"Mau pergi kemana? Tumben kamu sudah terlihat rapi pagi ini?" tanya Gavin sambil memasukkan salad sayur ke dalam mulutnya."Mama memintaku mengambilkan pakaian pesanannya di butik pusat perbelanjaan di pinggir kota."Alice telah menyelesaikan makannya dan bersiap beranjak dari meja makan."Kebetulan pagi ini aku ada meeting di kota tetangga. Bagaimana jika....""Aku akan meminjam salah satu mobil yang ada di garasi. Aku pergi dulu. Bye."Belum selesai Gavin berbicara, Alice sudah pergi dari meja makan.Gavin menggelengkan kepalanya menatap kepergian Alice.Alice berjalan menuju garasi mobil. Di dekat pintu garasi, terdapat etalase khusus untuk menyimpan kunci mobil.'Banyak sekali kuncinya, berapa banyak mobil yang dia miliki memangnya'.Alice asal memilih dan mengambil kunci. Ketika dia melihatnya lebih dekat, dia sedikit terkejut dengan logo yang terdapat pada kuncinya.'Maybach?'"Ah, sudahlah. Pinjam sesekali juga kok."Alice membuka pintu garasi mobil. Mata Alice membulat karena t
"Tuan, sepertinya itu Nyonya...dan..."James melihat ke arah wanita yang baru saja keluar dari mobil Bugatti La Voiture Noire berwarna hitam. Awalnya ketika dia melihat Alice, dia ingin menyampaikannya kepada Gavin. Namun setelah dia melihat bahwa seorang pria keluar dari kursi kemudi, James menjadi gugup dan terdiam.'Semoga Tuan tidak melihatnya..Semoga dia tidak mendengar apa yang aku katakan barusan,' batin James.Namun James salah. Bahkan sebelum dia mengatakannya, Gavin sudah melihat terlebih dulu sosok Alice. Dia kini menatap tajam kepada pria yang sedang bersama dengan Alice. Pria itu memiliki tinggi badan 185 sentimeter, kulitnya putih, wajahnya cukup tampan dan maskulin, dan tubuhnya meskipun kurus tapi terlihat bahwa otot-ototnya terbentuk sempurna dibalik pakaiannya."James, catat nomor kendaraan pria itu, selidiki siapa dia!"Sebuah perintah dengan aura kedinginan di dalamnya, membuat bulu tengkuk James bergidik.Gavin masih terus memandang ke arah Alice dan pria itu, hin
"Apa-apaan sih kamu Gavin? Ini sakit!" Alice menatap tangannya yang ditarik Gavin sedari tadi.Kini, mereka telah masuk ke dalam kamar Gavin.BRUKGavin menutup pintu kamar dengan kasar dan melempar Alice ke tempat tidur.Gavin mengungkung tubuh Alice tepat di bawahnya, dan wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter."Katakan padaku, siapa pria yang bersamamu di pusat perbelanjaan tadi?""Pria? Kamu memata-matai aku?" pelotot Alice."Katakan, apa dia kekasih rahasiamu?""Kekasih? Bukan urusanmu!" ujar Alice.Dengan kesal, Gavin mencengkeram dagu Alice dan menatap tajam kepadanya."Dengar Alice, kamu adalah Nyonya Gavin Welbert! Jangan berani bertindak tidak senonoh di belakangku! Kamu akan mempermalukan aku dan keluarga ini!"Emosi Alice seketika hampir meledak, "Tidak senonoh? Mempermalukan keluarga? Cih!""Tidak banyak orang mengenalku sebagai anggota keluarga Welbert! Lagipula selama ini aku diperlakukan sebagai budak dan disiksa oleh ibu dan juga adikmu itu. Aku tidak pernah m
Alice saat ini berdiri di tepi dermaga. Hal yang paling menenangkan dirinya adalah mendengar suara deburan ombak. Hal ini mengingatkannya kepada kehidupan masa kecilnya.Dulu sesekali ayah dan ibunya akan mengajak Alice dan Elisa pergi ke laut ataupun ke danau untuk memancing.Kala itu kehidupan mereka sangat bahagia, mereka melakukan semua hal yang mereka inginkan dan rencanakan.Bahkan ayahnya juga mengajarinya dan Elisa cara menyelam dan berenang di laut. Sayangnya, Elisa memiliki fobia di dalam air, jadi dia tidak pandai berenang seperti Alice.Elisa memiliki karakter yang berseberangan dengan Alice. Elisa sangat suka mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti ibunya. Dia sangat mahir memasak, menjahit, dan juga mengurus kebun.Alice yang sangat tomboy sangat suka berlatih bela diri, dan dia sangat mahir dalam berbagai kegiatan fisik.Ketika sekolah, dia selalu menjuarai berbagai kegiatan olahraga baik di sekolah maupun antar sekolah.Alice mengenang keseluruhan kebahagiaan di mas
Suasana di meja makan pagi ini terasa hening.Baik Alice maupun Gavin terlihat enggan untuk berbicara. Mereka menikmati makanan yang tersaji dalam diam.Laura dan Selena juga tidak berani muncul di sana pagi ini. Biasanya mereka akan mencari cara untuk merundung Alice.Ketika Alice akan beranjak pergi dari meja makan, "Nanti malam bersiaplah menemaniku untuk bertemu dengan seorang mitra kerja, dia mengundang untuk makan malam di kapal pesiarnya. Tidak perlu berdandan terlalu formal.""Oke," jawab Alice singkat.Meskipun hatinya sedang sangat kesal, namun dia tidak boleh memaksakan amarahnya. Dia belum menemukan segel kepala keluarga Rayes dan juga dimana Gavin menyembunyikan ibunya.Alice telah menyuruh bawahannya untuk menyelidiki keberadaan ibunya. Benar saja, menurut penyelidikan orangnya, bahwa terakhir kali ibunya terlihat dijemput oleh orang-orang suruhan Gavin beberapa hari sebelum Gavin dan Elisa menikah 3 tahun yang lalu. Dia curiga, bahwa Gavin memaksa Elisa menikah dengan m
Gavin menatap tangan mungil yang digenggamnya. Wanita yang digandengnya tampak sangat cantik, meski dengan dandanan yang sederhana.Alice terlalu malas untuk bersiap menemani Gavin, sehingga dia hanya menggunakan bedak tipis dan sedikit lip gloss. Rambutnya dibiarkannya tergerai.Gaun dibawah lutut berwarna silver dengan one soulder, tampak begitu pas di badannya dan menonjolkan setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna.Gavin dan Alice melangkah ke sebuah restoran mewah di dalam kapal pesiar pribadi seorang milyuner dari negara Filepi.'Apa hanya perasaanku saja? Atau ini adalah kapal pesiar yang sama dengan milik gadis yang semalam aku tolong?' batin Alice."Silahkan Tuan, Tuan Simon sudah menunggu anda di ruang makan," ujar seorang pelayan yang kemudian mengantarkan Alice dan Gavin.Langkah Alice sempat terhenti ketika melihat sosok gadis yang sedang duduk di sebelah pria paruh baya, yang diduganya bernama Simon itu."Ada apa?" tanya Gavin.Alice menatap Gavin, dia tersenyum dan mengge
PLAK"Kamu tidak punya sopan santun!" marah Simon kepada Milea.Beberapa saat setelah Gavin dan Alice pergi, Simon melampiaskan kemarahannya kepada Milea, karena dia dengan terang-terangan menolak dijodohkan dengan Gavin.Milea memegang pipinya yang terasa panas setelah ditampar oleh ayahnya."Ayah, kenapa aku harus menikah dengan pria yang sudah beristri? Aku sudah mengatakan berkali-kali, bahwa aku tidak ingin hidupku seperti semua saudaraku yang lainnya!""Jika kamu memiliki banyak harta dan tahta, semuanya itu lebih membahagiakan daripada cinta!""Bahagia?" ujar Milea dengan lirih."Kedua kakakku menikah dengan perjodohan yang Ayah buat, apa mereka pernah terlihat bahagia?""Tentu saja mereka bahagia. Mereka memiliki segalanya. Selain itu bisnis ayah maju pesat dengan pernikahan mereka," dengus Simon kemudian tersenyum."Apa Ayah tahu, Jasmin hampir setiap hari dipukuli dan disiksa suaminya? Bahkan suaminya memiliki banyak wanita di luaran.""Itu adalah nasib yang harus diterimany
Ceklek"Tuan, kita sudah sam....pai..."James tanpa sadar tergagap melihat keadaan tuan dan nyonyanya.Gavin menggendong Alice keluar dari mobil, dan tubuh Alice ditutupi dengan jasnya. Yang lebih mengejutkan bagi James, adalah ketika dia melihat seluruh wajah Gavin yang babak belur. Bibir dan pelipisnya tampak mengeluarkan darah.Alice yang tadi tampak rapi dan elegan, sekarang keadaannya tampak berantakan. Dia tidak dapat mendengar ataupun melihat apa yang terjadi di kursi penumpang. Mobil itu dilengkapi dinding yang kedap suara.James segera menurunkan pandangannya, dia tidak berani menatap lebih lama ke arah majikannya.Gavin menggendong Alice dengan langkah besar menuju ke kamarnya. Pelayan yang berpapasan dengan Gavin, juga tidak berani menatap kepada tuan dan nyonyanya itu.CeklekGavin membawa Alice ke kamarnya dan meletakkan Alice di tempat tidur. Alice menatap tajam kepada Gavin. Tatapannya dipenuhi kebencian.Gavin membuka ikatan dasi pada tangan Alice yang sedari tadi ter