Kebahagiaan yang dirasakan oleh Gerald itu tentu saja membuat suasana hatinya menjadi sangat baik. Ia bahkan merasa selalu ingin berada di samping Zahra saat ini. Akan tetapi, Gerald ada pekerjaan yang mengharuskan dia untuk hadir pagi ini.“Nina, jagalah Dayana dengan baik dan perhatikan juga Nyonya. Jika dia sudah bangun, segera minta dia untuk makan dan minum obat yang sudah aku sediakan di atas nakas. Jangan mengatakan apa pun padanya karena suasana hatinya sedang tidak baik saat ini.” Gerald memberikan perintah kepada baby siter yang selalu membantu Zahra menjaga Dayana.“Baik, Tuan. Jika Nyonya bertanya ke mana Anda bagaimana?” tanya Nina dengan polosnya.“Katakan saja aku pergi ke kantor sebentar. Aku hanya akan pergi dalam dua atau tiga jam saja,” jawab Gerald lagi dan kemudian diangguki oleh Nina.Baby sister yang dipilih langsung oleh Zahra itu memang selama ini selalu bersikap baik dan tidak pernah membuat Zahra marah. Itu sebabnya dia menjadi kesayangan Zahra dan mereka ta
“Apa yang kau katakan, Sayang?” tanya Bianca dengan sengaja menggoda Zacky.“Jangan pura-pura tidak tahu. Kau hanya semakin membuatku bergairah dengan bertanya seperti itu,” jawab Zacky dan kemudian mencium tengkuk Bianca dengan penuh sensasi.“Aaah …,” desah Bianca kepada Zacky dengan sedikit menggeliatkan tubuhnya.Zacky tentu saja semakin menyukai reaksi Bianca itu dan semakin memberikan sentuhan pada tubuh wanita itu dengan bibirnya Zacky mengecup leher jenjang Bianca perlahan dari bawah hingga sampai ke daun telinganya yang bertindik tiga buah. Ya … Bianca memang suka memakai tindik seperti itu di telinganya.Dan jujur saja, Zacky tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena dia suka Bianca dengan apa adanya. Sejak pertama, Bianca memang sudah membuatnya tertarik dengan segala yang dimiliki oleh wanita itu. Ciuman itu semakin membuat Bianca merasa terangsang dan ikut terhanyut dalam suasana.Desahan dan erangan tipis dari Bianca membuat gairah di dalam diri Zacky semakin bergejo
Bianca dan Zacky menghabiskan waktu mereka dengan bercinta hari itu. Apalagi, Brian seperti memang seakan mengerti dengan keadaan orang tuanya. Ia tidak rewel sama sekali dan tidur dengan pulas sepanjang malam. Sehingga Zacky dan Bianca bisa melakukan aktivitas ranjang mereka dengan tenang dan nyaman.Sampai menjelang subuh baru mereka selesai melakukan ronde ketiga pada malam itu. Itu juga karean Bianca sudah tampak sangat lelah dengan permainan itu sehingga Zacky tidak tega lagi untuk melanjutkannya.“Istirahat lah, Sayang. Aku yang akan menjaga Brian jika dia bangun nanti,” titah Zacky kepada Bianca dengan sangat lembut dan tak lupa sebuah kecupan mendarat di kening wanita cantik itu.“Benarkah tidak apa-apa?” tanya Bianca lagi seolah ingin lebih meyakinkan lagi hal yang baru saja dikatakan oleh Zacky itu.“Tentu saja benar. Aku akan menjaganya nanti setelah dia bangun. Kau tidak perlu mencemaskan hal itu. Istirahat saja dengan nyaman.” Zacky berkata dengan sangat meyakinkan bagi B
“Ya … aku rasa Daddy benar. Mereka tidak akan bisa hidup tanpa kita, bahkan berjauhan saja tidak mungkin bisa.” Zacky membenarkan yang baru saja dikatakan oleh Albert.“Kapan kalian akan pulang, Sayang?” tanya Olivia kepada Zacky.“Mungkin hari ini atau besok, Mom. Kami akan pulang lebih cepat dari yang direncanakan. Bianca berkata, dia sudah sangat merindukan mertuanya,” jawab Zacky pula dengan sedikit menggoda pada Olivia.“Apa Bianca merindukan Daddy, Zack?” tanya Albert dari belakang Olivia.“Tentu saja. Daddy dan Mommy!” sahut Zacky bahagia.Percakapan itu menjadi hangat dan penuh tawa canda karena Albert yang selalu saja menyela dari belakang Olivia. Itu semua bisa ia lakukan karena Olivia menyalakan pengeras suara pada panggilannya dengan Zacky. Hal itu tentu saja agar Albert juga bisa mendengarkan apa saja yang dikatakan oleh putranya.Sebagai seorang ayah, tentu Albert juga sudah sangat merindukan putranya itu. Apalagi kehidupan di hari menuju tua bersama dengan Olivia sediki
“Bersiaplah, Sayang. Kenakan bajumu dan tolong belikan aku sarapan. Aku bosan dengan sarapan di hotel ini,” keluh Bianca kepada Zacky.“Baiklah, Sayangku. Aku akan membelikanmu apa saja yang kau inginkan,” sahut Zacky dan kemudian mengecup kening istrinya itu dengan sangat lembut.“Terima kasih untuk semuanya, Sayang.”“Kata itu sepertinya aku ucapkan untukmu. Aku selalu merasa bahwa aku adalah pria yang beruntung karena bisa mendapatkanmu dan menjadikanmu milikku!”“Bukannya sebaliknya, Sayang?” tanya Bianca dengan mengerutkan keningnya.Sebagai seorang yang berasal dari keluarga biasa saja, dan tidak setajir melintir keluarga Zacky seharusnya memang Bianca lah yang merasa bahwa dia adalah orang yang beruntung bisa menjadi istri seorang Zacky. Keturunan resmi seorang Albert yang namanya juga sudah sangat dikenal dalam dunia perbisnisan.Semua orang di dunia mengena namanya dan tidak lagi meragukan kekuasaan serta kekayaan yang dimiliki Albert. Mereka juga sudah sangat lama berbondong
Zacky pergi keluar dari kamar itu dengan senyum bahagia, tentu saja setelah ia mengetahui sarapan apa yang diminta oleh istrinya itu. Zacky memang sangat memanjakan Bianca dan tidak pernah menolak apa pun yang wanita itu minta darinya.Semenjak hal yang menimpa Bianca dan Brian waktu itu, tentu saja Zacky tidak ingin lagi kecolongan dalam menjaga mereka. Apalagi ketika mereka benar-benar tidak bisa lupa begitu saja tentang kasus penculikan yang dilakukan oleh Elsa kepada Bianca dan Brian pada waktu itu.Sekarang pun, mereka masih menikmati masa liburan karena Zacky ingin Bianca dan Brian benar-benar melupakan kejadian yang na’as itu. Yang hampir saja membuat Zacky tidak lagi bertemu dengan Bianca. Begitu pula sebaliknya dengan Bianca yang entah bisa lagi bertemu dengan Brian atau tidak. Andai saja semua berjalan dengan rencana Elsa saat itu, pasti semua akan berbeda saat ini.“Aku akan membelikan di restoran yang paling enak untukmu, Sayang. Jadi, tunggu lah dengan tenang di sana. Aku
Tubuh Bianca masih bergetar sambil terus menggendong Brian yang juga masih menangis entah karena hal apa. Pikiran Bianca benar-benar tidak bisa bekerja saat ini, ketika ia teringat ucapan Olivia tadi. Ia masih tidak ingin percaya bahwa yang tadi dikatakan oleh ibu mertuanya itu adalah kenyataan.“Tidak! Mami pasti hanya sedang bercanda. Pasti Daddy mu itu hanya ingin memberikan kejutan pada Mami. Iya kan, Sayang?” tanya Bianca kepada Brian dengan senyum yang kaku.Namun, air matanya tidak bisa ia cegah untuk mengalir lambat di pipi. Bianca tidak mengerti mengapa dia harus bersedih jika memang ia menganggap bahwa Zacky hanya sedang mengerjainya.Zacky memang sering memberikan kejutan padanya dan Bianca selalu saja tidak bisa menebak dari kejutannya itu karena Zacky sangat ahli. Mungkin, begitu pula dengan kali ini dan Bianca mencoba untuk tetap tenang sekarang.Mungkin karena kelelahan menangis, Brian akhirnya tertidur dengan wajah da mata yang basah karena air matanya. Hati Bianca beg
Bianca tidak tahu berapa lama dia sudah tidak sadarkan diri. Saat dia membuka matanya, ia sudah berada di ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan jelas tercium di indera penciumannya saat ini. Bianca perlahan mengedarkan pandangannya dan melihat Olivia dan Zahra menatapnya dengan pandangan cemas.“Sayang ... kau sudah bangun?” tanya Olivia dan mengusap rambut Bianca dengan lembut.“Ma-Mi ... di mana aku?” tanya Bianca yang bahkan tidak menjawab pertanyaan Olivia terlebih dahulu.“Kau ada di rumah sakit, Sayang. Tadi ... em, tadi kau pingsan dan saat kami datang kami langsung membawamu ke rumah sakit,” jawab Olivia berbohong.Hal yang sebenarnya terjadi adalah saat Olivia menelpon, dan ternyata yang menjawab panggilannya adalah manager hotel dan petugasnya. Saat mengetahui kondisi Bianca, Olivia langsung meminta tolong untuk mengantarkan Bianca ke rumah sakit karena saat itu Olivia dan yang lainnya sedang dalam perjalanan.Zahra tak berhenti menangis sambil menggendong Brian di da
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka