Bab381Asmara dengan gelisah menghubungi Kevin, pikirannya tidak tenang."Kamu dimana sih? Apakah sudah sampai di hotel? Jangan membuatku khawatir." Asmara mengirim pesan.Kevin mengabaikannya, dia fokus mengantarkan Sechan ke rumah yang di hadiahkannya untuk wanita itu dan Ayahnya.Di dalam mobil, Sechan memang hanya diam, memandangi jalan raya dengan perasaan hampa. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana, bahagia atau sebaliknya.Bisa bebas dari penjara saja dia sudah bersukur. Meskipun sempat nyaris 1 bulan lamanya dia di tahan. Tapi akhirnya, Kevin membantunya untuk bebas.Tiba- tiba terdengar suara bunyi dari perut Sechan, Kevin pun mengajak Sechan untuk makan terlebih dahulu.Sesampainya mereka di sebuah restoran, Sechan merasa mual karena mencium aroma ruangan tersebut."Kamu kenapa?" tanya Kevin, ketika melihat ke arah Sechan yang tiba- tiba menutup mulutnya.Wajah Sechan nampak pucat dan berkeringat."Baunya, aku nggak tahan," lirih Sechan menahan mual.Kevin mengernyit."Bi
Bab382Seminggu menjalani masa tahanan, Ina pun dibebaskan dengan jaminan keluarganya.Elea tidak ingin memperpanjang masalah, sehingga dia pun tidak protes apapun.Keluarga Ina datang ke rumah Elea, bersama dengan Ina juga.Elea pun sudah meminta asisten rumah tangga mereka, menyiapkan barang- barang Ina, agar di bawa pergi wanita itu.Melihat barang- barangnya yang sudah di kemas di depan rumah, hati Ina meradang dan kesal."Bagaimana pun juga, suami kamu harus bertanggung jawab pada Ina," tegas wanita paru baya, yang merupakan tante dari Ina. "Memangnya apa yang sudah suamiku lakukan pada Ina?" tanya Elea dengan tenang. Kebetulan hari itu, Elea libur ke butik, sedangkan Arya masih di kantor."Suami kamu sudah meniduri Ina, kami sebagai keluarganya tidak terima. Sesama wanita, kamu kenapa tega begini?" Wanita yang mengaku tante Ina itu pun mencibir Elea."Yang suruh Ina tidur sama suamiku siapa?" Elea masih menghadapinya dengan santai."Suamiku itu laki- laki yang ibaratkan kucing
Bab383Ina meronta dengan sekuat tenaga, namun badan besar, kuat dan cukup kokoh itu menindihnya."Diam! Atau kamu akan mati." Suara berat dan serak itu terdengar berembus di telinga Ina, membuat wanita itu ketakutan, apalagi satu tangan lelaki itu mendekat ke leher Ina.Rasa dingin sebuah benda tajam menempel di lehernya, menekan Ina untuk tidak banyak bergerak.Malam itu jadi malam yang mengenaskan bagi wanita ini. Semua impiannya hancur, bersama dengan nestapa yang dia terima."Nikmat kan!!" Desis pria yang menggagahi Ina dengan paksa itu. Lelaki itu tersenyum puas, saat merasakan tubuh Ina merespon cumbuannya. Meskipun wajah Ina basah karena menangis, tapi dia tidak bisa menahan gelora hasrat yang mulai bergelombang di pikirannya. Lelaki di atas tubuhnya ini begitu lihai memainkan perannya merangsang Ina, membuat Ina tidak dapat menolaknya sepenuhnya.Desahan- desahan kecil yang keluar dari mulut wanita itu, membuat lelaki di atasnya semakin bersemangat mencumbu Ina, hingga mala
Bab384Saat Elea datang ke kantor polisi, Arya sudah berjalan menuju ke luar."Mas ...." Elea mendekati suaminya dengan tatapan khawatir. "Bagaimana, kenapa kamu bisa tertangkap?" lanjut Elea bertanya dengan penasaran."Aku harus bertanggung jawab, El. Agar aku bebas dari tuntutan hukum, aku akan menikahi Ina.""Hah?" Elea tercengang, mendengar penuturan suaminya yang lugas tanpa beban."Mas, kenapa jadi gini sih? Apa jangan- jangan kamu memang tidurin dia?" Arya terdiam menunduk."Jawab aku, Mas ...." Elea mulai panik."Tenang, El. Semua yang terjadi tidak kusengaja.""Apa? Tidak disengaja bagaimana, Mas? Jadi intinya kamu tidurin dia?""Aku khilaf.""Bulshit, khilaf itu alasan klasik, Mas." Arya hanya diam menunduk."Suka tidak suka, aku tetap akan menikahi Ina, El. Aku nggak mau di penjara," jelas Arya dan pergi meninggalkan Elea yang diam terpaku.Elea menatap punggung suaminya yang berjalan menuju parkiran mobilnya. Dan rupanya, di parkiran mobil sudah ada Ina dan tante Sarah
Bab385"Ngapain kamu kemari lagi?" tanya Elea, yang melihat wajah pucat Ina.Pikiran Elea mulai gelisah, menatap kedatangan Ina lagi ke rumahnya.Tiba- tiba Ina bersimpuh, menangis sesegukkan."Maafkan aku, El. Aku bersalah, dan kini aku sudah mendapatkan karmanya," ujar Ina. Elea mengernyit."El, seseorang memperkosaku, dan, dan tante Sarah mau menikahkan aku dengan laki- laki berumur 70-an. Aku nggak mau, El, tolong aku." "Ina, maaf, kurasa semua bukan urusanku. Kamu nyaris merusak rumah tanggaku. Aku nggak bisa, tolong pergilah dari rumah ini, dan selesaikan sendiri urusanmu."Ini terkejut dan mendongak, menatap Elea dengan tidak percaya."El, biar bagaimana pun, aku ini keluargamu. Kalau bukan kamu yang nolong aku, siapa lagi?""Bodo amat." Elea menjawab dengan jutek."Kemarin aja galak banget nyahutin aku, sekarang mohon- mohon. Sudahlah, aku capek dan sangat malas berurusan sama kamu.""El, aku mohon jangan lakukan ini." Ina memasang wajah mengiba."Satpam!!" Elea berteriak, d
Bab386"Vin." Sechan kembali bersuara."Diam disini dulu, aku ada urusan sebentar." Kevin langsung meninggalkan Sechan.Wanita itu hanya diam, dan menatap makanan di depannya dengan hampa."Kita harus sabar ya, Nak. Mamah yakin, suatu saat Papah akan fokus pada kita." Sechan berucap pada perutnya yang masih rata itu.Meskipun hingga detik ini Kevin tidak tahu mengenai kehamilan Sechan, tapi wanita itu berharap banyak dari anak yang kini sedang dia kandung.Sechan berencana memberitahu Kevin nanti, tapi melihat sikap Kevin seperti ini, Sechan mulai kembali ragu._______"Mau kemana kamu?" tanya Helen, ketika melihat Asmara menyeret koper keluar dari kamar."Mau pergi."Helen mengernyit."Ada angin apa? Tumben mau pergi tanpa diusir. Biasa di sindir aja nggak mau pergi," ujar Helen menatap remeh pada Asmara."Pergilah sana! Jangan kembali lagi. Sebenarnya aku nggak sudi kamu kembali dengan anakku, apalagi sudah ada Sechan yang menjadi menantuku. Kamu jangan jadi pelakor," tekan Helen de
Bab387Sechan dengan cepat menyeka air matanya dan memaksakan diri untuk tersenyum."Maaf, aku terbawa suasana, mungkin kebanyakan nonton drama koreon. Maaf ya." "Ah, tidak apa- apa. Semangat." Kevin menepuk bahu Sechan dengan lembut, kemudian meraih gelas teh hangat yang Sechan sajikan, dan meminumnya hingga tandas."Enak?" tanya Sechan."Enak, seperti biasa, kamu memang pandai dalam membuat hidangan yang cukup memanjakan lidah," puji Kevin."Apakah keputusan berpisah sudah bulat?" tanya Sechan lagi, menatap serius pada Kevin."Ya, ada apa? Apakah kamu ...." Kevin menjeda ucapannya."Tidak, jangan salah paham, aku tidak berniat menahan kamu. Tapi," ujar Sechan, dan tidak melanjutkan ucapannya, membuat Kevin penasaran."Apa?""Tapi aku, aku, aku hamil ....""Hamil?"Sechan mengangguk. "Maaf, aku tidak berniat menahan kamu di hubungan ini. Tapi sebagai perempuan yang akan menjadi Ibu, aku tidak ingin egois pada nasib anakku nanti. Sebagai Ayahnya, kamu berhak tahu kehadirannya."Anta
Bab388"Entah bagaimana hubungan ini. Aku merasa, kita memang tidak berjodoh, percuma di paksakan. Sudah berulang kali aku mencoba membuka hati, entah mengapa selalu berakhir kecewa dan lagi- lagi aku harus menanggung luka."Kevin menarik napas, membaca bait kalimat ungkapan yang Asmara tuliskan."Layaknya gelas kaca, aku sudah kamu lepaskan dan terjatuh menghantam lantai keramik, hancur. Meskipun kamu dan aku berusaha memperbaikinya, keadaannya tidak akan seperti semula. Kita gagal dalam hubungan ini, Vin. Maaf, aku menyerah, aku mengikhlaskan kamu bahagia dengan siapapun, yang menjadi pilihan kamu. By, Asmara."Kevin meremas surat itu dengan perasaan kacau. "Mengapa semua wanita benar- benar membuat rumit hubungan ini," keluh Kevin dan duduk disisi ranjang tempat Asmara biasa mengistirahatkan tubuhnya.Kevin mencium aroma parfume Asmara yang tertinggal di kamar wanita itu. Ah, lagi- lagi ada perasaan bersalah di hatinya."Kenapa aku jadi seperti lelaki brengsek begini sih?" gumam K
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond