Home / Romansa / Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder / Bab 1. SUARA DESAHAN DI RUANG SEBELAH

Share

Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder
Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder
Author: Purple Rain

Bab 1. SUARA DESAHAN DI RUANG SEBELAH

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2023-09-16 20:53:14

“Apakah Kevin sudah datang?”

Bola mata Marissa memindai keadaan sekeliling. Ia tidak menjumpai tunangannya, Kevin Aldous Benneth. Ruang tunggu Galeri Antalya terlihat sepi, hanya beberapa pasang calon pengantin yang sedang melihat desain terbaru galeri tersebut.

"Kenapa kalian diam saja? Apa ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku?" Marissa menatap satu persatu karyawan Galeri Antalya, wajah mereka terlihat pucat pasi.

Marissa dan Kevin telah sepakat, jika tepat jam 2 siang akan melakukan fitting baju pengantin di salah satu galeri ternama di pusat kota. Tapi saat Marissa sudah tiba di lokasi, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Bahkan dari sekian karyawan di sana, tidak ada satupun yang angkat bicara.

“Nona, Nona, tunggu!” cegah salah satu karyawan tersebut ketika melihat Marissa melanjutkan langkahnya ke dalam galeri.

“Ya! Ada apa? Kenapa dengan kalian hari ini ….?" kedua tangan Marissa direntangkan dengan bebas. Tampak dahinya berkerut karena merasa heran dengan keanehan yang terjadi siang ini.

"M-Maaf, Nona." Karyawan tersebut buru-buru melepaskan pegangan tangannya, lalu mereka berdua hanya bisa menatap dalam kebungkaman. 

Kepala Marissa menoleh ke arah lain dengan cepat, saat ada sesuatu yang mengusik pendengarannya. 

“Nona. Jangan ….!” kepalanya menggeleng pelan dengan tatapan yang—entah.

"Diamlah! Aku tidak butuh alasan kalian," jawab Marissa yang memperlihatkan gestur wajah tak suka. 

Seketika itu juga karyawan galeri tidak berani membantah. Mereka pun menunduk dan meremas kedua telapak tangan. Sehingga semakin menimbulkan keanehan di benak, Marissa.

"Jangan berhenti! Aku mohon," sayup terdengar suara dari salah satu ruangan. Suara itu bagai terbawa angin lalu dan sampai di gendang telinga, Marissa.

"Sepertinya aku mengenal suara itu …." gumam Marissa dengan langkah sedikit terburu-buru.

“Tidak, Nona. Sebaiknya Anda jangan ke sana!”

Gadis berambut ikal tersebut tidak menghiraukan suara karyawan galeri yang berusaha mati-matian menghentikan aksinya. Marissa tetap masuk ke dalam meski ia harus menahan seluruh tubuhnya yang mulai gemetar hebat.

“Lebih cepat, Kevin! Aku sudah tidak bisa menahannya ….”

Suara desahan di balik pintu itu benar-benar mengusik telinganya. Ia mengepalkan tangan kanan dengan erat. Bibir Marissa mengatup hingga memperlihatkan rahangnya yang mengeras. Entah mengapa ia bisa merasakan jika akan ada hal buruk setelah Marissa berhasil mengetahui sesuatu di balik pintu ruang fitting itu.

"Huft ….! Tenanglah, Marissa!” Marissa mencoba untuk meredam perasaannya sendiri. 

Ia harus menerima kenyataan saat tangannya berhasil membuka handle pintu. Hampir saja Marissa terjatuh karena tiba-tiba saja tubuhnya terasa ringan. Untung, gadis bermata kecoklatan itu memegang handle pintu dengan cukup kuat.

"K-Kevin, J-Joanna ….! A-Apa yang sudah kalian lakukan?" 

Kelopak mata Marissa terbuka lebar saat mendapati calon suami dan adiknya sedang melakukan sesuatu yang tidak senonoh di dalam ruangan itu. 

"Sial ….!" Joanna kebingungan ketika hendak bersembunyi dan menutupi tubuhnya yang sudah terbuka sebagian.

"Joanna, tunggu dulu! Jangan pergi!" Marissa berusaha menghadang adik perempuannya itu agar tidak meninggalkannya begitu saja.

Ya! Joanna harus menjelaskan semua kekacauan yang telah dilakukannya sore ini. Bisa-bisanya gadis itu langsung hengkang tanpa pamit. Bahkan ia tidak mengucapkan satu kalimat permintaan maaf kepadanya.

“Lepaskan aku, Marissa!” bola mata Joanna membulat, hingga membuat Marissa terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan oleh adik perempuannya tersebut.

