Bab375Di depan ruang UGD, Arya sangat pusing memikirkan kondisi Ina yang sekarat dan banyak kehabisan darah."Dasar sialan," maki Arya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Pikirannya benar- benar tidak tenang.Lelaki itu menghubungi Elea, namun wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, tidak kunjung menjawab panggilan teleponnya. "Apa yang dia lakukan? Padahal disini keluarganya yang sedang sekarat, bukan keluargaku," gumam Arya dengan perasaan kalut.Cukup lama Arya menunggu, hingga dokter keluar dan menjelaskan keadaan Ina. Arya sedikit lega, karena wanita nekat itu di nyatakan sudah selamat, bisa melewati masa kritisnya karena banyak kehilangan darah.Arya mengurus administrasinya dan meminta perawat melihatkan kondisi Ina, karena Arya mau izin pulang sebentar ke rumah, dengan alasan mau menemui keluarga yang lainnya.Arya melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, emosi di dalam dadanya mulai meletup- letup kembali, dikala Elea tidak kunjung menjawab panggilan teleponnya.Hi
Bab376Elea duduk menghadap monitor, dia mengernyit ketika melihat dilayar menjadi hitam, cctv yang menunjukkan arah dapur.Dia terus mengotak- atikya, memutar waktu- waktu sebelumnya, namun tetap hitam. Sedangkan cctv yang diluar rumah, ruang tengah hingga belakang rumah itu aman. Elea pun menonton cctv ruang tengah sebelum kejadian na'as malam tadi.Arya terlihat lebih dulu memasuki dapur, entah bagaimana, memang terlihat Ina yang selalu mengawasi keadaan dan mengendap- ngendap menyusul Arya layaknya seorang maling."Arya, kamu selalu minum kopi." Terdengar suara Ina."Untungnya cctv itu terdengar suara jelas," gumam Elea, dan memperbesar sedikit volume nya."Ya." Suara Arya terdengar cuek."Kamu kutengok sering sekali marah- marah, itu nggak baik untuk mental kamu. Sebagai seorang psikolog, aku paham betul dengan hal semacam ini.""Stop berbohong, Ina. Aku sudah tahu semuanya, kamu bukan lulusan psikolog. Entah apa maksud kamu selama ini, memberikan aku saran- saran, yang kurasa b
Bab377Pagi harinya ketika Elea bangun, Arya rupanya sudah tidak ada lagi di dalam kamar tamu itu."Kemana dia pergi?" gumam Elea sambil melirik ke arah jam dinding."Sepagi ini?" Wanita itu menjadi bertanya- tanya seorang diri. Dia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar tamu.Elea melangkah cepat menuju dapur, dan rupanya ada Arya di sana, menyesap segelas teh hangat dan sepotong roti bakar di atas piringnya."Pagi, Mas," sapa Elea. Arya hanya melirik ke arah istrinya itu sebentar dan kembali minum dengan santai."Mas, jangan marah lagi ya. Maaf." Elea mendekat dan meraih tangan Arya.Arya menarik napas berat, dan menghembuskannya dengan kasar."Entah kenapa, kamu bisa menuduhku sekejam itu malam tadi, disaat aku sudah pusing mengurus kelakuan gila keluargamu itu. Ingat El, yang bawa dia kemari itu kamu, bukan aku. Tapi kenapa, itu semua seakan jadi tanggung jawabku. Aku juga harus kerja, El. Aku kurang tidur, kerjaan di kantor banyak, aku capek.""Maaf, Mas. Ak
Bab378"Oh ya, kok bisa kamu di tidurin suamiku? Kamu yang godain dia kan!!""Cih, buat apa aku godain dia? Memang dia nya saja yang tidak setia."Elea menggeleng, rupanya ini aslinya Ina. Wanita itu berani mengangkat dagunya, menjelaskan secara tidak langsung, bahwa dia bukan orang biasa."Dan kamu mau di tidurin?""Terpaksa!!""Ada buktinya?""Ada."Ina memperlihatkan sebuah foto di ponselnya. Foto Arya terlelap sembari memeluknya. Sedangkan Ina, wanita itu nampak tersenyum dengan bangga di depan kamera."Kamu yang ambil foto ini?" tanya Elea, sambil menatap dalam foto itu. Foto yang menunjukkan background kamar Elea."Tentu saja, itu sebagai bukti untukku, bahwa kami sudah tidur bersama.""Terus kamu mau suamiku nikahi?""Harus.""Kalau suamiku tidak mau? Kamu bisa apa? Siapa suruh mau di tidurin suami orang.""Mau tidak mau, suka tidak suka, Arya harus menikah denganku. Aku tidak perduli dengan kamu, yang aku butuhkan hanya Arya.""Dasar gila!! Kamu pikir aku akan mengalah? Coba s
