Alice tercengang melihat betapa banyaknya makanan yang dipesan Gavin. "Gavin, ini terlalu banyak. Aku saat ini bahkan kesulitan untuk makan lebih banyak dari 3 sendok makan." "Ayo, makan yang banyak, Alice. Kalau begitu aku yang akan menyuapi kamu makan." Gavin menyodorkan makanan di mulut Alice. "Ayo, makanlah...!" Gavin membujuk Alice agar mau disuapi. Alice akhirnya membuka mulutnya, dia memakan makanan yang Gavin sodorkan ke mulutnya. "Ehm..." Alice merasa aneh. Makanan yang disuapi oleh Gavin sungguh terasa enak. "Bagaimana?" Tanya Gavin. "Enak..." Puji Alice. "Ini.." Gavin menyodorkan makanan sekali lagi ke mulut Alice. Alice merasa makanan ini sungguh nikmat, karena dia tidak merasakan mual sama sekali. Gavin merasa senang melihat Alice makan dengan lahap. Dia kemudian menyuapi Alice dengan berbagai jenis makanan yang tersaji di meja makan. "Aneh, biasanya setelah lebih dari 3 suapan makanan, aku akan merasa mual dan memuntahkan semua makananku." Alice merasa heran.
"Yang Mulia, aku minta maaf. Sungguh aku tidak menduga bahwa Nyonya akan kabur." Nathan merasa sangat menyesal dan bersalah kepada Gavin. "Sudahlah, bukan salahmu. Meski kamu siaga pun, kamu tidak dapat menahannya, Nathan. Kau juga tidak akan dapat menghadapi dia." "Mungkin Nyonya kembali ke istana Yustan." Nathan hanya berpendapat. "Tidak, dia sempat berkata akan menyelidiki sesuatu. Berdasarkan kepribadiannya, dia pasti tidak akan mundur sebelum misinya selesai. Jika dia keluar dari istana menyamar sebagai Elisa, pasti Elisa ada di dalam istana menyamar sebagai Alice." "Lalu, apa yang akan Yang Mulia lakukan selanjutnya?" "Sewa seorang peretas profesional. Aku akan membayar berapapun yang dia minta. Asalkan dia mampu mencari tahu, dimana saja Alice menggunakan kartu bank miliknya dan juga lokasi sinyal ponselnya." Gavin tahu, Alice pasti tidak akan kembali ke penginapan tempat tinggalnya sebelumnya. Dia pasti memilih ke tempat lain dan segera berbelanja keperluannya. "Ba
"Hei, pendek! Sebaiknya kamu mundur saja ke belakang! Atau tidak usah melamar saja sekalian, daripada menambah antrian yang harus aku lalui. Kamu tidak akan mampu mengikuti pelatihan militer dengan tubuh kurus dan penyakitan itu. Lihatlah wajahmu yang pucat itu, paling-paling kena sekali tendangan juga akan mati." Seorang pria berbadan besar dan berwajah garang yang berdiri di belakang Alice, mendorongnya hingga keluar dari jalur antrian. "Hei, brengsek! Apa kamu tidak tahu arti mengantri?" Seorang pria bertubuh tinggi memegang bahu pria yang mendorong Alice. Pria berwajah garang menoleh ke arah pria tinggi itu, "Siapa yang kamu panggil brengsek? Hah? ADUHHH!". Pria berwajah garang itu tiba-tiba berteriak kesakitan. "LEPASKAN! BAHUKU SANGAT SAKIT!" Teriak pria berwajah garang itu. Semua yang melihatnya merasa heran, karena pria berbadan tinggi itu tampak memegang pelan bahu pria itu. Namun, mengapa dia menjerit kesakitan? "Mengantri lah dengan sabar! Minta maaf padanya!" Pri
Teeeeeettt Terompet berbunyi sangat panjang dan nyaring. "Ayo, semua anggota baru wajib militer, segera berkumpul di lapangan utama." Terdengar pengumuman dari pengeras suara di menara gedung pelatihan. Semua anggota baru itu, termasuk Alice, Gavin, dan Mario berjalan menuju lapangan utama markas pelatihan militer. Mereka membentuk barisan rapi. Gavin selalu mengikuti di belakang Alice, dan dia pun selalu menghalau Mario agar tidak mendekati Alice. Bahkan dalam barisan, Gavin bergegas menempel di belakang Alice, mencegah agar tubuh Alice tidak terkena tubuh pria lain. Alice tertawa dan menggelengkan kepalanya melihat betapa Gavin menjaganya dengan sangat hati-hati. "Dengar, Jenderal Carlos sore ini akan berkunjung kemari, untuk membuka secara resmi kegiatan pelatihan wajib militer di tempat ini. Aku harap kita semua bisa bekerja sama membersihkan tempat ini dan menyiapkan pesta untuk malam hari ini. Kita juga harus menyambut jenderal baru kita yang baru saja dilantik sebag
"Cih, sepanjang malam pria itu hanya minum minuman alkohol saja. Dia menganggap ini sebagai bar, bukannya tempat pelatihan militer." Alice masih merasa kesal setelah melihat tingkah jenderal baru Yustan. "Sudahlah, sebaiknya kamu tidur saja. Besok proses seleksi akan dimulai." Gavin menarik selimut Alice hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ranjang di barak-barak pelatihan sangat kecil dan hanya muat untuk satu orang. Gavin tidur di ranjang bagian tengah, sementara Alice tidur di sebelah kirinya dan Mario tidur di ranjang sebelah kanan. Sejak mengandung, Alice mudah sekali merasa mengantuk dan tertidur. Jadi, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dia terlelap. Hanya dalam beberapa menit, napasnya sudah terdengar teratur. "Aku terkejut, kamu membiarkannya masuk kemari." Mario berbicara sambil menatap langit-langit kamar dari tempat tidur, kedua tangannya menjadi bantal menopang kepalanya. "Mau bagaimana lagi. Wanita ini sangat keras kepala. Jika dia berkehendak, tidak ada yan
"Bagus, kita telah menyelesaikan tantangan pertama dalam penilaian. Selanjutnya, silakan mengambil waktu untuk beristirahat sekaligus sarapan pagi. Setelah satu jam, kalian akan dipanggil kembali untuk proses seleksi kecepatan dan ketepatan." Seluruh peserta kemudian mengantri di tempat pembagian makanan. Selesai mengantri, mereka akan duduk di beberapa meja makan panjang yang telah tersedia untuk menyantap makanannya. Alice, Gavin, dan Mario duduk di meja makan yang sama. Gavin duduk di sebelah Alice. Mario baru saja akan duduk di hadapan Alice, namun Hose bergerak lebih cepat dan duduk di depan Alice, sehingga Mario akhirnya harus duduk di hadapan Gavin. "Hai, bolehkah aku duduk di sini?" Tanya Hose pada mereka. Namun Mario berkata dengan sinis, "Bukankah Kau harusnya bertanya lebih dahulu , kemudian Kau duduk?" Hose menyadari kesalahannya, "Ah, maafkan aku Lukas. Aku tidak bermaksud tidak sopan." Wajahnya tampak merasa tidak enak kepada Mario. "Sudahlah Lukas, itu hanya
"Hei, mengapa kalian mencurigainya? Menurutku tiap orang punya kemampuan tersembunyi. Orang yang tidak pernah berlatih bela diri juga pasti memiliki keistimewaan. Bisa jadi Hose memang berbakat." Alice menepuk bahu Gavin dan Mario. "Selanjutnya, Alan Parker!" Pelatih memanggil nama Alice. "Ah, sepertinya kini giliranku." Alice berjalan menuju ke tempat titian kayu. Alice tampak berlari dengan hati-hati. Beberapa kali dia hampir terkena karung-karung yang bergerak seperti bandul. Dia bahkan terpeleset dan hampir terjatuh ke kolam lumpur. Hingga akhirnya dia berhasil sampai ke ujung titian dan melemparkan tombak ke sasaran lempar. Lemparannya terlihat lemah. Ia mengenai sasaran, namun sayangnya agak jauh meleset dari titik pusat sasaran. "Aku pikir si pendek akan menang lagi. Ternyata dia tidak sehebat itu." "Ya, ternyata untuk tantangan kali ini dia terlihat payah." "Ckckck, mungkin tadi dia hanya kebetulan memenangkan lomba lari itu." Terdengar suara peserta lain mengeje
"Seluruh peserta harap kembali berbaris! Kini saatnya kalian menyelesaikan tahapan terakhir seleksi." Pengeras suara dari menara gedung pelatihan kembali berbunyi. Seluruh peserta kembali berbaris dengan rapi. "Lihatlah ke arah sana! Kalian akan masuk ke dalam hutan itu! Kalian akan melalui berbagai macam rintangan yang sulit. Kami akan menilai peserta berdasarkan waktu tercepat." Kemudian anggota tentara militer membagikan gelang pengukur waktu kepada masing-masing peserta. "Aktivitas kalian di dalam hutan akan terlihat pada layar besar ini. Kami telah menempatkan kamera pengawas yang akan menyiarkan langsung apa yang kalian lakukan di dalam sana. Jadi, jika ada yang berbuat curang, akan langsung terkena diskualifikasi. KALIAN MENGERTI?" "SIAP KOMANDAN!" Jawab peserta pelatihan itu serentak. Alice mengangkat tangannya, "Ijin bertanya Komandan!"."Ya, silakan!""Apakah kami bebas memutuskan cara melewati halang rintang itu? Ataukah ada aturan khusus?""Kalian bebas mengeksplor