"UH!"Alice terbangun di pagi hari, dia menatap sekeliling dan ketika kesadarannya telah penuh, dia terkejut.Dia meraba seluruh tubuhnya, dan juga membuka selimutnya."Fyuh," dia menghembuskan napas lega seketika."Kenapa? Apa kamu kecewa aku tidak melakukan apapun kepadamu semalam?" terdengar suara seorang pria di dekat telinga Alice.Ketika Alice menoleh, dia mendapati Gavin sedang menatapnya dengan posisi sebelah tangan menopang lehernya. Piyamanya yang longgar, membuat ototnya yang besar menyembul keluar dari balik bajunya. Aroma maskulin pria itu juga menguar masuk ke hidung Alice."Aish!" Alice merasa wajahnya panas, dia segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi sebelum pria itu melihat rona wajahnya yang berubah."Hehe, dia lucu juga kalau sedang salah tingkah," gumam Gavin sambil menatap punggung Alice yang menjauh pergi dan menghilang di balik pintu kamar mandi.* * *"Apa kamu yakin, tidak mau aku temani ke rumah Kakek?" ujar Gavin sembari menyantap sarapan
Alice tiba di rumah Berti Welbert, dia disambut oleh seorang pelayan."Nyonya Alice, Tuan Besar sudah menunggu di halaman belakang."Alice mengikuti dengan tenang langkah pelayan itu menuju ke arah taman belakang.Dari kejauhan, tampak pria berusia 70 tahunan lebih, tubuh ringkihnya duduk di kursi roda sambil menikmati hangatnya matahari. "Duduklah disini, Elisa."'Elisa? Berti Welbert tahu bahwa yang menikahi Gavin adalah Elisa dan bukan aku?' batin Alice."Aku berharap kamu menjaga batasanmu!""Apa maksud Tuan Besar?" Alice hanya berjudi dengan perkataannya. Alice yakin, Elisa tidak akan berani memanggil Berti Welbert dengan sebutan 'Kakek'."Aku mendengar, bahwa kamu dan Gavin sekarang tidur sekamar. Benarkah?""Iya, Tuan Besar.""Elisa, ingatlah. Bahwa sedari awal kamu hanya menggantikan posisi Alice hanya sampai dia datang dan membawa segel keluarga Rayes. Setelah Gavin dipastikan menjadi kepala keluarga dan memimpin perusahaan Welbert, aku akan membawamu menemui ibumu dan bahkan
BUKAlice meninju setir mobil dengan kesal."Keluarga Welbert ini, satu pun tidak ada yang baik! Mereka saling memperebutkan kekuasaan tapi dengan memanfaatkan, juga menyakiti orang lain dengan ringan tangan."Alice sampai di garasi rumah utama, dia berjalan ke dalam rumah dengan pikiran kosong. Karena tidak memperhatikan dengan benar kepalanya menabrak sesuatu."Ugh," Alice memegang kepalanya."Kamu baik-baik saja?" tanya suara dari atas kepalanya.Ternyata kepala Alice tidak sengaja membentur dada Gavin."Uhm, ya, aku baik-baik saja."Alice berlalu pergi setelah berbicara. Gavin mengejar langkah Alice dan berjalan di sisinya."Apa Kakek mengatakan sesuatu?""Tidak, kami hanya menghabiskan waktu dengan bermain catur," jawab Alice."Malam ini aku harus berangkat ke Thurad, ada hal yang mendesak. Aku akan pergi selama beberapa hari. Apa kamu mau ikut denganku?" Gavin khawatir Gerard, Laura, dan Selena mengganggunya lagi sementara Gavin tidak di Albain."Tidak, aku tidak ingin menggangg
"Tuan, kita sudah mendarat di Thurad."James membangunkan Gavin setelah penerbangan selama 8 jam. Negara Thurad terletak cukup jauh dari Albain.Di Thurad sekarang sudah pukul 9 pagi, seluruh aktivitas warganya baru saja dimulai. Sedangkan di Albain sekarang baru pukul 6 pagi."Oke, kita langsung menuju kantor cabang saja!" perintah Gavin.Kantor cabang saat ini sedang ramai pendemo. Para pendemo itu berasal dari keluarga pekerja yang terluka dan juga tewas tertimpa proyek bangunan. Mereka tidak puas akan ganti rugi yang diberikan perusahaan Welbert.Masing-masing dari mereka hanya menerima uang senilai ratusan ribu rupiah. Hal itu tidak sebanding dengan biaya perawatan di rumah sakit dan juga biaya proses pemakaman. Belum lagi untuk kerugian moril yang dialami keluarga yang ditinggalkan."BERIKAN GANTI RUGI! PENJARAKAN PARA KONTRAKTOR DAN ARSITEK PROYEK! NYAWA PEKERJA YANG MENINGGAL HARUS DIHARGAI!" teriak para pendemo itu lengkap dengan atribut dan spanduk."Tuan, lebih baik kita me
"Sepertinya sudah oke," Alice memandangi pantulan dirinya di cermin, dia saat ini terlihat seperti seorang pria.Dia dengan sigap memasuki toilet pria tanpa ada orang yang melihat dan segera mengganti seluruh pakaiannya. Rambutnya digelung dan dia mengenakan rambut palsu pendek."Oke, sekarang aku bisa pergi dengan leluasa. Orang-orang itu pasti disuruh Gavin untuk mengawasiku. Huh!"Alice merasa gerah, karena sejak dia sampai di pusat perbelanjaan ada beberapa orang yang mengikutinya. Untung saja dia sudah mempersiapkan semuanya.Alice memanggil Jake dan juga seorang bawahannya yang sekilas mirip dengannya untuk berdandan seperti dia untuk segera ke pusat perbelanjaan. Alice keluar dari toilet dan menemui Jake."Dimana Wella?" tanya Alice."Oh, dia saat ini sedang berbelanja di sebuah pertokoan, orang-orang yang mengawasi anda tadi telah beralih mengikuti dia.""Bagus! Berikan kunci mobilnya, Jake!""Ini, Bos!" Jake membawakan Alice mobil cadangan untuk digunakannya pergi dari pusat
"Ugh, ternyata luka goresannya cukup dalam," gumam Alice ketika sedang mengemudi dan melihat bahunya yang mengeluarkan darah terus menerus.Alice berhenti di sebuah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan di bahunya."Kenapa bisa terluka?" tanya dokter wanita yang berusia sekitar 40an."Saya tidak sengaja terjatuh, Dok."Dokter menangani bahu Alice yang terluka, "Lukanya hanya perlu dijahit sedikit. Setelah dua minggu pergilah ke dokter kecantikan, kamu minta resep obat dan salep untuk menghilangkan bekas lukanya. Wanita akan merasa kurang percaya diri dengan bekas luka di tubuhnya."Dokter tahu Alice adalah seorang wanita, karena dia harus membuka bajunya untuk mendapatkan perawatan."Terimakasih Dokter," ujar Alice kemudian beranjak pergi.* * *Sesampainya di pusat perbelanjaan hari sudah sangat sore."Bos, apa kamu baik-baik saja?" Jake menatap khawatir pada Alice yang di bajunya terdapat noda darah."Ya, aku baik-baik saja. Apa bawahan kita sudah berada di rumah lamaku? Cepat s
Gerard sedang mencari petunjuk tentang segel keluarga Rayes. Dia telah lama menantikan, kemungkinan seseorang kembali untuk mencari segel keluarga Rayes. Jika segel itu jatuh ke tangannya, Alice dan Gavin tidak akan mampu mengambil alih saham 25 persen milik Roland Rayes.Selama ini, Gerard tidak mendapatkan petunjuk apapun tentang segel itu. Satu-satunya rencana yang tersisa adalah melenyapkan Gavin dan Alice suatu saat nanti, sebelum Gavin dipastikan menjadi kepala keluarga Welbert secara resmi.Gerard mendapat informasi dari orang-orang yang diperintahkannya untuk mengawasi rumah keluarga Rayes, bahwa seorang pria dan wanita masuk ke dalam rumah itu. Mereka dihadang oleh sekelompok pembunuh bayaran yang disewanya, tapi pria muda itu membunuh habis mereka semua seorang diri."Sialan, bagaimana bisa seorang pria muda mengalahkan 10 pembunuh profesional sekaligus? Atau sebenarnya kalian hanya memerintahkan orang-orang dengan kemampuan pemula?""Tuan Gerard, bahkan seorang pemula dari
"Sebenarnya ini apa?"Alice menatap bingung kepada benda kecil berbentuk kunci sebesar sepertiga ukuran kelingkingnya."Benda ini pasti penting, hingga harus disembunyikan di dalam sebuah vas bunga," gumam Alice.Benda itu terlempar keluar dari dalam vas bunga yang digunakan Milea memukul kepala pembunuh bayaran kemarin."Aku pasti akan segera mengetahui kunci ini untuk apa!" gumamnya sambil memasukkan kunci berukuran kecil itu ke dalam saku celananya.Alice teringat informasi dari Jake tentang kamera pengawas tersembunyi yang ditemukan di rumah lama keluarga Rayes. Dia juga kemudian teringat akan Milea."Milea..jika mereka mengetahui wajahnya, pasti gadis itu sekarang terancam bahaya. Paling tidak aku harus memperingatkannya."Alice kemudian mengambil tas dan perlengkapannya, dia bergegas pergi dan memacu mobilnya menuju dermaga.Alice menutup wajahnya dengan masker dan menggunakan wig rambut pendek, dan juga topi di pertengahan jalan sebelum sampai di dermaga.Alice sampai di dermag