Share

Part 3 - Hari Pernikahan

Author: Zia Cherry
last update Last Updated: 2024-01-09 09:29:36

Gawat! Bagaimana kalau pernikahannya dibatalkan?!

Bu Helga menghela napas dan berkata, “Membeli, bukan menyewa, Nona Minna. Gaun ini tidak boleh digunakan orang lain setelah Nona.”

Kedua mataku terbelalak lebar. “Su--sungguh?” tanyaku tak percaya.           

Senyum Bu Helga sedikit terukir. “Ya, Nona, Nona bisa memilikinya kalau Nona suka.”

Air mataku benar-benar merebak tanpa diminta. Aku menatap wanita itu dengan pandangan tak percaya. “Ya! Ya! Saya suka!”

“MINNA!” teriak Ibu dan Kak Jasmine penuh amarah. Sepertinya mereka lupa tentang drama ‘keluarga bahagia’ kami.

Namun, aku tidak peduli. Satu poin untuk kemenanganku!

Aku yakin sekali saat ini Kak Jasmine sedang mati-matian menahan diri untuk tidak merebut gaun dan sepatu cantikku. Ia hanya bisa gigit jari, bahkan setelah kepala pelayan mengantarkan kami kembali ke rumah.

Sejak dulu, Kak Jasmine memang selalu ingin merebut apa pun yang kumiliki.

Dulu, saat aku masih menganggapnya sebagai kakak yang baik, aku membiarkan Kak Jasmine menggunakan semua milikku yang disukainya. Kupikir, ia akan mengembalikannya saat merasa bosan.

Namun, ternyata itu tidak pernah terjadi. Bagi Kak Jasmine, barang yang disentuhnya akan menjadi miliknya.

Lalu saat Ayah meninggal, semua milikku berubah menjadi milik Kak Jasmine, tanpa terkecuali.

Tok. Tok.

Aku sedang berada di kamarku dan tengah menatap gaun cantik itu ketika sebuah ketukan di pintu terdengar samar, sebelum akhirnya wajah sendu Lilly muncul dari balik pintu.

“Kak, boleh aku masuk?”

Harus kuakui, jika harus menggambarkan sosok malaikat yang cantik dan polos, maka dengan senang hati aku akan menggunakan Lilly sebagai perumpamaannya.

Tidak seperti Ibu dan Kak Jasmine, Lilly memang memiliki kecantikan alami yang luar biasa. Wajahnya mungil, matanya indah, bibirnya berwarna merah muda, dan ia memiliki kulit selembut sutera.

Di antara keluarga tiriku, Lilly adalah satu-satunya orang yang tidak pernah menyakitiku secara langsung seperti Kak Jasmine atau Ibu. Namun tetap saja, aku tidak bisa membuka diriku sepenuhnya di hadapan Lilly.

Aku tidak mau ia disiksa Ibu dan Kak Jasmine karena bermain bersamaku.

Setelah menarik napas cukup panjang, aku menjawab, “Ya.”

Tanpa diminta, ia duduk di atas ranjang, di sampingku. Karena memang tidak ada tempat duduk lain di kamar itu.

Kamar indahku sudah ditempati Kak Jasmine sejak ayah meninggal. Lalu mereka menempatkanku di loteng atas yang sebelumnya berfungsi sebagai gudang.

Meski cukup luas, kamar itu hanya berisi satu lemari dengan pintu yang rusak, sebuah ranjang reyot, dan satu meja yang hampir ambruk. Lampu yang terpasang juga hanya sebuah lampu bohlam berwarna kuning redup.

Saat musim panas, ruangan itu akan berubah menjadi oven yang bisa memanggangku hidup-hidup. Dan saat musim hujan, ruangan itu seperti kulkas 4 pintu yang membekukanku hingga ke tulang.

“Gaun yang cantik,” puji Lilly sambil menatap gaun yang tergantung.

Rasanya sedikit aneh melihat benda secantik itu di tengah ruangan yang buruk.

Sejujurnya, andai Lilly yang mengenakan gaun itu, mungkin akan lebih sesuai. Ia pasti akan menjelma menjadi bidadari yang luar biasa cantik.

“Apa Kakak benar-benar mau menikah?”

Aku melirik sosok cantiknya. Apa ia lupa kalau ini adalah titah dari ibunya?”

“Ya.” Aku mengangguk.

Gadis di sampingku mulai menundukkan kepala, lalu menangis perlahan. “Apa Kakak nggak bisa menolak aja?”

Memangnya aku punya pilihan? Aku harus bersyukur mereka menjualku secara utuh, bukan mengambil satu per satu organ tubuhku dan menjualnya di pasar gelap.

Lagi pula, ini bisa jadi jalan keluar terbaik untukku agar aku bisa lolos dari lubang tikus ini.

“Aku … hiks … nggak mau Kakak pergi dari rumah ini…”

Malam itu, aku hanya terdiam mendengarkan tangisannya selama beberapa waktu. Rasanya asing melihat seseorang menangis untukku. Jadi aku hanya membiarkannya seperti itu, tidak menghibur, atau memintanya pergi.

***

Tidak kusangka akhirnya aku akan menikah!

Hanya berselang dua minggu, dan sekarang aku benar-benar akan menikah!

Semuanya sempurna. Dalam waktu sesingkat itu, seluruh persiapan pernikahanku selesai tanpa celah. Memang keluarga Ravimore memiliki skala yang luar biasa.

Aku menatap sosok cantik di cermin. Rasanya seperti melihat orang lain. Aku tidak menyangka jika aku bisa berubah menjadi sosok yang sangat cantik. Semuanya sempurna. Gaun, sepatu, riasan di wajahku, bahkan perhiasan yang menghiasi tubuhku berkilau sempurna.

Tidak perlu diragukan lagi bagaimana irinya Kak Jasmine saat melihatku dengan seluruh kemewahan itu.

“Nona Minna … huhuhuhu.” Ralla tak berhenti menangis sejak kemarin. Wajahnya sudah sembab seperti bakpao yang terendam air. “Nona sangat cantik…”

“Iya, kan?” senyumku riang. “Uang memang nggak pernah menipu, Ralla.” Aku akui.

Rasanya seperti menjadi seorang putri dari negeri dongeng! Mungkin inilah perasaan Cinderella ketika akhirnya bisa menikah dengan pangeran.

Yang menjadi masalah adalah, aku belum pernah sama sekali bertemu dengan calon suamiku. Sepertinya ia lebih sibuk daripada presiden.

Namun, itu sama sekali bukan masalah untukku. Justru hal itu sangat menguntungkan. Jadi aku bisa menikmati 2 minggu kebebasanku yang berharga sebelum masuk ke jurang yang lain.

Tamu yang hadir juga tidak ada satupun yang kukenal. Semua tamu itu pilihan keluarga Ravimore dan tamu Ibu. Satu-satunya orang yang terus berada di sisiku adalah Ralla.

Dari rumor yang kudengar, calon suamiku itu adalah pria gila kerja yang sangat sibuk. Mungkin dia satu-satunya orang yang berharap bahwa harusnya ada lebih dari 24 jam sehari.

Kisah pernikahannya dengan istri-istrinya terdahulu juga tertutup rapat. Yang dapat kutemukan di kolom berita hanyalah fakta bahwa istri pertama, kedua, dan keempatnya bercerai.

Sementara istri ketiganya meninggal, entah karena apa. Beberapa orang mengatakan itu bunuh diri, tapi ada juga yang berasumsi jika itu adalah pembunuhan terselubung. Aku, adalah istri kelima pria itu.

Alasan-alasan perceraian mereka tak pernah dijelaskan oleh siapapun, tapi orang-orang meyakini ini semua pasti karena kekejamannya.

Ini membuatku sedikit sulit.

Padahal aku membutuhkan banyak informasi untuk menjadi istri yang seperti apa agar bisa terlepas dari kekejamannya.

“Kalau Nona mau kabur, atau membutuhkan orang untuk mencari racun, Nona bisa mengandalkan sa—hhmp.”

“Ssst! Berhenti bicara yang aneh-aneh, Ralla!” desisku sembari menutup mulutnya dengan tanganku. “Atau kepala kita benar-benar akan melayang nanti!” 

Kalau ia bicara seperti itu di depan orang-orang Ravimore, yang ada kami akan berakhir di kuburan, bukan di pelaminan!

“Tapi Nona … Nona harus bertahan. Nona harus hidup dengan baik… huhuhuhuhu.”

Kupikir aku tidak akan menangis di hari pernikahanku, tapi ternyata saat mendengar isakan Ralla, hatiku ikut terpilin sedih.

Dan sejujurnya, aku juga merasa takut. Meski kau tau bahwa api yang panas itu menyeramkan karena bisa merasakannya, tapi lautan yang dalam juga sangat menyeramkan, karena kau tidak mengetahui apapun tentangnya.  

“Andai aja orang tua Nona masih ada, mungkin hal ini nggak akan pernah terjadi…”

Aku terdiam, tidak mampu mengikuti kata-katanya lagi. Karena aku sudah lelah membuat perandaian yang sama. 

Karenanya, aku tidak menanggapi, dan bersiap untuk bertemu dengan calon suamiku di depan altar.

***

Di altar, akhirnya aku bisa menemukan orang yang akan menjadi suamiku. Ia membelakangi semua tamu. 

Bahkan meski MC sudah mengumumkan kedatangan pengantin wanita, dia tidak berbalik sama sekali.  

Jadi aku hanya bisa menatap tubuh tinggi dan punggung bidangnya dari belakang.

Saat sampai di sampingnya, tubuhku terlalu gugup. Jangankan untuk melihat wajahnya, untuk bernapas saja rasanya sudah berat. 

Apakah aku akan baik-baik saja? Mungkin Ralla benar, pernikahan ini harusnya tidak pernah terjadi.  

Acara pernikahan itu berjalan seperti siput. Rasanya lama sekali. Padahal aku sudah hampir pingsan karena tegang.

“Sekarang silakan memakaikan cinc—”

Belum selesai pria di hadapan kami berbicara, pria di sampingku sudah menyambar cincin yang disediakan di atas baki beralaskan kain sutera di depan kami. 

Namun, anehnya, ia bukan mengambil cincin untuk mempelai wanita.

Apa dia salah mengambil cincin? 

Sepasang mataku membelalak saat melihat ia memasangkan cincinnya ke jari manisnya sendiri. Mulutku sedikit terbuka, lupa bahwa aku sedang dilihat banyak orang.

Astaga, gila! Yang benar saja! Dia pasti bercanda kan?! 

Ralla benar. Aku pasti sudah gila karena menerima pernikahan ini. Pria ini, adalah monster tidak berperasaan! Apa dia enggan menyentuhku meski untuk sekadar memasangkan cincin!?

Untuk beberapa saat aku hanya bisa melongo tak percaya, sampai penghulu di hadapan kami berdeham berkali-kali untuk mengembalikan kesadaranku ke dunia nyata yang menyeramkan.

Akhirnya, mau tidak mau, aku memakaikan cincin ke jari manisku sendiri seperti orang bodoh. Di otakku, aku bisa membayangkan Kak Jasmine mencemooh di belakang punggungku yang sangat puas melihat adegan itu.

“Silakan kedua pengantin menci–”

Tiba-tiba pria yang baru saja menikahiku itu melenggang pergi sambil membuka jasnya.

“Siapkan mobil. Kita harus rapat setelah ini.” Pria itu berucap pada salah satu dari sekian banyak orang yang juga langsung mengikutinya.

Sementara aku, kembali mematung melihat tingkah pria itu.

Bisa-bisanya dia meninggalkan acara dan seluruh tamunya saat semuanya belum selesai! 

Meninggalkan aku, pengantinnya, yang masih berada di atas altar sendirian!

Gila. Pernikahan macam apa yang akan kujalani ini?

***

Related chapters

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 4 - Malam Pertama

    Laki-laki itu benar-benar br*ngsek! Aku yakin, kalau ada kejuaraan pria paling br*ngsek di dunia, ia pasti mendapat juara utama! Bisa-bisanya ia pergi setelah memasang cincin pada jari manisnya sendiri, meninggalkanku di hadapan para tamu yang siap memangsa! Setelah kejadian yang mengejutkan di pelaminan tadi, di tengah kekacauan yang ditinggalkan pria itu, semuanya terasa sangat ramai. Bisikkan-bisikkan sinis mulai terdengar. Tawa-tawa mencemooh, tatapan-tatapan menjatuhkan, dengusan-dengusan menjijikan, semuanya membaur menjadi satu bersama udara di dalam ballroom. Kalau gadis normal, pasti akan menangis dan meminta pembatalan pernikahan saat itu juga. Tapi tentu saja aku berbeda. Apa peduliku dengan apa yang pria itu lakukan? Justru, dengan santai aku tersenyum di depan fotografer, mengikuti arahan pose darinya. Hari ini aku sangat cantik dengan gaun pengantinku yang luar biasa menakjubkan. Untuk apa aku memikirkan ia yang pergi. Aku justru harus mengabadikan keindahan yang m