"Dia tidak ada urusannya denganmu. Hadapilah aku, Marissa!" Kevin meraih tangan Marissa agar gadis itu tidak mengejar, Joanna Spencer.

“B-Bisa-bisanya kalian berkhianat di belakangku?” ia memandang Kevin dengan tatapan tak percaya.

Beberapa karyawan Galeri Antalya yang berdiri di ambang pintu pun menyingkir dengan sendirinya ketika Kevin meraih pintu dan menutupnya dengan satu kali gerakan. Sudah seharusnya mereka tidak mencampuri urusan orang lain, apalagi saat ini kejadian yang tengah diributkan adalah sesuatu yang sangat memalukan.

"Apa yang sudah kamu lakukan? Jangan menyentuhku! Singkirkan tanganmu itu dariku! Sangat menjijikkan,” Marissa menghempaskan tangan Kevin yang telah berani menyentuhnya. Ia tidak sudi bersinggungan setelah tangan itu berhasil menggerayangi tubuh adiknya.

“Jangan munafik, Marissa!” hardik Kevin dengan emosi meluap karena hasratnya tidak tersalurkan seperti keinginannya.

“Kamu yang munafik, Kevin! Kamu ingin memutar balikkan fakta dan menyalahkan aku?" Marissa menunjuk dirinya sendiri tepat di depan dada. Raut wajahnya mendeskripsikan perasaan kecewa yang mendalam.

"Kenapa ini terjadi di saat tanggal pernikahan kita sudah di depan mata?" tatapannya begitu tajam menatap Kevin dengan begitu muak. Marissa merasa sia-sia telah menjaga kesetiaannya selama ini, jika pada akhirnya ia masih saja ditikung dengan saudaranya sendiri.

"Atau, kalian memang sengaja menggagalkan pernikahan ini?" Marissa mencoba untuk mencari jawaban, kenapa kedua orang terdekatnya sepakat berkhianat.

Marissa memandang pria itu dengan tatapan tak mengerti, kedua alisnya saling bertautan. Ia melihat Kevin kini tengah berkacak pinggang setelah mengacak rambutnya yang ikal. Pria bertubuh jangkung dengan postur 175 centimeter tersebut tiba-tiba terkekeh. Kevin menertawakan Marissa yang terlihat bodoh di matanya.

“Kenapa ….?” Marissa bertanya dengan nada suara dan bibir yang bergetar.

“Kenapa harus dengan adikku, Kevin? Apa tidak ada perempuan lain selain dia?” Marissa terlihat begitu menyedihkan meski ia berusaha untuk bisa berdiri dengan tegak. 

“Sudah puas kamu menghancurkan semuanya?” ia berusaha untuk menahan agar titik embun yang hendak lolos dari kelopak matanya tidak jatuh membasah di kedua pipi.

"Kita tetap menikah!" ujar Kevin dengan suara yang terdengar begitu—dalam.

Marissa menoleh dengan segera, "Apa?! Jangan gila kamu, Kevin!”

“Setelah apa yang kamu lakukan dengan adikku dan sekarang kamu menuntutku untuk terus menjalankan rencana pernikahan ini?” panjang lebar Marissa menumpahkan kekesalan hatinya.

“Jangan mimpi kamu, Tuan! Bangunlah! Tidurmu sudah terlalu lama." Sindir Marissa yang berusaha untuk menyadarkan posisi Kevin saat ini.

"Tidak bisa! Kita harus tetap menikah apapun kondisinya. Karena …." 

"Apa?! Karena apa, hah? Agar kamu bisa bersenang-senang dengan Joanna dan aku sampai puas?" buru-buru Marissa memotong kalimat, Kevin. Pria itupun menghentikan ucapannya, lalu menatap Marissa dengan enggan.

"Dasar maniak!" tuding Marissa saat ia melanjutkan ucapannya kembali.

Napasnya terdengar begitu memburu, ia meluapkan semua emosi yang sedari tadi ditahan. Tapi sia-sia bagi gadis itu. Semakin Marissa marah, semakin Kevin tertawa senang. Seolah-olah pria itu adalah—pemenangnya.

“Diamlah! Tutup mulutmu!” Tangan kanan Kevin sudah menjepit dagu, Marissa. 

Perempuan itu mendongak seiring pergerakan tangan Kevin yang memaksa dirinya untuk menatap wajah menyebalkan tersebut. 

“Kamu pikir, kamu adalah wanita yang hebat? Jangan sombong kamu, Marissa!” ujar Kevin dengan bola mata yang melotot.

