Bab576"Jadi kamu nggak senang aku ikut? Kamu itu suami aku atau suami kak Cinta. Jangan gara- gara anak terus, kamu bisa bertingkah seenaknya."Suara keras Jelita mengejutkan Abizar, lelaki itu dengan kesalnya langsung menepikan mobil, kemudian menghentikan laju mobilnya, bahkan langsung menekan rem mendadak, membuat tubuh Jelita yang tidak siap maju menghantam ke depan.Brakk ...."Aawwww ...." Jelita meringis, Abizar terdiam, tanpa rasa bersalah sama sekali, lelaki itu menatap jalanan ramai.Meski suara klakson pengguna jalan lainnya sempat terdengar keras, namun Abizar mengabaikan semua itu."Sakit, Mas," lirih Jelita."Sama," jawab Abizar pelan."Kamu pikir sebagai seorang istri, kamu pantas berkata lebih keras pada suaminya? Mau jadi durhaka kamu, Ta.""Astagfirullah, begini sekali rasanya, padahal hanya ingin dihargai sebagai istri, tapi malah dianggap buruk." Jelita bergumam pelan, dengan mata yang mulai berkaca- kaca."Kamu merusak suasana hatiku," lirih Abizar.Belum sempat
Bab577"Kenapa kamu nampak bingung begitu? Apa yang terjadi?" tanya Elea lagi setengah tidak sabaran."Bu El, tenang dulu! Kasihan Cinta nggak bisa beristirahat dengan tenang, dia masih capek," tegur Siti.Elea menarik napas berat."Saya cuma khawatir, bu Siti. Biar bagaimana pun juga, Jelita juga anak saya.""Sayang sudah! Yang Ibu Siti katakan itu benar, Cinta itu butuh istirahat, jika mau berdebat mending diluar saja, lebih baik."Kevin menyela pembicaraan Elea dan Siti."Abizar, ikut saya keluar!!""Baik, Mah." Abizar menurut saja, meskipun dia ingin sekali menemui bayinya dulu. Tapi melihat tatapan tajam Elea, Abizar tidak berani membantah keinginan mertuanya itu.Dengan langkah gontai, Abizar mengikuti Elea dari belakang. Keduanya berjalan menuju ke depan rumah sakit. Di dekat gerbang rumah sakit, ada sebuah Minimarket, mereka duduk di sana sambil menikmati dua buah botol minuman dingin."Sekarang kamu katakan sama Mamah, Jelita kemana, dengan jujur," pinta Elea.Abizar menarik
Ban578"Mas," lirih Jelita. Wanita itu terkulai lemah, wajahnya memar kebiruan, dan mengeluarkan darah dari sudut bibirnya."Jelita, kenapa kamu jadi begini? Siapa yang melakukannya?" tanya Abizar dengan panik."Saaa---kkiiitt ...." Jelita meringis, kerudung wanita itu pun berantakan."Kita masuk ke dalam." Abizar berdiri dan lekas mengeluarkan anak kunci. Sedikit tergesa- gesa, Abizar membuka daun pintu.Setelah itu, dia membuka lebar pintu dengan Jelita yang langsung dia raih ke dalam gendongannya. Wanita mungil itu memejamkan matanya.Abizar membawa Jelita ke dalam kamar mereka, wanita itu dibaringkan di sana. Kerudung Jelita, Abizar lepaskan. Wanita itu berpeluh keringat, dan terus merintih kesakitan.Abizar duduk sambil mengopreskan air hangat ke wajah Jelita yang memar."Siapa yang melakukan ini, dan kenapa kamu jadi seperti ini?" tanya Abizar lagi.Jelita menutup matanya, merasakan sakit di wajah yang kini sedang di kompres Abizar dengan air hangat."Kak Cinta ...." ucapan Jeli
Bab579"Lagian kenapa kamu tadi ninggalin aku begitu saja? Naik taksi pula. Mamah kamu marah- marah, dan aku sampai nggak diizinkan menemui bayi aku," keluh Abizar, membuat Jelita semakin kesal."Aku kesal, Mas. Aku sakit hati sama kamu, andai saja kamu tidak kasar tadi, aku nggak mungkin memilih naik taksi malam- malam.""Mamah Elea bilang, kamu nggak pernah naik taksi, sedangkan kamu bilang selama ini kamu kuliah di luar negeri, menjadi wanita mandiri. Tapi kenapa naik taksi tidak pernah?""Maaf ya, Mas. Orang tua aku itu kaya raya!! Aku di sana hidup serba cukup, bahkan berkelebihan dan tidak pernah naik taksi memang. Aku di sana punya sopir pribadi, dan sopir nya itu seorang wanita. Aku juga punya asisten rumah tangga yang melakukan semua pekerjaan rumah untukku. Tapi demi menikah sama kamu, aku melakukan semuanya sendiri."Abizar terdiam."Aku memang tidak pandai memasak, karena aku terbiasa memerintah. Aku mandiri? Itu penilaian kamu! Aku nggak pernah mengatakan aku wanita mandi
Bab580"Apa?" Elea memekik, membuat Kevin, Siti dan juga Cinta terkejut."Ya, aku kesana! Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Jelita, kamu harus bertanggung jawab," tegas Elea."Ada apa sama Jelita?" tanya Kevin.Elea mematikan sambungan telepon."Jelita mencoba melakukan percobaan bunuh diri, dia sekarang ada di rumah sakit ini, di kamar mawar.""Apa? Percobaan bunuh diri, anak bodoh," gerutu Kevin."Jadi tadi Abizar yang telepon?" tanya Siti penasaran."Iya, mereka bertengkar lagi, dan Jelita ada di ruangan mawar. Kami akan ke sana.""Ya sudah, biar aku temani Cinta di sini," sahut bu Siti."Kamu nggak mau jenguk? Jelita juga menantu kamu, bu Siti."Elea menatap kesal pada Siti, yang seakan tidak perduli."Aku tidak pernah merestui mereka. Bahkan, aku tidak perduli dengan pernikahan mereka. Lebih baik aku di sini, menemani Cinta. Kamu urus saja anak yang selalu kamu banggakan itu, meskipun cuma anak tiri, tapi dia nampak segalanya bagi kamu. Sedangkan Cinta? Entahlah," ujar
Bab581"El, aku sedang bicara sama Jelita.""Kamu tidak sedang bicara, tapi menghina."Kevin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, kemudian menatap Elea dengan tatapan dingin, tajam dan menusuk."Kamu tahu nggak cara menghargai? Jika kamu tahu, seharusnya kamu tidak menyela pembicaraan antara Papah dan anaknya. Aku tahu kamu sayang sama Jelita, tapi bukan berarti aku tidak sayang. Selama ini aku diam, tidak pernah aku ikut campur apapun yang dia mau. Bahkan saat dia memaksakan pernikahannya sama Abizar, aku tetap menuruti, meskipun aku tidak menyukai. Tapi kali ini, dia sudah keterlaluan!!"Elea terdiam."Jangan sampai kata- kataku kepada kamu melewati batas."Elea kini menunduk, mendapati sikap tegas suaminya itu.Kevin kembali beralih menatap Jelita yang masih menangis sesegukkan, kemudian lelaki itu menatap Abizar yang juga menunduk."Apa masalah kalian, sampai- sampai wanita bodoh ini melakukan hal yang memalukan itu?" tanya Kevin pada Abizar."Maaf, Pah. Ini kelalaian
Bab582"Mah," lirih Jelita. Elea menarik napas berat dan menghampiri putri sambungnya itu."Jelita, kenapa harus begini, Nak? Kamu kan tahu, ini tuh perbuatan dosa, kenapa kamu lakuin?" tanya Elea dengan lembut sembari mengusap kepala Jelita yang terbungkus kerudung."Mamah, aku sedih, karena mas Abizar masih tidak bisa lupain kak Cinta. Apalagi mereka kini punya bayi, aku merasa terkucilkan, Mah.""Nak, bukankah ini sudah menjadi bagian dari resiko kamu mengambil suami Kakak kamu. Semua masih bisa dibicarakan baik- baik kan? Tanpa harus melalukan aksi seperti ini, ini bahaya buat kamu, anakku.""Mamah belain kak Cinta juga? Seharusnya Mamah tegur Kakak, agar jangan mengganggu rumah tangga aku. Apa karena Kakak anak Mamah, jadi Mamah lebih membela Kakak.""Ini bukan masalah membela anakku, tapi resikonya memang pasti akan begitu.""Kamu juga tidak perlu menyalahkan Cinta, dengan tuduhan mengganggu rumah tangga kita, Jelita. Cinta tidak pernah mengganggu sama sekali, kamu yang terlalu
Bab583Ucapan- ucapan keras Kevin terngiang- ngiang diingatan Elea. Bahkan, lelaki yang dia kenal begitu bucin kepadanya itu, bersikap cuek kali ini kepadanya."Rasanya tidak nyaman sekali di perlakukan begini," batin Elea. Kevin masuk ke dalam ruangan Cinta."Eh cucu Papah sudah dibawa ke ruangan Mamahnya ya," seru Kevin. Elea pun menyusul masuk dengan wajah datarnya."Iya Besan, cucunya baru aja diantar sama perawat," sahut Bu Siti dengan ramah.Wanita paru baya itu nampak menggendong anak Cinta dengan bahagia."Bu Siti, bolehkan saya menggendongnya?" tanya Kevin."Oh tentu saja, sekalian diazankan dulu, pak Kevin," ujar bu Siti sembari memberikan bayi mungil Cinta ke pelukan Kevin.Kevin menyambut bayi mungil itu dengan perasaan haru dan bahagia."Aduh cucuku cantik sekali," gumam Kevin dengan binar bahagia. Elea terdiam membeku disudut dinding, seakan langkah nya begitu berat untuk mendekat."Cinta, siapa namanya, Nak? Apakah sudah ada kamu persiapkan?" tanya Kevin."Belum ada, P
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond