Beranda / Romansa / Menjadi Istri Mantan Bos / Ban 3. Insiden di gang kost

Share

Ban 3. Insiden di gang kost

Penulis: Onynaga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 3. 

“Aku butuh penjelasan dari kau,” ucap Roma pada Ayu.

Mereka kini berada di rooftop gedung kantor. Tempat ini biasa menjadi tempat favorit para karyawan dan jika penat karyawan lelaki akan merokok di tempat ini. Dari atap ini kita dapat melihat gedung-gedung tinggi pecakar langit dan hiruk pikuk kota Jakarta.

“Penjelasan apa?” tanya Ayu bingung.

“Kenapa kau tiba-tiba resign?”

Roma tidak sabar menuggu sampai pulang kantor ia ingin segera menuntaskan rasa penasaran dalam dada. Walau masih jam kantor ia menyeret Ayu dengan paksa menuju rooftop dan tak peduli jika nanti atasan mengetahui perbuatannya. Nantilah dipikirkan alasan jika sudah menghadap atasan. Dengan langkah terseret akhirnya Ayu mengikuti kemana langkah kaki Roma membawanya.

“Lo tau ‘kan akhir-akhir ini gue sering terlambat dan sampai mendapat peringatan. Nah, gue janji kalo sekali lagi terlambat gue bakal resign,” jawab Ayu.

"Kau sudah gila buat janji seperti itu?"

"Mau gimana lagi, Bu Issabel yang nyuruh gue sendiri untuk nentuin hukuman. Gue udah yakin bakalan gak terlambat makanya gue buat janji seperti itu," jawab Artha. Ada raut penyesalan di wajahnya. Penyesalan memang selalu datang terlambat.

Bu Issabel adalah atasan mereka di kantor usianya sekitar 40-an dan belum menikah. Orangnya cerewet dan selalu ingin semua pekerjaan itu sempurna dan harus dilakukan tepat waktu.

“Kenapa kau bisa terlambat padahal kost kau sudah dekat kantor?” tanya Roma lagi.

Ayu pun menceritakan kembali kejadian tadi pagi sebelum ia berangkat kerja. Dia yang sudah melangkah keluar dari kamar kost harus kembali lagi karena Hpnya tertinggal di dalam kamar. Setelah mengambil Hp ia langsung berlari ke depan gang kostnya tanpa memperhatikan jalan. Alhasil ia menginjak genangan air dan mengenai seseorang.

Flashback on.

“Kamu! Kalau jalan pakai mata! Lihat ini jas saya jadi kotor,” bentaknya pada Ayu. Pakaiannya telah kotor membentuk lukisan abstrak.

 “Ma-af pak. Saya jalan pakai kaki bukan pakai mata pak. Ma-af, saya tidak memperhatikan ada genangan air di sini karena saya sedang terburu-buru,” jawab Ayu dengan gugup. Ia tak berani menatap pria dihadapannya. Benarkan jalan pakai kaki.

Beginilah gang tempat kostnya jika sedang musim hujan akan banyak genangan air. Jika berjalan dengan terburu-buru dan tidak hati-hati akan bernasib sama dengan pria dihadapannya. Namun, entah apa yang dilakukan pria itu di gang kost Ayu yang sempit.

Sejenak Ayu memperhatikan selokan di sebelah kirinya dan melihat ada seekor kucing. Tidak mungkin ‘kan pria itu ingin menolong kucing tersebut? Kucing itu kotor dan penuh lumpur ditubuhnya mana mungkin ia mau menolong kucing itu, pakaiannya tak sengaja kena lumpur dibuat Ayu saja sudah membentak Ayu.

“Memang kamu jalan pakai kaki, tapi matamu tidak kamu gunakan dengan benar. Lihat akibat perbuatanmu! Apa bisa kamu ganti jas saya ini?” bentak pria itu sembari melihat jasnya yang penuh dengan lumpur kotor.

“Maaf pak. Sekali lagi saya minta maaf,” ucap Ayu dengan gugup. Ia masih setia menundukkan kepala menatap genangan air.

“Maaf, maaf. Apa bisa dengan kata maaf mengembalikan pakaian saya seperti semula?” bentak pria itu lagi. Ayu hanya menggeleng tak berani menampakkan wajahnya.

“Jawab?” bentaknya dengan intonasi lebih tinggi. Ayu terkejut, jantungnya seolah ingin melompat keluar.

“Tidak pak, tapi saya kan sudah meminta maaf. Begini saja pak, biar saya cuci saja jas yang bapak pakai, tapi tidak hari ini karena saya sedang terburu-buru pak,” jawab Ayu masih menekuri genangan air hujan.

“Kalau ngomong itu biasakan melihat wajah lawan bicaramu, agar orang tersebut tahu jika kamu itu tulus atau tidak dengan ucapanmu. Jika perlu tatap matanya langsung. Apalagi saat ini kamu sedang meminta maaf, tapi kamu tak berani menatap wajahnya. Mengerti?”

Perkataan pria itu sukses membuat Ayu mendongakkan kepalanya. Pandangan mata mereka bertemu. Pria itu begitu terkejut menatap manik mata Ayu. Matanya mengingatkan ia akan seseorang yang pernah menyelamatkannya. Namun, tak mungkin ia sudah mencarinya dan sampai sekarang belum menemukan.

"Ta-pi, Pak bisakah Anda melepaskan saya kali ini." Mohon Ayu dengan wajah memelas.

“Ya sudah, kamu boleh pergi. Saya sedang berbaik hati karena melepasmu dengan cuma-cuma. Karena sebentar lagi saya akan menikah,” kata pria itu meninggalkan Ayu. Pria itu membuka jasnya dan masuk ke mobil mewah.

“Gegara lo gue udah telat. Telat banget malah. Nyebelin lo. Semoga saja pernikahan lo batal!” teriak Ayu setelah pria itu meninggalkannya.

Setelah pria itu pergi Ayu mengambil kucing itu dan kembali ke kostnya, ia memandikan kucing tersebut dan mengeringkan tubuhnya dengan hair dryer. Tak peduli lagi jika ia sudah terlambat ke kantor ia iba melihat kucing tersebut. Setelah tubuh kucing itu kering ia mengambil roti miliknya dan memberikan kepada kucing, semoga suka. Ternyata kucing itu memakan roti dan Ayu pun menuggu kucing tersebut menghabiskan roti pemberian Ayu.

Kucing itu Ayu bawa keluar kamar kost dan menempatkan di tempat kering dan aman. Setelah memastikan kucing itu aman barulah ia beranjak dari kostnya. Ia tetap pergi ke kantor meski sudah tahu resiko apa yang akan ia dapat.

Flashback off

“Dan lo tau siapa pria itu?” tanya Ayu setelah ia menceritakan kenapa ia bisa terlambat.

“Siapa?” tanya balik Roma.

“Anak pemilik perusahaan ini,” jawab Ayu.

“What?!”

Mata Roma membeliak seolah bola mata itu akan lompat keluar. Ia tak percaya dengan ucapan Ayu.

“Serius kau, nanti kau salah orang.”

“Iya, gue serius. Mata gue masih sehat, tulisan jauh disana aja masih bisa gue baca,” ucap Ayu sembari menunjuk pada gedung tinggi dan ia pun membaca isi billboard itu. “Rambut anda berketombe dan juga rontok, gunakan shampoo pentin. Itu kan tulisan yang ada di billboard,” terang Ayu.

“Iya, gue yakin sama omongan kau, tapi kenapa sampai kau doa’in anak bos kita batal nikah?” tanya Roma.

“Gue juga gak tau Rom, gue refleks ucapinnya. Habisnya gue kesel gegara dia gue jadi telat masuk kantor.”

Sekarang Ayu baru sadar dengan doa yang ia ucapkan dan sukses membuat anak bos tempat ia bekerja batal menikah. Ucapan adalah doa dan itu terkabul langsung. Kenapa doa Ayu yang jelek dikabulkan? Selama ini dia selalu meminta agar orangtuanya panjang umur dan selalu sehat. Namun, takdir berkata lain kedua orangtuanya pergi meninggalkannya dan menjadikan Ayu sebatang kara.

“Apa gegara gue pernikahan itu batal ya, Rom? Gue terlalu kejam?” tanya Ayu dengan wajah sayu.

“Bukan gegara doa kau, tapi memang itu jalan terbaik dari Tuhan untuk dia. Udah gak usah merasa bersalah, jadi setelah resign kau mau kerja dimana?”

“Gue mau pulang ke kampung nyokap gue aja,” jawab Ayu.

“Yakin kau? Emang keluarga nyokap mau nerima kau?” tanya Roma.

Ayu juga merasa tak yakin dengan ucapannya karena ia adalah anak angkat. Menurut kedua orangtua angkatnya ia adalah anak orang kaya, hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakannya yang sangat mewah dan juga ia ditemukan dalam kereta bayi. Pada zaman dulu jarang sekali bayi menggunakan kereta bayi. Paling digendong saja dengan kain jarik. Ayahnya memperkirakan usianya saat itu masih 6 bulan, karena saat diletakkan di lantai ia langsung bisa tengkurap. Itu hanya perkiraan ayahnya dan sampai saat ini ia tidak tahu tanggal lahir dan usia yang sebenarnya.

Saat ayahnya ulang tahun ia pun akan ikut merayakan ulang tahun. Ia yang memberikan ide itu agar ia tetap ingat pada ayahnya dimanapun ia kelak berada. Keadaan mereka saat itu memang sangat miskin, makanya saat ulang tahun hanya 1 kue tar saja yang disediakan untuk menghemat biaya. Ia tak pernah bersedih malah bersyukur dengan sikap kedua orangtuanya yang sangat menyayanginya.

Sejak kecil ia dan kedua orangtuanya sering pindah rumah. Hal itu dikarenakan seringnya rentenir menemui mereka. Bukan karena ayahnya memiliki hutang, tapi adik bungsu ayahnya yang sering meminjam uang katanya untuk membuka usaha dan semuanya dibebankan kepada ayahnya. Baru saat berseragam putih biru mereka bisa memiliki tempat tinggal yang tetap. Adik ayahnya tidak meminjam uang lagi dan juga tidak membuka usaha melainkan menjadi TKW.

“Gue gak yakin, Rom. Apapun yang terjadi gue akan ambil resiko,” jawab Ayu.

“Sebaiknya kau berpikir ulang sebelum pergi. Keluarga bokap kau aja mengambil semua harta peninggalan bokap kau dan tak ada yang disisakan untukmu. Padahal semua aset atas namamu.”

Mengasingkan diri dari hiruk pikuk ibukota tentu saja bukan hal yang bagus. Namun, untuk apa ia bertahan di tempat ini sementara keluarga ia sudah tak punya, lebih baik pergi agar bisa menenangkan diri. Bukan maksud untuk melarikan diri hanya untuk menata hati yang terluka.

Ya,Terluka karena diabaikan oleh orang yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Namun, semuanya palsu topeng yang dipakai mereka sudah dilepas. Selama ini mereka baik pada Ayu hanya karena masih ada ayah dan ibunya. Setelah meninggal mereka merampas semua yang menjadi hak Ayu. Termasuk rumah peninggalan ayah angkatnya.

Semoga saja keluarga pihak ibu angkatnya mau menerima kehadirannya. Hanya sekali ia pernah berkunjung ke kampung halaman ibunya dan ia ingat mereka sangat baik. Semoga saja kebaikan mereka masih sama seperti saat ibunya masih hidup.

“Gue yakin dengan keputusan yang gue ambil, Rom. Ayo kita turun jam istirahat udah mau habis ini.”

Roma baru sadar jika tadi ia membawa Ayu ke rooftop masih jam kantor dan sekarang waktu istirahat sudah hampir selesai. Mereka akhirnya turun dengan terburu-buru dan Ayu langsung ke ruangan untuk mengambil kotak yang berisi barang pribadinya.

Siang ini ia ingin langsung ke kost menyusun pakaian yang akan ia bawa dan akan langsung berangkat ke kampung halaman ibu angkatnya. Ia berharap semoga keluarga di sana mau menerimanya.

Bab terkait

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 4. Salah Orang

    Sementara itu di tempat lain, seorang gadis meringkuk dengan tangan dan kaki terikat. Mulutnya ditutup dengan lakban. Gadis itu masih mengenakan pakaian pengantin. Perlahan ia membuka mata dan melihat sekeliling ruangan itu yang tampak asing baginya. Samar-samar ia mendengar seseorang sedang berbicara. “Dia baik-baik saja, Tuan.” “Dimana aku?” tanya Calantha pada dirinya sendiri. Gadis itu adalah Calantha Mariama. Seharusnya ia sekarang sudah berbulan madu bersama dengan suaminya. Melihat keadaannya yang sedang terikat, jangankan bulan madu menikah saja mungkin ia tidak jadi. Pria itu melihat ke tempat tidur. “Dia sudah siuman. Sekitar lima menit yang lalu, Tuan,” kata pria itu. Pandangannya masih tetap terarah pada Calantha. “Baik, saya akan pastikan dia baik-baik saja." "....." "Bagaimana dengan ikatannya, Tuan?" "....." "Baik, saya akan melepaskannya dan menyuruh pelayan wanita untuk membantu membersihkan tubunya." "...." "Siap, Tuan!" Pria berkepala plontos itu pun men

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 5. Lima Tahun Kemudian

    Lima tahun kemudian. "Sampai kapan lo seperti ini?" ucap asistennya pada Rendra. Asisten Rendra bernama Dito Wijaya dan juga sebagai sahabat. Mereka sudah biasa menggunakan bahasa informal baik di kantor maupun dalam keseharian. Hanya bertemu dengan kolega bisnis mereka berbicara formal. Itu dulu, sebelum semuanya terenggut. Karena selama kejadian itu hanya Dito yang selalu bertemu dengan kolega bisnis, Rendra belum mau bertemu dengan siapapun. Sudah lima tahun berlalu, tapi Rendra belum menemukan keberadaan Calantha~ kekasihnya. Ia juga sudah mencari ke berbagai tempat dan penjuru dunia bahkan sudah memasang iklan. Namun, pencariannya nihil tak ada yang dapat menemukan Calantha. Detektif yang ia sewa pun menyerah karena sampai saat ini mereka tak bisa menemukan keberadaan Calantha. "Move on dong, sudah lima tahun dan lo masih saja tetap terpuruk. Yakinlah Calantha baik-baik saja," ucap asistennya lagi berusaha membuat Rendra bangkit dari keterpurukan. Semenjak menghilangnya Cala

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 6. Gadis berkerudung merah

    Rendra menatap para pekerja yang sedang memetik kopi, sesekali tangannya menyingkirkan ranting yang menghalangi langkah kaki. Ia menghirup udara segar yang berbaur dengan wangi bunga kopi yang sedang mekar. Hatinya begitu hangat dan tenang."Pakai caping ini," ucap Dito asisten Rendra sembari memberikan caping pada Rendra.Rendra menerima caping pemberian Dito tanpa mengalihkan pandangannya. Dari ketinggian ini, ia bisa melihat bangunan perkotaan yang sebesar kotak sabun."Lo mau ngapain?" tanya Rendra sembari mengamati tangan Dito yang cekatan memetik kopi."Mau metik kopi," jawab Dito tanpa mengalihkan pandangan. Tangannya cekatan memetik buah kopi berwarna merah dan memasukkan ke dalam ember"Napa lo ikutan metik kopi?""Kenapa emang? Salah kalo gue ikutan metik?" tanya balik Dito sambil memasukkan kopi yang telah ia petik ke dalam ember penampungan."Ya, enggak. Tapi kenapa?" tanya Rendra penasaran."Kopi di sekitar sini bu

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 7. Kunjungan Ke Jakarta

    "Tumben lo cepat bangun," ujar Dito yang melihat Rendra sedang duduk di kursi pantri. "Gak bisa tidur," jawab Rendra tanpa mengalihkan padangan pada Dito yang sedang menghampirinya. "Masih mikirin Calantha?" tanya Dito seraya mengeluarkan dua buah gelas dan membuat coklat panas. Bukan. Jawaban itu hanya mampu Rendra suarakan dalam hatinya. Ia sudah tak berharap banyak lagi dengan Calantha. Ia yakin gadis itu baik-baik saja atau mungkin sudah bahagia dengan pria lain. "Minum ini." Dito menyodorkan secangkir coklat panas pada Rendra dan langsung menyesapnya. "Hari ini gue mau balik ke Jakarta. Lo gak pa-pa gue tinggal?" tanya Dito sembari menyesap coklat panas buatannya. Dito sudah terbiasa pulang pergi ke Jakarta, sesekali dia juga menginap. Namun, tidak pernah menginap sampai 3 malam. Ia percaya dengan Aryo, manajer di perkebunan ini yang mampu mengurus semua pekerjaan dengan baik. Jika bosnya Rendra berada di sini, tak perlu lagi ia lebih sering berkunjung ke desa ini. Ia yak

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 8. Berpelukan

    Mentari telah muncul dari peraduan, setiap insan manusia kini siap memulai aktivitas. Begitu juga dengan seorang gadis berambut panjang diikat gaya ekor kuda. Sebuah apron telah melekat di tubuhnya, bersiap untuk membuka warung makannya.Berbagai makanan telah ia susun rapi di steling makanan, kemudian ia beranjak untuk melap semua meja dan merapikan kursi, menyusun kotak-kotak tisu di atas meja. Ia memindai semua sudut warung makannya, setelah merasa semua rapi ia pun beranjak ke arah stelling untuk bersiap menyambut para pelanggannya.Hari ini sang asisten tidak bisa menemaninya karena sedang sakit. Ia sendiri yang harus bekerja melayani para pelanggan."Satu piring nasi uduk, Mbak Ayu sekalian dengan teh hangatnya.""Baik, Mas," ucap Ayu sopan.Ia pun mempersiapkan pesanan dengat cekatan dan mengantarnya ke meja yang ditempati pelanggan tersebut."Silahkan dimakan, Mas," ucapnya setelah meletakkan sepiring nasi uduk dan teh hangat di atas meja."Terima kasih, Mbak Ayu. Sediri aja n

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 9. Adam Linardy

    "Ternyata hidupmu baik-baik saja sampai saat ini."Wanita itu mengepulkan asap dan menjetikkan abu rokok ke asbak. Ia mengamati lawan bicaranya yang masih tak bergeming kala diajak berbicara. Kemudian ia meneguk minuman dari beer mug, kembali ia mengisap rokok dan mengepulkan asap membentuk bulatan-bulatan."Apa selama ini dia tak pernah mencarimu?" tanya wanita berambut pendek itu lagi. Ia menatap wajah lawan bicaranya dengat lamat-lamat."Dia tak akan pernah mencariku," jawabnya sembari meneguk bir. Ia memanggil bartender untuk menambah bir ke gelasnya yang isinya telah habis ia teguk."Wahhh, kau benar-benar hebat." Wanita berambut pendek itu bertepuk tangan. "Setelah kau melarikan diri dan membawa kabur uangnya. Kau sangat terlihat santai saat ini," lanjutnya lagi. Ia juga memberi kode kepada bartender agar menambahkan bir ke gelasnya."Kau juga menikmati hasilnya!"***"Kemana saja kau selama ini?"Ayu baru saja dari dapur membawa dua gelas kopi dan meletakkan di meja. Mengambil

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 10.

    Setelah Adam pamit, Ayu segera mambasuh wajah dan gosok gigi. Setelahnya masuk kamar, tetapi sebelum merebahkan diri di kasur yang menemani selama lima tahun ini. Ia melakukan ritual malam terlebih dahulu. Mengaplikasikan krim malam ke seluruh wajah.Awal ia tinggal di desa ini merasa kedinginan karena suhu udara pada malam hari hampir mencapai 20° Celcius. Bahkan setiap malam ia harus menyalakan perapian agar ruangan tetap hangat. Namun, seiring berjalannya waktu ia mulai terbiasa dengan suhu udara di desa ini dan bahkan ia hanya menggunakan sweater rajut dan selimut. Tidak seperti di awal ia tinggal, memakai kaos kaki, sarung tangan, topi kupluk, jaket tebal, dan selimut tidak cukup satu. Ia memakai sampai tiga selimut sekaligus.Mungkin satu-satunya rumah yang menggunakan penghangat ruangan hanya villa pemilik perkebunan. Kepala desa di tempat ini saja, masih sama dengan penduduk lainnya. Hanya menggunakan jaket dan selimut seadanya ketika tidur.Ayu menatap lamat-lamat langit kama

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 11. Rencana Membeli Ruko

    Setelah Ayu menutup warung ia bergegas pulang. Rencananya ia akan bertemu pemilik ruko di ibukota. Ruko yang ditawarkan lumayan murah karena pemilik sangat butuh uang saat ini juga. Mudah-mudahan pemilik ruko tidak berubah pikiran. Lokasi ruko sangat dekat dengan gedung perkantoran dan cocok untuk membuka cafe.Secepat kilat Ayu mandi dan berpakaian, ia tidak boleh terlambat bertemu dengan pemilik ruko. Ditakutkan akan ada yang terlebih dahulu untuk membeli. Siapa cepat dia dapat. Ia akan bertemu sekitar jam 1 siang, selepas makan siang. Jika tidak terjadi kemacetan dipastikan Ayu akan sampai setengah jam lebih awal dari waktu yang dijanjikan.Ayu menunggu di salah satu warung depan ruko, mereka janji bertemu di tempat itu. Sambil menunggu ia memesan es teh manis dingin dan membuka ponselnya. Berselancar di dunia maya guna mengusir kebosanan. Selama ini dia jarang membuka media sosialnya dan ternyata teman-teman SMA nya dulu sudah banyak yang menikah."Sudah lama menunggu Bu Ayu?"Sap

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 25. Menerima Lamaran (End)

    "Ayo, masuk!" ajak Ayu begitu mereka sudah keluar dari mobil.Namun, langkah Rendra terhenti kala melihat sesuatu yang panjang tepat berada dekat pintu masuk rumah. Pria itu ragu melangkah dengan kaki gemetar dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin."Kenapa?" Ayu membalik badan dan melihat Rendra yang mematung dan mengikuti tatapan mata pria itu yang tertuju pada sebuah benda di dekat pintu. Kemudian Ayu mendekat dan mengambil benda itu."ini hanya tali," ucap Ayu sambil menunjukkan tali tepat di wajah Rendra. "Kenapa kamu melihatnya seperti ular?" lanjutnya lagi.Sontak pria itu mundur dan memegangi dada. Napasnya memburu, keringat sebesar jagung sudah membasahi wajah tampannya. Ingatan tentang 21 tahun silam berkelabat di benaknya dan pria itu jatuh tersungkur dengan wajah menghadap tanah. Masih memegangi dadanya. Melihat hal itu dengan langkah terburu Ayu mendekati Rendra."Jauhkan tali itu," ucap Rendra dengan napas tersenggal.Tanpa pikir panjang Ayu langsung membuang tali

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 24. Lamaran Mendadak

    "Kamu pesan makanan dulu! Aku mau ke toilet," ucap Rendra begitu mereka sampai di sebuah Resort.Resort yang mereka kunjungi memiliki sebuah restoran yang dibuka untuk umum. Resort ini juga sangat unik karena ada area makan di tengah kolam.Sebelumnya Rendra sudah memesan tempat untuk mereka. Melalui koneksi yang ia punya, akhirnya ia bisa memesan tempat di area kolam. Karena tempat itu biasanya sangat diminati, jadi sebelum berkunjung harus memesan terlebih dahulu sehari sebelumnya. Atau bisa juga menunggu giliran. Namun, sangat kecil kemungkinan mengingat banyaknya pengunjung ke tempat itu."Sudah pesan?" tanya Rendra begitu tiba dan mendudukkan bokong di kursi sebelah Ayu."Sudah," jawab Ayu dengan lirih hampir tak terdengar. Namun, dari tempat Rendra duduk, pria itu masih bisa mendengar suara Ayu walau samar."Apa yang kamu pesan?" Kenapa banyak tanya sekali? Apa gak sabar menunggu pramusaji saja yang menyajikan. Saat di mobil saja diam, tak ada percakapan diantara mereka. Kenapa

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 23. Rencana Liburan.

    "Sambalnya enak, mah.""Uhuk."Sontak semua mata tertuju pada Ayu yang tiba-tiba saja terbatuk."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rendra menyodorkan segelas air putih pada Ayu. Dengan sigap Ayu meraih gelas pemberian Rendra dan menegak habis cairan berwarna bening itu.Setelah meletakkan gelas Ayu pun berucap, "tidak apa-apa."Namun, wajahnya sudah memanas bak kepiting rebus. Ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya, satu-satunya cara adalah dengan menundukkan kepala dan berpura-pura memotong daging, padahal potongan sudah pas untuk masuk ke mulut."Ayu yang membuat sambalnya, Pak," ucap Roma seakan tak peduli dengan keadaan sahabatnya."Enak sekali," puji Bayu dan Nia hampir bersamaan.Tidak dapat diragukan sambal racikan Ayu memang pas di lidah. Rasa pedas yang membuat lidah seakan terbakar dan menggoyangkan lidah tergantikan dengan adanya rasa manis dari sambal.Rendra yang memperhatikan Ayu yang semakin menunduk malu akhirnya menyodorkan ikan bakar, yang tentunya telah ia sisihkan tulangny

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 22. Outdoor Party 2

    "Kenapa lo bisa kesini?"Roma bergeming tak menjawab pertanyaan Ayu. "Kau lihat Pak Rendra itu dari tadi asik kau saja yang dilihat.""Jangan lo alihkan pertanyaan gue!" ketus Ayu sambil menepuk kepala Roma dengan serai."Sakit!" Roma meringis kala menerima pukulan di kepala dan membuat ia harus memijitnya."Lo pacaran ama Pak Dito?"Pertanyaan telak membuat Roma membelalakan mata. Sepandai pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sepandai pandainya menyimpan hubungan pasti akan ketahuan."Sejak kapan? Kenapa gak cerita?" cecar Ayu sembari mengangkat dagu.Dengan malu-malu Roma akhirnya menjawab,"sudah lama." Roma pun melirik pria yang sedang mereka bicarakan."Trus?""Terus apa?""Kenapa lo gak cerita?""Kau gak ada nanya," elak Roma.Hubungan Roma dan Dito sudah berlangsung lama, terbilang sejak Ayu masih bekerja di kantor yang sama dengan Ayu. Mereka merahasiakan hubungan itu karena tidak ingin diketahui oleh teman sekantor. Lagi, di perusahaan mereka bekerja tidak boleh ber

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 21. Outdoor Party

    Ayu berlari begitu melihat Roma turun dari mobil. Tak menyangka sahabatnya yang berasal dari Tapanuli itu datang ke desa X. Mereka berpelukan sebagai tanda melepas rindu setelah Ayu mencium pipi kiri dan kanan Roma secara bergantian."Ayo kita ke sana."Ayu mengajak Roma ke arah meja yang berada di halaman villa. Mobil yang ditumpangi Roma, terparkir di halaman belakang hanya untuk menurunkan barang-barang yang dibawa dari kota. Bahan makanan yang khusus dibeli oleh keluarga Narendra. Sebagian bahan makanan akan mereka pakai untuk acara outdoor party malam ini.Seperti yang telah dijanjikan oleh Deasy, ibu dua anak itu mengajak Ayu untuk datang ke villa mereka. Sebelumnya, Deasy juga sudah ke warung Ayu. Meski warung Ayu tampak kumuh dari luar, Deasy tetap melangkah masuk ke warung tanpa merasa jijik sedikit pun. Karena di dalam warung tampak bersih, rapi dan kinclong berbeda dengan penampakan dari luar. Deasy memesan nasi uduk buatan Ayu, satu suapan masuk ke mulut dan berlanjut ke s

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 20. Kakak dan Adik

    "Apa Kakak perlu bantuan?""Tidak," jawab Rendra dengan cepat.Bantuan yang dimaksud Nia adalah untuk mendekati Ayu. Ia tahu sang kakak sangat kaku dan tak tahu bagaimana cara untuk bersikap romantis. Entah bagaimana Rendra bisa berpacaran dengan Calantha dan menikah meski gagal."Kakak yakin tidak perlu bantuanku?" tanya Nia sekali lagi.Rendra mendengus kasar, memandang keponakan dan adik iparnya yang sedang bermain di halaman belakang villa. Sedangkan mereka duduk bersebelahan di sebuah ayunan sembari minum teh hangat.Rendra mengambil pisang goreng buatan bik Minah, pengurus villa yang sudah bekerja sejak Rendra masih kecil. Memasukkan ke mulut dan menggigit sedikit, rasa manis terasa di lidah dari pisang yang telah digoreng bercampur dengan tepung.Bik Minah memilih bekerja di villa karena umurnya sudah tidak muda lagi, tenaganya juga sudah mulai berkurang. Jika di villa tidak terlalu banyak yang dikerjakan karena villa jarang ditempati. Karena keluarga Narendra semua sedang ada

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 19. Obrolan Keluarga

    "Kau sudah bangun, Nak?"Rendra menghampiri Deasy yang sedang menata makanan di atas meja dibantu oleh asisten rumah tangga yang dikhususkan untuk menjaga dan mengurus villa mereka."Ya, Ma," jawab Rendra sembari menarik kursi dan mendaratkan bokongnya.Niat hati ingin sarapan di warung Ayu ia batalkan, lebih memilih sarapan di rumah. Karena tak ingin membuat sang mama sakit hati yang telah susah payah membuat sarapan untuk mereka. Rendra menerima piring berisi nasi goreng yang di atasnya ada telur mata sapi dari Deasy. Kemudian mencicipi nasi goreng buatan ibunya. "Enak," gumannya dan menyisihkan telur mata sapi tanpa berniat menyentuhnya.Masakan sang ibunda selalu menjadi nomor satu buat Rendra maupun adiknya. Meski memiliki asisten rumah tangga, Deasy selalu menyempatkan diri untuk memasak bagi keluarganya. Sebagai tanda bakti seorang istri untuk suami dan anak-anaknya."Sorry, boy. Ibu lupa kamu tak suka telur mata sapi. Mari untuk Ibu saja."Deasy langsung menyambar telur yang

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 18. Ciuman

    Bab 18 Sejauh mata memandang hanya rumput ilalang yang terlihat dengan bantuan pencahayaan sinar rembulan di langit malam. Hembusan angin malam membuat rumput ilalang bergoyang seolah ada sesuatu diantara rumput yang bergerak seirama. Ayu menggosok kedua telapak tangan berharap hawa panas menjalar ke seluruh tubuh. Kemudian ia menyilangkan tangan di depan dada menghalau hawa dingin yang menusuk tulang. Hembusan angin malam langsung menerpa kulitnya, gaun yang ia kenakan tidak bisa menghalau dinginnya malam. Tanpa ia sadari sepasang tangan mendekap tubuhnya untuk menyampirkan jas mahal di pundak. Tanpa menoleh ia tahu siapa yang telah menyampirkan jas padanya. Aroma parfum mahal menyeruak ke indra penciuman begitu khas dan membuat dirinya sesaat terlena. Tubuhnya yang dingin seketika menghangat. "Kau sering kesini?" tanyanya pada pria yang telah berdiri di sampingnya, kedua tangan masuk ke saku celana bahan yang dikenakan. Ayu dan sepupunya sering ke sini, tapi di siang hari, bukan

  • Menjadi Istri Mantan Bos   Bab 17. Keluarga yang Ramah

    Ayu disambut hangat oleh keluarga Narendra, ternyata mereka sekeluarga sedang berada di desa X. Ini bukan akhir pekan, tapi kenapa mereka ada di sini? Kok nanya seperti itu? Tanah di desa ini hampir ½ adalah milik PT. Mandiri Sejahtera, jadi wajar mereka bisa ada di sini.Ayu duduk bersebelahan dengan Rendra di hadapan mereka pasangan suami istri Oceania dan Otto. Sedangkan di ujung meja ada Bayu, sebelah kanan istrinya - Deasy, di kiri anak Oceania - Ober. Anak Oceania yang paling kecil sedang di kamarnya, mungkin sudah terlelap.Sepanjang makan malam, Ober banyak berceloteh meski bahasa yang digunakan bercampur. Keluarga ini ternyata berbeda dengan keluarga lainnya. Ayu pernah menonton serial drama korea, dimana pada saat makan bersama, tidak ada yang boleh berbicara selama makan. Hanya dentingan garpu dan sendok beradu yang terdengar."Kamu sudah selesai?"Deasy melihat Ayu sudah membalik sendok dan membuat posisi sendok dan garpu menyilang. Pertanda Ayu telah selesai makan."Apa k

DMCA.com Protection Status