    Last Updated : 2024-01-09
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 5 - Pohon Apel

    “Kak Marian, aku punya ide. Apa sebaiknya kita tukar saja pengantin untuk Kak Killian? Kak Killian juga pasti berharap mempunyai pengantin secantik anak itu.” Di belakang telingaku, Kak Jasmine terkekeh sinis. “Apa kubilang, kamu memang sampah, Minna. Kamu sama sekali nggak cocok dengan pakaian semewah ini.” Aku bersidekap, lalu balas menatap matanya. “Terus apa masalahnya? Kalau aku nggak cocok, memangnya Kakak cocok?” “Apa? Dasar sampah!” Wajah Kak Jasmine memerah marah. Aku yakin, jika bukan karena dehaman Windi, Kak Jasmine pasti langsung melayangkan tamparan kepadaku. “Lilly, Minna, Jasmine, cepat masuk!” desak Ibu, menghentikan perseteruanku dengan Kak Jasmine. “Awas saja kamu!” desis Kak Jasmine penuh dendam saat aku melenggang anggun ke ruang makan. Sebenarnya, bukan sikap Kak Jasmine yang kukhawatirkan. Namun, ekspresi aneh Lilly yang membuatku sangat tidak nyaman. *** Sudah seminggu aku tinggal di mansion itu, tapi aku masih belum bisa melupakan sikap aneh Lilly.

    Last Updated : 2024-01-09
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 6 - Jejak Luka

    Sinting! Orang gila mana yang seenaknya memecat orang seperti itu?! Dasar pria tidak berperasaan! Itu kan bukan salah mereka! Sialan! Gara-gara masalah ini, aku terpaksa menemui pria itu secara langsung. Aku kan tidak mungkin diam saja ketika ada orang yang dipecat karena kelakuanku! Tapi… ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Sudah hampir 20 menit aku berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Jangankan untuk menemuinya, mengetuk pintunya saja aku tidak bernyali. Apa sebaiknya aku biakan saja mereka dipecat? Gila! Itu tidak mungkin! “Nona Minna?” “Pak Sekretaris!” pekikku kaget. Ia muncul seperti hantu. Bahkan langkah kakinya saja tidak terdengar. Wajah tampan pria muda itu tersenyum ramah. “Nona mau menemui Pak Killian?” tanyanya sambil memiringkan kepala. Sejujurnya, aku sama sekali tidak ingin menemui pria itu. Namun, kalau aku tidak bergerak, seluruh tukang kebun dan Windi mungkin akan benar-benar dipecat. “Nona?” Aku melirik ngeri pria yang berdiri di belakang sekretar

    Last Updated : 2024-01-09
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 0 - Hal Yang Aneh

    Killian Ravimore Aku tidak peduli siapa gadis yang mereka bawa kali ini. Semuanya sama. Tidak berguna. Palsu. Menjijikan. Namun, biarlah mereka malkukan apa yang mereka mau. Asal itu bisa mengunci moncong mereka, seperti biasa. Namun, ada yang aneh dengan gadis itu. Ia tidak pernah muncul di hadapanku. Seperti ayam kecil yang khawatir dimangsa, kaki pendeknya akan berlari saat mendengar langkahku. Pintu kamarnya akan tertutup rapat saat mobilku melewati gerbang. Ia akan menghentikan kunyahannya ketika aku membuka pintu ruang makan, gadis bodoh itu bahkan sampai berpura-pura pingsan di hadapanku. Dan kemarin, seperti ayam yang ketakutan, ia jatuh di kantorku. Ia aneh dan sangat bodoh. Padahal gadis-gadis idiot sebelumnya akan menempel seperti lintah. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Meski itu artinya melemparkan diri mereka sebagai umpan anj*ng. Namun gadis itu mati-matian menghindariku seperti penyakit. “Pak Killian, ini informasi

    Last Updated : 2024-01-25
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 7 - Wanita Bergaun Merah

    “Bagaimana pienya, Nona?”Aku memasukkan sesendok penuh pie apel ke dalam mulut. Rasa renyah menyatu dengan selai apel yang lembut. Rasa asam dan manisnya membaur sempurna di mulutku.Menakjubkan!“Ini super lezat, Gerad!” pujiku sungguh-sungguh. Aku tidak melebih-lebihkan. Ini memang pie terlezat yang pernah kucicipi.Wajah tua pria itu bersinar cerah seperti lampu taman di malam hari.Ia terlihat sangat terharu atas pujian yang kuberikan. Padahal, itu sama sekali tidak perlu. Seluruh makanan yang dibuat Gerad selalu memiliki rasa yang menakjubkan!“Ini juga lezat!”Aku menggigit cookie almond yang masih terasa hangat. Rasa cokelatnya yang sedikit pahit, manis dari susu, dan almond yang gurih menari bersama di mulutku.“Astaga, Gerad, ini makanan-makanan surga!” pujiku sungguh-sungguh.Sejujurnya, saat pertama kali melihat Gerad, aku hampir saja pingsan ketak

    Last Updated : 2024-01-25
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 8 - Tempat Untuk Kembali

    "ASTAGA, HUGO! APA YANG KAMU LAKUKAN?!”Helga datang berlari di belakang tubuh Dokter Fabian.Lalu pintu ruangan itu ditutup, dikunci rapat. Seluruh tirai diturunkan, saat pistol Hugo masih menempel di kepalaku.Kalau aku mati hari ini, mustahil aroma darahnya akan tercium keluar.“HUGO! APA KAMU SUDAH GILA?!” Helga berlari ke arahku, setelah memastikan Dokter Fabian menangani pria itu.Namun, Hugo tetap tak bergeming.“Saya hanya melakukan tugas saya, Helga.”“Tapi dia Nona Minna!”“Aturan ini berlaku untuk semua orang.”Kepalaku dipenuhi suara-suara bising yang aneh.Meski ujung pistol itu masih berada di belakang kepalaku, tapi aku sama sekali tidak merasa takut.Meski hanya dalam sebuah gerakan singkat, Hugo bisa melubangi kepalaku, tapi bukan itu yang membuat jiwaku terhenyak.Pemandangan bagaimana Dokter Fabian melakukan seluruh upayanya unt

    Last Updated : 2024-01-30
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 9 - Surga yang Terkutuk

    Menurut Helga, ini adalah sebuah kutukan. Hanya ada dua pilihan untuk orang-orang yang mengetahui rahasia pria itu. Mati di tangan orang-orangnya, atau terpenjara di dalam mansion, selamanya. Dan aku memilih yang kedua. Tentu saja, aku harus membayar konsekuensi atas pilihan yang kuambil. Seorang pria bernama Arlo ditempatkan sebagai pengawalku sekarang. Mereka beralasan itu untuk menjagaku. Padahal aku tau, keberadaannya adalah untuk mengawasiku setiap detik. Mereka juga berusaha membatasi komunikasiku. Meski itu hal yang sia-sia. Karena aku bahkan tidak memiliki ponsel sama sekali. Satu-satunya kemewahan listrik yang bisa kunikmati di rumah hanyalah lampu bohlam samar. Mana mungkin Ibu dan Kak Jasmine membiarkanku memiliki benda mewah seperti ponsel. Jadi, ketika Helga membawakan sebuah ponsel keluaran terbaru, aku tidak yakin apakah harus merasa senang atau tidak. Aku tidak memiliki siapa pun untuk saling bertukar pe

    Last Updated : 2024-01-31
  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   BAB 10 - Surga Untukmu

    “Tidak, Nona, saya tidak mau.” Aku tidak menyangka, satu jawaban dari Ralla bisa mematahkan hatiku dengan begitu parah. Kedua mataku mulai kabur oleh air mata. “Ke… kenapa?” tanyaku, terbata oleh sesak yang hampir mengoyak seluruh pertahananku. Senyum lemah terukir di wajah letih Ralla. “Saya baik-baik saja di rumah Ibu Nona. Nona tidak perlu membawa saya.” “Baik-baik saja?” tanyaku perih. Lalu apa artinya semua luka di tubuhnya? “Ya, Nona, saya baik-baik saja. Jadi tolong jangan pernah mengatakan akan membawa saya keluar dari rumah Ibu Nona,” ujar Ralla seraya memalingkan wajah. Menyadari pembicaraanku dengan Ralla yang tampak tidak begitu baik, Windi berjalan mendekat. “Nona bahkan sudah memiliki teman yang baru.” Ralla tersenyum lembut saat melihat Windi berdiri di sampingku. “Saya Windi, pelayan Nona Minna di mansion Ravimore, dan ini adalah Arlo, pengawal pribadi Nona Minna.” Senyum Ralla terukir semakin dalam. “Syukurlah….” Bisikkannya terdengar begitu tulus. “Saya ben

    Last Updated : 2024-02-07

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 0 - The Eternal Lies (END SEASON 1)

    1 bulan sebelumnya.“Stockholm syndrome.”Kata-kata Laura kembali terngiang.“Apa?”“Itu adalah gangguan psikologis pada korban penculikan. Di mana korban justru mengembangkan perasaan simpati, bahkan kasih sayang terhadap pelakunya.”“Saya tau! Tapi itu tidak mungkin! Mana mungkin ada orang yang memiliki perasaan seperti itu kepada orang yang sudah menyakitinya?” Joachim, dengan seluruh upayanya menyangkal keras.Aku sedikit khawatir menempatkan mereka di satu ruang yang sama. Namun, wanita itu menepati janjinya. Ia mengabaikan Joachim seakan obsesinya tidak pernah ada sama sekali. “Kamu pikir apa alasan gadis berusia 22 tahun tetap berada di tempat yang menyakitkan seperti itu?!”“Karena dia dikurung!”“Jangan membuatku tertawa, Joachim. Dia tidak dipasung. Dia bebas. Dia memiliki akses luas. Terlepas dari seluruh perlakuan keluarga tirinya, dia dibiarkan bebas di dalam rumah. Dia bukan lagi gadis kecil berusia 6 tahun! Dia gadis dewasa berusia 22 tahun. Dia bisa meminta bantuan ke

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Bab 52 - Drift Away

    Apa arti luka?Apakah itu ketika kau pecah, tergores, bersimbah darah, hingga kau berpikir itu akan menjadi sambutan kematianmu?Aku sudah berkali-kali berada di ambang rasa sakit itu.Kupikir aku sudah merasakan semuanya, tapi ternyata, itu hanyalah sebagian kecil dari potongan rasa sakit yang diciptakan segores luka.Klik.Pintu terbuka perlahan. Mengusik keheningan yang memenuhi jiwaku.“Kak Minna? Ke-kenapa Kakak bisa ada di sini?!”Aku selalu bertanya-tanya, mengapa dulu aku tidak memepertahankan apa yang Ibu tinggalkan? Mengapa aku membiarkan mereka membakar seluruh potret Ibu? Mengapa aku tidak menyembunyikan salah satunya di antara celah yang hanya aku sendiri yang mengetahuinya?Mengapa aku membiarkan mereka menghilangkan seluruh jejak Ibu?Mengapa aku membiarkan mereka membuatku melupakan Ibu?“Kak Minna! Apa yang Kakak lakukan di sini?! Pergi!”Aku bergeming. Menatap hampa ruang kelas yang kosong. Kesempatan yang tak pernah kudapatkan. Kesempatan yang mereka rebut dengan kej

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 51 - Matahari yang Meredup (2)

    Laskala.Nama itu terasa asing dan familiar secara bersamaan.Aku melewati malam tanpa terpejam hanya untuk mencari jejak di mana aku pernah mendengar nama Laskala sebelumnya.Dua malam yang lalu, setelah mendengar nama itu, aku bisa merasakan perubahan drastis pada sorot matanya.Ia menurunkanku dengan hati-hati dari dekapan, mengambil ponsel yang tersimpan di atas meja, lalu pergi setelah mengecup singkat keningku.Dalam hitungan detik, semua orang yang kupikir menghilang, tiba-tiba saja kembali memenuhi apartment, meskipun pada akhirnya mereka kembali pergi mengikuti langkah pria itu.“Jaga tempat ini sampai aku kembali.”Hanya pesan itu yang tinggalkan. Lalu ia pergi begitu saja, tanpa penjelasan, tanpa kabar. “Nona?” Windi muncul dengan senyuman cerah seperti biasa. Ia meletakkan sepiring stroberi segar yang sudah dipotong rapi ke atas meja. “Nona, Pak Gerad akan berbelanja bahan makanan. Apa ada makanan tertentu yang Nona inginkan untuk makan malam nanti?”Aku menurunkan cangk

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Part 50 - Matahari yang Meredup

    “Kemana semua orang?”Dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka, aku mengintip diam-diam.“Sedang apa kau?” tanya pria itu, berdiri di belakang punggungku.“Di luar… tidak ada siapa pun.”Tangan panjangnya mendorong pintu hingga terbuka, lalu ia melangkah keluar kamar begitu saja, tanpa memperdulikan keberatanku.Ia berjalan santai ke dapur yang kosong. Bahkan meja makan yang tadi amat ramai, kini hanya menyisakan makanan-makanan lezat tanpa sisa piring yang tertinggal.Aku menatap ke sekeliling apartment. Di mana semua orang? Mengapa mereka bisa lenyap seperti ini?“Makanlah yang banyak.” Pria itu mengelilingi meja dapur, mengambil sebuah apel, menggigitnya sambil menarik kursi meja makan. “Minna? Kau bilang kau lapar.”Mataku mengerjap cepat. Aku memang lapar, tapi ini sangat aneh.“Kemana semua orang?”Aku hampir tidak pernah melewati waktu tanpa Windi dan Arlo. Mereka tidak pernah meninggalkanku sendiri.“Apa terjadi sesuatu?” tanyaku cemas.“Tidak terjadi apapun. Sekarang duduk

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Bab 49 - Gadis Ceroboh dan Pria Aneh (2)

    Tidak seperti saat menggendong, setidaknya saat ia mendudukanku di sisi ranjang, gerakannya jauh lebih manusiawi, walaupun tidak bisa dikatakan lembut sama sekali.“Aww.” Aku meringis pelan saat ia membuka serbet yang sekarang sudah dipenuhi darah dari tanganku.Sebenarnya lukanya tidak terlalu dalam, darahnya juga sudah berhenti menetes, tapi karena cukup panjang, darahnya hampir memenuhi salah satu sisi serbet, bahkan sampai merembes ke kemeja hitam pria itu.Ketukan di pintu mengiringi kedatangan Dokter Fabian yang membawa kotak P3K.“Maaf, ternyata tidak ada first aid kit di apartment.”Itu menjelaskan keringat yang memenuhi keningnya. Ia pasti harus mengambil kotak itu di mobil.Pria itu menudingku dengan tatapan sengitnya, seakan ketidakberadaan kotak P3K di apartment adalah sebuah kejahatan yang fatal dan sengaja kulakukan. Dokter Fabian menarik kursi di depan meja rias, lalu duduk di hadapanku, memeriksa lukaku dengan seksama.“Apa perlu dijahit?”Pria itu bersidekap, menatap

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Bab 48 - Gadis Ceroboh dan Pria Aneh

    “Pak Kenan sudah mengirimkan email, Pak. Saya juga sudah meminta tim finance untuk melengkapi data sales periode pertama. Haruskah saya menghubungi bagian operator?”“Tidak perlu. Persiapkan saja datanya, kita akan meeting 15 menit lagi.”“15 menit? Tapi itu…”Ia menoleh, membuat sekretarisnya menelan keberatan apa pun yang tadi sempat tergantung di lidahnya.“Ya, 15 menit lagi. Saya akan siapkan link meetingnya, dan mengirim undangan.”“Bagus. Dan minta juga bagian marketing mengirimkan bahan marketing yang sudah direvisi. Pastikan manager pengembang hadir. Poin yang perlu direvisi dari MoU sudah kusertakan, bereskan itu sekarang, dan segera email kembali.”Dari balik counter dapur, aku tidak bisa berhenti menatap ruang keluarga yang kini sudah diubah menjadi ruang kerja sementara pria itu. Sebenarnya, apartment ini memiliki ruang khusus yang bisa digunakan sebagai ruang kerja, tapi pria itu memilih ruang keluarga.Sekarang, melihat berkas-berkas yang tersebar, aku jadi mengerti.Tap

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Bab 47 - Pertengkaran Sepasang Suami Istri

    Part 47“Nona Minna?” Windi berbisik gelisah di sampingku. Sesekali ia melirik ke lantai dua, sebelum kembali menundukkan wajah sambil menelan ludah susah payah.Aku melirik pintu The Oak Tree yang tertutup. Di kejauhan, aku bisa melihat beberapa mobil terparkir di depan toko. Salah satu mobil itu berisi Dokter Fabian, Hugo, dan Jeremy yang diusir oleh pria itu.“Nona yakin ini tidak apa-apa?”Apanya yang tidak apa-apa, semuanya benar-benar kacau sekarang.Meksi aku sudah menempatkan pria itu di meja yang paling jauh dari pengunjung lain karena kondisi gynophobianya, tapi entah bagaimana hanya dengan keberadaannya sendiri saja, perhatian semua orang sangat mudah tertuju kepadanya.Entah karena kemeja hitam yang lebih cocok digunakan ke pemakaman itu, atau karena ekspresi wajahnya ayng menyebalkan, atau entah apa pun itu, tapi rasanya semua wanita di tempat itu terus melirik ke meja mereka.Beberapa gadis muda bahkan secara terang-terangan memotret dengan ponsel.Ah. Aku bisa gila rasan

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Bab 46 - Pertemuan Dua Harimau

    “Cara menaburkan bubuk cabai diam-diam ke mulut atasan.”Deg.Aku langsung memasukkan ponsel Windi yang tertinggal di ruang staf. Setelah memastikan tidak ada siapa pun di sana, buru-buru aku menghapus riwayat pencarian yang baru saja kubaca dari ponselnya.Atasan siapa yang dia maksud? Apakah itu Kak Ronan? Atau…Astaga, membayangkannya saja sudah membuatku merinding.“Minna, bisa bantu serve table 3?”“Ya!” jawabku dari ruang staf sebelum berlari menuju area kasir. Salah satu rekan seniorku sudah menanti dengan baki berisi dua burger, tiga gelas kopi, dan sepiring kentang goreng.“Table 3,” katanya, sekali lagi. Padahal aku juga bisa melihatnya dari nota pesanan yang tersemat di bawah salah satu gelas kopi. “Trims, Minna.”Aku tersenyum dan mengangguk sebelum membawa pesanan itu ke lantai dua.Di kejauhan, aku bisa melihat Windi yang tengah berbicara dengan seorang gadis kecil di depan rak buku anak-anak, sedangkan Arlo sibuk meracik kopi untuk sepasang kekasih yang mengenakan pakai

  • Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam   Bab 45 - Trouble Couple

    “Ehm.” Dokter Fabian berdeham beberapa kali di hadapanku. “Mohon maaf, Nona Minna, tapi… yang tadi itu… cukup… mm… berbahaya…” katanya, sambil mengusap tengkuk dengan kikuk.Tanganku terlipat di dada, wajahku berpaling ke sembarang arah, tapi aku bisa merasakan semburat panas menjalar di kedua pipiku.“Sa… saya mengerti kalau Nona marah, tapi tolong… jangan pukul bagian… i…itu.”Argh, gila!Apa tidak bisa dia berhenti bicara saja?! Kepalaku benar-benar terasa akan meledak karena malu!“Itu pasti sangat menyakitkan.” Jeremy bergumam serius.“Pukulannya keras.” Arlo menjawab, dengan wajah yang jauh lebih serius lagi.Entah sadar atau tidak, ia merapatkan kakinya, meletakkan tangan di depan celana, seakan melindungi sesuatu yang berharga.Aku ternganga tak percaya. Aku benar-benar ingin melemparkan mereka keluar apartment sekarang juga!Dan lagi pula, andai ia tidak mengejutkanku, aku tidak mungkin refleks memukul pria itu di sana! Harusnya ia ikut bertanggung jawab menanggung malu!“Ka…

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status