Bab3791 jam berlalu, hingga 3 jam, Arya tetap tidak juga kunjung menemui Ina.Ina kesal dan mulai tidak sabar, dia pun mengirimkan pesan berisi ancaman kembali pada Elea. Dan dengan cepat Elea membaca pesan itu. Ina tersenyum jahat, ketika melihat centang 2 berwarna biru, pada pesan yang dia kirim.Sayangnya, pesan itu Elea abaikan, membuat wanita itu sangat berang dan terus- terusan mengirim pesan spam berbagai macam ancaman.Tiba- tiba pintu rawat inap Ina dibuka, sosok Arya muncul di ambang pintu. Ina tersenyum manis, bak bunga yang tadinya layu, kini mekar kembali."Kamu akhirnya datang juga, Mas."Arya mengernyit."Mas?""Ya, mas Arya. Aku bolehkan panggil kamu mas Arya?""No!!""Kenapa?""Nggak suka." Arya duduk di sofa yang ada di ruangan rawat inap. Ina menatap Arya yang gagah dengan setelah tuxedo putih, kemeja abu- abu."Kamu bak pinang di belah dua dengan Reza Rahardian, mas Arya. Bedanya hanya di lesung pipi," ujar Ina lagi sambil tersenyum penuh kekaguman."Oh." Hanya i
Bab380"Aku kasihan padamu, Ina." Arya berdiri."Mau kemana?""Kenapa?""Temani aku.""Memangnya kamu siapa aku? Aku punya anak dan istri di rumah.""Jika kamu nekat pergi, maka aku tidak akan segan- segan ...."Ina menghentikan ucapannya, menatap Arya penuh arti. Arya terdiam sejenak, dan menatap dingin wajah Ina."Menyebarkan foto anakku?"Ina tidak langsung menjawab."Kamu berani melakukan hal itu?" Lanjut Arya."Setiap orang akan menjadi tega, jika dalam keadaan terdesak."Ina menjawab dengan santai dan penuh arti.Pintu diketuk dan dua orang polisi masuk, disusul dokter yang merawat Ina."Mbak Ina, anda kami tahan, dengan tuduhan pengancaman kepada keluarga Ibu Elea dan Pak Arya."Mata Ina menyipit menatap kedua polisi itu."Konyol sekali, mana buktinya? Aku dan pak Arya hanya berbincang biasa, aneh sekali kalian ini," cibir Ina dengan santai."Silahkan anda jelaskan itu di kantor! Sekarang ikut kami, karena dokter yang bertanggung jawab tentang anda sudah memastikan kondisi anda
Bab381Asmara dengan gelisah menghubungi Kevin, pikirannya tidak tenang."Kamu dimana sih? Apakah sudah sampai di hotel? Jangan membuatku khawatir." Asmara mengirim pesan.Kevin mengabaikannya, dia fokus mengantarkan Sechan ke rumah yang di hadiahkannya untuk wanita itu dan Ayahnya.Di dalam mobil, Sechan memang hanya diam, memandangi jalan raya dengan perasaan hampa. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana, bahagia atau sebaliknya.Bisa bebas dari penjara saja dia sudah bersukur. Meskipun sempat nyaris 1 bulan lamanya dia di tahan. Tapi akhirnya, Kevin membantunya untuk bebas.Tiba- tiba terdengar suara bunyi dari perut Sechan, Kevin pun mengajak Sechan untuk makan terlebih dahulu.Sesampainya mereka di sebuah restoran, Sechan merasa mual karena mencium aroma ruangan tersebut."Kamu kenapa?" tanya Kevin, ketika melihat ke arah Sechan yang tiba- tiba menutup mulutnya.Wajah Sechan nampak pucat dan berkeringat."Baunya, aku nggak tahan," lirih Sechan menahan mual.Kevin mengernyit."Bi
Bab382Seminggu menjalani masa tahanan, Ina pun dibebaskan dengan jaminan keluarganya.Elea tidak ingin memperpanjang masalah, sehingga dia pun tidak protes apapun.Keluarga Ina datang ke rumah Elea, bersama dengan Ina juga.Elea pun sudah meminta asisten rumah tangga mereka, menyiapkan barang- barang Ina, agar di bawa pergi wanita itu.Melihat barang- barangnya yang sudah di kemas di depan rumah, hati Ina meradang dan kesal."Bagaimana pun juga, suami kamu harus bertanggung jawab pada Ina," tegas wanita paru baya, yang merupakan tante dari Ina. "Memangnya apa yang sudah suamiku lakukan pada Ina?" tanya Elea dengan tenang. Kebetulan hari itu, Elea libur ke butik, sedangkan Arya masih di kantor."Suami kamu sudah meniduri Ina, kami sebagai keluarganya tidak terima. Sesama wanita, kamu kenapa tega begini?" Wanita yang mengaku tante Ina itu pun mencibir Elea."Yang suruh Ina tidur sama suamiku siapa?" Elea masih menghadapinya dengan santai."Suamiku itu laki- laki yang ibaratkan kucing
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond