PLAK"Kamu tidak punya sopan santun!" marah Simon kepada Milea.Beberapa saat setelah Gavin dan Alice pergi, Simon melampiaskan kemarahannya kepada Milea, karena dia dengan terang-terangan menolak dijodohkan dengan Gavin.Milea memegang pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh ayahnya."Ayah, kenapa aku harus menikah dengan pria yang sudah beristri? Aku sudah mengatakan berkali-kali, bahwa aku tidak ingin hidupku seperti semua saudaraku yang lainnya!""Jika kamu memiliki banyak harta dan tahta, semuanya itu lebih membahagiakan daripada cinta!""Bahagia?" ujar Milea dengan lirih."Kedua kakakku menikah dengan perjodohan yang Ayah buat, apa mereka pernah terlihat bahagia?""Tentu saja mereka bahagia. Mereka memiliki segalanya. Selain itu bisnis ayah maju pesat dengan pernikahan mereka," dengus Simon kemudian tersenyum."Apa Ayah tahu, Jasmin hampir setiap hari dipukuli dan disiksa suaminya? Bahkan suaminya memiliki banyak wanita di luaran.""Itu adalah nasib yang harus diterimany
Ceklek"Tuan, kita sudah sam....pai..."James tanpa sadar tergagap melihat keadaan tuan dan nyonyanya.Gavin menggendong Alice keluar dari mobil, dan tubuh Alice ditutupi dengan jasnya. Yang lebih mengejutkan bagi James, adalah ketika dia melihat seluruh wajah Gavin yang babak belur. Bibir dan pelipisnya tampak mengeluarkan darah.Alice yang tadi tampak rapi dan elegan, sekarang keadaannya tampak berantakan. Dia tidak dapat mendengar ataupun melihat apa yang terjadi di kursi penumpang. Mobil itu dilengkapi dinding yang kedap suara.James segera menurunkan pandangannya, dia tidak berani menatap lebih lama ke arah majikannya.Gavin menggendong Alice dengan langkah besar menuju ke kamarnya. Pelayan yang berpapasan dengan Gavin, juga tidak berani menatap kepada tuan dan nyonyanya itu.CeklekGavin membawa Alice ke kamarnya dan meletakkan Alice di tempat tidur. Alice menatap tajam kepada Gavin. Tatapannya dipenuhi kebencian.Gavin membuka ikatan dasi pada tangan Alice yang sedari tadi ter
BAK BUKHIAAAAHHBAK BUK"AYO! Apalagi yang kalian tunggu? Cepat serang aku!"Terdengar suara Alice memerintahkan seluruh bawahannya yang berjumlah dua puluhan orang, untuk bertarung dengannya.Sudah sekian lama, Alice tidak berlatih bela diri pertarungan, apalagi dengan lawan sebanyak ini.Sejak masuk ke dalam keluarga Welbert, Alice tidak bisa melakukannya di sana. Dia hanya berlatih beberapa seni bela diri sederhana, dan bermeditasi.Pagi sekali Alice telah datang ke kediaman Rayes dengan mengendarai mobil Maybach yang kemarin dipergunakannya.HIAAHHBAK BUKBUK!!!Jake tiba-tiba menghadang serangan tinju Alice dengan tangannya."MINGGIR, JAKE!" marah Alice, karena tinju Alice ditahan oleh Jake."Bos, coba anda tenang dan sekarang lihat mereka semua!"Alice menatap kepada puluhan bawahannya itu. Mereka semua babak belur. Alice melampiaskan kemarahannya dan memukul mereka tanpa ampun."Jika anda meneruskannya, beberapa dari mereka mungkin akan mati.""Ma_maafkan aku. Aku tidak berma
Alice sebenarnya merasa enggan kembali ke kediaman keluarga Welbert. Namun, dia mengesampingkan ego dan kemarahannya. Dia mengemudikan mobilnya kembali ke kediaman Welbert.Dia harus segera menyelidiki keberadaan ibunya dan menyelamatkannya. Sayang sekali Elisa sekarang tidak dapat berbicara dan lumpuh total. Jika tidak, mungkin Alice akan memiliki informasi yang lebih akurat untuk mencari keberadaan ibu mereka.Alice memarkirkan mobilnya dengan sembarangan di halaman rumah utama keluarga Welbert. Dia melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar yang biasa ditempatinya. Namun dia tidak bisa membuka pintunya, gagang pintunya terkunci rapat."Ugh, ada apa dengan pintu kamar ini?" gumam Alice karena tidak bisa membuka pintu kamarnya."Weni, Weni..!" Dengan langkah cepat Weni mendatangi Nyonyanya yang memanggil, " Ya, Nyonya?"."Ada apa dengan kamar ini? Apa kalian menguncinya?" tanya Alice."Maaf Nyonya, Tuan sudah memerintahkan agar memindahkan semua barang-barang milik Nyonya ke
Dengan kesal Alice melangkah menuju ke taman belakang rumah utama. Dia duduk di sebuah kursi taman memandang ke arah bunga-bunga indah dari berbagai jenis dan warna.Tidak jauh dari tempat Alice duduk, juga terdapat kolam ikan yang cukup besar. Karena airnya yang jernih, Alice dapat melihat ikan-ikan yang cantik berenang kesana kemari.Ketika Alice berdiri dari tempat duduknya, entah mengapa ada perasaan terancam dari arah belakangnya. Sesuatu yang sangat besar berlari ke arahnya.* * *Gavin saat ini sedang merokok di balkon ruang kerjanya, dia sedari tadi memandangi Alice yang sedang duduk di taman.Mata Gavin membeliak ketika menyaksikan seeokor anjing hitam yang sangat besar berlari dengan ganas ke arah Alice."ALICE, AWAS!" teriak Gavin dari balkon di ruang kerjanya. Gavin segera berlari menuju ke taman dimana Alice berada.* * *Anjing berjenis The Great Dane sangat terkenal dengan keganasannya dan kemampuannya membunuh mangsa dengan cepat. Anjing berjenis ini sangat sulit untuk
Gavin menatap Alice dengan penuh arti. Alice menoleh dan melihat bagaimana cara pria itu melihat padanya."Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Alice."Bagaimana kamu melakukannya?""Melakukan apa?""Anjing itu tiba-tiba patuh kepadamu, bagaimana caramu melakukannya?""Bukankah kamu melihatnya tadi, emm..maksudku cara aku melakukannya.""Ya, tapi kamu sangat tenang. Apa kamu tidak takut?"'Aish, selama pengalamanku melakukan pelatihan menjadi tentara elit di Casia, itu tidak seberapa. Kami biasanya berkemah ke hutan yang dipenuhi hewan buas, tidur di gua yang dipenuhi ular berbisa, mendaki jurang terjal tanpa pengaman. Bahkan jika melakukan kesalahan selama pelatihan, akan dimasukkan ke kandang singa atau harimau. Pelatihan yang mengerikan,' keluh Alice dalam hati."Hmmm..Aku hanya percaya pada perkataan ayahku. Beliau selalu berkata, 'Jika bertemu hewan buas sudah tidak mungkin berlari atau jika melawan pasti dimangsa. Maka mengalahkan hewan buas harus dengan otak dan ketena
Alice keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan jubah mandi dan handuk kecil di kepalanya, membelit rambutnya yang basah. Dia lupa membawa baju ganti sebelum masuk ke kamar mandi.Gavin yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah bisnis, menatap ke arah Alice.Mendapat tatapan dari Gavin, tangan Alice reflek menyilang di depan dadanya memegang sisi-sisi jubahnya agar tidak kendur."Emm, makan malam ini apa harus menggunakan baju khusus?" tanya Alice."Tidak, berpakaianlah senyaman yang kamu inginkan.""Oh..oke!"Alice melangkah ke depan meja rias. Dia mengambil pengering rambut dan membuka belitan handuk di kepalanya.'Di_dia..tampak cantik seperti itu,' batin Gavin. Tanpa sadar, jakunnya bergerak naik turun menatap pemandangan di hadapannya."Ada apa?" tanya Alice."Tidak_tidak apa-apa."Gavin kemudian membawa baju gantinya ke kamar mandi.Alice melanjutkan aktivitasnya mengeringkan rambutnya. Dia baru menyadari, bahwa di meja rias ini sudah tersedia berbagai produk peraw
"Selamat datang Gavin, Alice. Silahkan duduk. Sebentar lagi jamuan kita dimulai," ujar Gerard yang saat ini duduk di posisi kepala meja.Gavin membuka dan mendorong kursi untuk Alice di meja makan. Sementara salah satu pelayan kemudian melakukan hal yang sama kepada Gavin.Dia menunjukkan perhatiannya kepada istrinya, dan seluruh mata di tempat itu tertuju kepada mereka berdua."Wow, Alice. Biasanya kamu selalu tampak lusuh dan berdandan ala kadarnya saja. Aku tidak menyangka kamu bisa tampil cantik juga," puji Selena, namun nadanya semacam merendahkan."Ya, aku sebenarnya sedikit malas berdandan. Jika aku tampil menonjol, orang akan salah mengira kamu sebagai asistenku jika kita berdampingan," sindir Alice."Kamu?!" Selena melotot kepada Alice."Kakak, kamu dengar? Dia menghinaku dan..."Kalimat Selena terhenti ketika Gavin justru membukakan serbet dan menaruhnya di atas pangkuan Alice."Terima kasih," ujar Alice dengan tersenyum semanis mungkin kepada Gavin.Pelayan berbaris membawa