Bab443"Aku nggak pandai masak, malah di suruh masak," batin Cinta. Namun wanita itu terpaksa melakukannya."Sialan memang, padahal aku belum sempat ngapa- ngapain sama Aldo, malah di tuduh macam- macam, tapi aku kemarin kenapa jadi begitu ya," gumamnya sambil memotong sayur tidak karuan."Heh Cinta, wanita murahan. Kenapa harus anak saya yang menjadi korban kamu?" bentak Rini, seraya mendekati Cinta yang tengah memotong sayuran."Ibu tanyakan saja sama anaknya, memangnya kami ngapain saja? Tuh warga sudah ngamuk- ngamuk duluan. Aku sama mas Aldo nggak ada ngapa- ngapain.""Jangan bohong kamu! Warga bilang kamu sama Aldo berciuman. Dasar wanita miskin, itu pasti akal- akalan kamu saja kan, biar bisa menikahi anak saya?" bentak Rini, membuat Cinta terbakar emosi. Tapi wanita itu berusaha sabar dan tidak terpancing emosi.Lagian hingga detik ini, Aldo belum menyentuhnya. Karena tepat dihari akad nikahnya berlangsung, Cinta malah datang bulan."Terserah ibu sajalah, aku mau fokus masak."
Bab444Seperginya Aldo, Cinta pun mengunci pintu kamar dan melanjutkan tidurnya. Wanita itu memasang headset di telinganya, sambil mendengarkan musik kesukaannya."Kalau begini, meskipun kamar mereka dobrak, aku nggak bakal terkejut," gumam Cinta.Wanita itu pun tidur dengan tenang, meskipun Rini mengamuk di depan pintu kamarnya, dia tidak terganggu sama sekali."Ya ampun, dapur kotor habis dia masak tadi, rumah belum di sapu dan di pel. Lah, dia malah nggak keluar lagi dari kamar, dasar menantu sialan," pekik Rini."Bu, sudahlah, pelan- pelan saja. Lagian kita nggak kenal betul sama tuh orang. Amanda takut dia malah psikopat," ujar adik perempuan Aldo tersebut.Rini terdiam sejenak. Benar yang Amanda katakan, mereka bahkan tidak mengenal Cinta itu siapa. Tidak ada jaminan, bahwa Cinta orang baik."Kalau tau gitu, nggak Ibu pecat tuh bik Utin. Kan kalau gini, Ibu yang repot.""Lagian Ibu semangat banget mau nyiksa tuh bini Kak Aldo. Aneh nggak sih, dia itu cantik, terawat dan putih ba
Bab4456 tahun telah berlalu, tapi Kevin benar- benar tidak bisa move on dengan kenangan pahitnya pada penolakan Elea kepadanya.Lelaki itu kini semakin kurus, tetapi kondisi kesehatannya cukup baik. Jelita pun kini tumbuh menjadi gadis remaja yang cukup galak.Tidak satu pun teman sekolahnya, yang berani membullynya. Selain pandai ilmu bela diri, Jelita juga merupakan gadis yang cantik, cerdas dan pandai bergaul.Meskipun para gadis seusianya banyak yang iri padanya. Tapi tak ada satu pun yang berani usil padanya."Aldo, kapan kamu mau ceraikan si Cinta itu? Lagian kalian nikahnya juga karena terpaksa kan! Mending cerai saja, nggak berguna sama sekali kita piara dia," ujar Rini mengutarakan keinginannya pada Aldo.Aldo yang baru pulang dari kantornya itu pun sedikit tidak senang, dengan pertanyaan sang ibu."Bu, aku ini bukan Ibu dan Ayah yang menggampangkan perceraian ya. Lagian meskipun pernikahan kami cuma siri, Aldo tidak akan pernah menceraikan Cinta, Aldo sayang sama dia.""Say
Bab446"Galih, kenapa Cinta nggak bisa di hubungi lagi ya, Nak?" tanya Elea, ketika baru sampai ke rumahnya.Cukup lama Elea liburan ke luar negeri seorang diri, dia begitu menikmati masa- masa tuanya yang indah."Kurang tau, Mah. Udah ah, nggak usah terlalu kita pikirin. Lagian, kak Cinta juga bukan anak kecil lagi, sudah menjadi wanita dewasa.""Mamah cuma kangen, nggak biasanya ponsel dia malah nggak aktif." "Mending Mamah istirahat, pasti capek kan sudah melalui perjalanan jauh.""Iya sih. Tapi kamu tau nggak, Mamah nggak nyangka banget tadi, di Bandara, Mamah ketemu om Kevin," ujar Elea."Oh ya. Om Kevin dari mana?""Nggak tau, Om kamu nggak mau negur Mamah. Pas liat Mamah aja, dia langsung pergi menghindar. Padahal sudah 6 tahun berlalu, rambut sudah sama- sama banyak uban, masa dia masih kesal sama Mamah," gumam Elea."Resiko Mamah nolak om Kevin di depan keluarga, terutama di depan anaknya. Selain malu, harga diri om Kevin pasti terluka.""Mamah cuma berusaha jujur. Nggak ada
Bab447Di dalam kamar, Aldo pun berusaha mengajak Cinta bicara lagi."Kamu sudah makan?" tanya Aldo, ketika Cinta meletakkan tasnya.Wanita cantik itu duduk di depan meja riasnya, sembari menghapus make up."Aku sudah makan." Cinta menjawab pelan."Kamu tadi sebenarnya kemana? Aku sangat khawatir sama kamu, takut kamu nyasar.""Aku ketemu teman- temanku. Lagian kenapa aku bisa nyasar? Aku besar di Jakarta.""Kan aku cuma khawatir. Lain kali, bisakah kamu bilang dulu sama aku, atau kalau bisa, kamu keluar- keluarnya sama aku aja.""Hhmm, akan aku pertimbangkan. Lagian, ngapain sih kamu maksain banget pernikahan ini? Ibu kamu sangat tidak menyukai aku.""Cinta, pernikahan itu suatu yang sakral, bukan mainan. Aku pengen punya pernikahan sekali seumur hidup. Jangan tolong, tolong banget kamu jangan bicarain tentang perpisahan."Cinta mendesah."Aku tidak menyukai kamu sama sekali," ungkap Cinta dengan jujur."Kita akan saling belajar mencintai. Aku yakin, cepat atau lambat, kita akan sali
Bab448Perlahan, perasaan di hati Cinta pun mulai tumbuh. Apalagi Aldo begitu baik memperlakukan dia selama ini. Rini dan Amanda pun tidak lagi begitu berani ikut campur urusan rumah tangga Aldo. Karena jika Rini berani memaki Cinta lagi, Aldo akan menghentikan uang bulanan pada mereka.Ucapan Aldo saat itu terdengar tegas, sehingga mau tidak mau, Rini menurutinya."Kapan kamu mau aku resmikan? Aku nggak mau hubungan kita tidak jelas. Maksudnya, aku ingin kita menikah secara sah, dan aku ingin melamar kamu langsung pada Ibu kamu."Cinta menatap Aldo sejenak."Kamu yakin ingin melamar aku? Apakah ibu kamu sudah menerima aku sebagai menantunya?""Kamu lihat sendiri kan? Selama 5 bulan ini, apakah Ibu ada berkata kasar, atau bersikap tidak baik?""Iya sih tidak ada. Ya sudah, tapi kamu jangan kaget ya." "Jangan kaget kenapa?" tanya Aldo. Cinta hanya tersenyum tipis.Dan sebulan berlalu, Cinta pun kembali ke kediaman Elea. Di sana, dia mengutarakan maksud kepulangannya ke rumah."Ibu ng
Bab449Dan, tiba- tiba lampu mati. Kejadian na'as itu tak mampu Echa hindari. Wanita cantik itu pingsan.Saat dia membuka mata, dia sangat syok, karena berada di rumah sakit, dengan rasa sakit yang cukup serius di alat vitalnya."Nak, kamu sudah sadar," lirih Erina, sembari mendekati Echa."Mah, apa yang terjadi?" pekik Echa, dengan mata yang mulai berkaca- kaca."Siapa yang melakukannya, Nak? Kenapa kamu di kamar lama Elea?" tanya Erina."Aku nggak tau, Mah. Aku nggak tau, ini nggak mungkin." Echa tiba- tiba histeris, mengingat kejadian itu."Echa, kamu harus tenang, Nak. Tenang, jika kamu begini, kamu yang akan rugi."Echa terus meraung, dia tidak terima dengan nasibnya yang begitu mengejutkan. Para keluarga yang menunggu di luar UGD pun nampak gelisah, karena mendengar suara raungan Echa."Mah, siapa yang menodai Echa?" tanya Elea."Mamah juga nggak tau, El. Tiba- tiba cctv di rumah kita semua mati. Kita hanya bisa berharap, bahwa Echa mengenali pelakunya. Bisa- bisanya kita kecolo
Bab450Cinta terdiam membeku, tidak tahu harus berbuat apalagi. Elea mendekati anaknya dan berusaha menguatkan Cinta."Mah, Aldo nggak mungkin lakuin itu, Mamah percaya sama Aldo kan! Aldo nggak sehina itu, Mah," lirih Cinta."Cukup! Kamu belain suami bajingan kamu terus," maki Erina, yang berdiri tidak jauh dari sofa tempat Cinta duduk.Elea dan Cinta menatap ke arah Erina yang menatap dengan marah."Tante, kita nggak ada bukti yang kuat buat nuduh suami aku. Cuma dari omongan Echa, bagaimana jika Echa salah orang?" ujar Cinta berusaha berpikir positif."Cinta! Aku ini sepupu kamu, mana mungkin aku berbohong. Kamu tega banget sama aku, aku lagi tertimpa musibah begini, kamu malah mengambil posisi aman," isak Echa dengan suara yang terdengar pilu."Laki- laki bejat itu memang benar suami kamu! Aku nggak mungkin salah orang," ujar Echa lagi sambil menangis tersedu- sedu."Jangan keterlaluan kamu Cinta! Suami kamu harus bertanggung jawab pada anak Tante," ujar Erina dengan tegas."Silah
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond