Tuan, kita sudah sam....pai..."James tanpa sadar tergagap melihat keadaan tuan dan nyonyanya.Gavin menggendong Alice keluar dari mobil, dan tubuh Alice ditutupi dengan jasnya. Yang lebih mengejutkan bagi James, adalah ketika dia melihat seluruh wajah Gavin yang babak belur. Bibir dan pelipisnya tampak mengeluarkan darah.Alice yang tadi tampak rapi dan elegan, sekarang keadaannya tampak berantakan. Dia tidak dapat mendengar ataupun melihat apa yang terjadi di kursi penumpang. Mobil itu dilengkapi dinding yang kedap suara.James segera menurunkan pandangannya, dia tidak berani menatap lebih lama ke arah majikannya.Gavin menggendong Alice dengan langkah besar menuju ke kamarnya. Pelayan yang berpapasan dengan Gavin, juga tidak berani menatap kepada tuan dan nyonyanya itu.CeklekGavin membawa Alice ke kamarnya dan meletakkan Alice di tempat tidur. Alice menatap tajam kepada Gavin. Tatapannya dipenuhi kebencian.Gavin membuka ikatan dasi pada tangan Alice yang sedari tadi ter
BAK BUKHIAAAAHHBAK BUK"AYO! Apalagi yang kalian tunggu? Cepat serang aku!"Terdengar suara Alice memerintahkan seluruh bawahannya yang berjumlah dua puluhan orang, untuk bertarung dengannya.Sudah sekian lama, Alice tidak berlatih bela diri pertarungan, apalagi dengan lawan sebanyak ini.Sejak masuk ke dalam keluarga Welbert, Alice tidak bisa melakukannya di sana. Dia hanya berlatih beberapa seni bela diri sederhana, dan bermeditasi.Pagi sekali Alice telah datang ke kediaman Rayes dengan mengendarai mobil Maybach yang kemarin dipergunakannya.HIAAHHBAK BUKBUK!!!Jake tiba-tiba menghadang serangan tinju Alice dengan tangannya."MINGGIR, JAKE!" marah Alice, karena tinju Alice ditahan oleh Jake."Bos, coba anda tenang dan sekarang lihat mereka semua!"Alice menatap kepada puluhan bawahannya itu. Mereka semua babak belur. Alice melampiaskan kemarahannya dan memukul mereka tanpa ampun."Jika anda meneruskannya, beberapa dari mereka mungkin akan mati.""Ma_maafkan aku. Aku tidak berma
Alice sebenarnya merasa enggan kembali ke kediaman keluarga Welbert. Namun, dia mengesampingkan ego dan kemarahannya. Dia mengemudikan mobilnya kembali ke kediaman Welbert.Dia harus segera menyelidiki keberadaan ibunya dan menyelamatkannya. Sayang sekali Elisa sekarang tidak dapat berbicara dan lumpuh total. Jika tidak, mungkin Alice akan memiliki informasi yang lebih akurat untuk mencari keberadaan ibu mereka.Alice memarkirkan mobilnya dengan sembarangan di halaman rumah utama keluarga Welbert. Dia melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar yang biasa ditempatinya. Namun dia tidak bisa membuka pintunya, gagang pintunya terkunci rapat."Ugh, ada apa dengan pintu kamar ini?" gumam Alice karena tidak bisa membuka pintu kamarnya."Weni, Weni..!" Dengan langkah cepat Weni mendatangi Nyonyanya yang memanggil, " Ya, Nyonya?"."Ada apa dengan kamar ini? Apa kalian menguncinya?" tanya Alice."Maaf Nyonya, Tuan sudah memerintahkan agar memindahkan semua barang-barang milik Nyonya ke
Dengan kesal Alice melangkah menuju ke taman belakang rumah utama. Dia duduk di sebuah kursi taman memandang ke arah bunga-bunga indah dari berbagai jenis dan warna.Tidak jauh dari tempat Alice duduk, juga terdapat kolam ikan yang cukup besar. Karena airnya yang jernih, Alice dapat melihat ikan-ikan yang cantik berenang kesana kemari.Ketika Alice berdiri dari tempat duduknya, entah mengapa ada perasaan terancam dari arah belakangnya. Sesuatu yang sangat besar berlari ke arahnya.* * *Gavin saat ini sedang merokok di balkon ruang kerjanya, dia sedari tadi memandangi Alice yang sedang duduk di taman.Mata Gavin membeliak ketika menyaksikan seeokor anjing hitam yang sangat besar berlari dengan ganas ke arah Alice."ALICE, AWAS!" teriak Gavin dari balkon di ruang kerjanya. Gavin segera berlari menuju ke taman dimana Alice berada.* * *Anjing berjenis The Great Dane sangat terkenal dengan keganasannya dan kemampuannya membunuh mangsa dengan cepat. Anjing berjenis ini sangat sulit untuk
Gavin menatap Alice dengan penuh arti. Alice menoleh dan melihat bagaimana cara pria itu melihat padanya."Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Alice."Bagaimana kamu melakukannya?""Melakukan apa?""Anjing itu tiba-tiba patuh kepadamu, bagaimana caramu melakukannya?""Bukankah kamu melihatnya tadi, emm..maksudku cara aku melakukannya.""Ya, tapi kamu sangat tenang. Apa kamu tidak takut?"'Aish, selama pengalamanku melakukan pelatihan menjadi tentara elit di Casia, itu tidak seberapa. Kami biasanya berkemah ke hutan yang dipenuhi hewan buas, tidur di gua yang dipenuhi ular berbisa, mendaki jurang terjal tanpa pengaman. Bahkan jika melakukan kesalahan selama pelatihan, akan dimasukkan ke kandang singa atau harimau. Pelatihan yang mengerikan,' keluh Alice dalam hati."Hmmm..Aku hanya percaya pada perkataan ayahku. Beliau selalu berkata, 'Jika bertemu hewan buas sudah tidak mungkin berlari atau jika melawan pasti dimangsa. Maka mengalahkan hewan buas harus dengan otak dan ketena