“Aku terpaksa menyetujui pernikahan ini karena ada sesuatu yang selama ini tidak kamu ketahui,” Kevin semakin mendekatkan wajah. Marissa bisa merasakan hembusan napas itu menerpa sebagian wajahnya yang dimiringkan.

“Apa yang sedang kamu bicarakan?” wajah Marissa kembali berpaling dan menatap Kevin dengan tajam. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 2. TERLANJUR BASAH

    “Sudah lama aku ingin menyampaikan hal ini kepadamu. Tapi aku masih menghormati posisimu di dalam keluarga, Sawyer.” Perlahan Kevin berusaha menjelaskan alasannya, ia tidak ingin disalahkan begitu saja. “Bicaralah! Sebelum kesabaranku habis,” tantang Marissa dengan bola mata yang bergerak tak tenang. Marissa Sawyer, gadis muda berusia 27 tahun itu telah sukses menjadi seorang CEO di bidang konstruksi. Perusahaan milik keluarganya itu hampir saja gulung tikar sebelum Marissa terjun untuk mengelola sendiri. Gadis itu menjadi pribadi yang mandiri dan kuat seiring berjalannya waktu. Hingga setahun yang lalu, dia bertemu dengan Kevin dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan kisah indah itu, harus berakhir seperti sekarang ini. "Ikut aku!" tiba-tiba saja, Kevin menarik tangan Marissa agar bersedia ikut dengannya. "Hei! Apa-apaan ini?" Marissa hampir saja terjungkal saat ia tidak bisa mengimbangi langkah Kevin yang lebar. Mereka melewati para karyawan yang tidak bisa berbuat banyak k

    Last Updated : 2023-09-24
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 3. SUAMI PENGGANTI 24 JAM

    “Apa kamu gila, Marissa?” Kevin mencoba meminta penjelasan pada, Marissa. Gadis itu melihat ke arah Kevin tanpa mengatakan apapun. Ia diam dengan tatapan yang datar. Posisinya tetap sama, berdiri di hadapan Deniz yang baru saja dilamar agar bersedia menikah dengannya. Deniz Ansel Ghazy, pria berusia 28 tahun itu tidak menyangka bertemu kembali dengan teman masa lalunya—Marissa Sawyer. Ia melihat sosok Marissa yang tidak banyak berubah kecuali, semakin dewasa. “Tidak. Aku tidak gila, justru aku yang melihatmu seperti orang gila.” Sahut Marissa yang berpura-pura mengacuhkan pria itu. “Apa kamu mengenalnya?” tanya Deniz pada, Marissa. Gadis berpostur 165 centimeter tersebut menoleh, ia memanyunkan bibirnya sejenak. Marissa nampak berpikir, lalu dia menggeleng pelan. “Tidak. Aku tidak mengenalnya,” jawab Marissa dengan santai. “Baiklah kalau begitu. Ayo kita pergi dari sini!” ajak Deniz sambil menyodorkan lengannya pada, Marissa. Pria itu berharap agar Marissa segera melingkarkan t

    Last Updated : 2023-09-26
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 4. (BUKAN) PERAWAN TUA

    “Apa yang bisa diharapkan dari perawan tua sepertimu? Mendapatkan pria kaya raya dan hidup enak layaknya kisah Cinderella?” Kevin tertawa lepas saat mendengar penjelasan dari, Marissa. Gadis itu mundur satu jengkal ketika Kevin berusaha merangsek di hadapannya. Dengan perlahan Marissa menurunkan jari telunjuk, Kevin. “Apa kamu takut, Kevin?” sindir Marissa dengan senyuman mengejek. Kevin salah tingkah, bola matanya bergerak tak tentu arah. “T-Tidak! S-Siapa yang takut? A-Aku, takut padamu? Jangan konyol, Marissa!” Kevin mengelak, saat tuduhan Marissa tepat pada sasaran. Pria itu tertawa kecil untuk menutupi perasaan was-was yang tiba-tiba saja menyergapnya. “Ayolah, Marissa! Jangan buang-buang waktu dengan percuma! Bukankah aku telah memberikan pilihan terbaik untukmu?” kata Kevin yang mencoba untuk mengalihkan percakapan yang menurutnya tidak berarti. “Pilihan terbaik? Pilihan terbaik apa?!” dahi Marissa berkerut tanda tidak mengerti. “Aku akan menjamin hidupmu jika kamu menja

    Last Updated : 2023-09-27
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 5. PEMANASAN DI MALAM PERTAMA

    “Dasar gadis aneh! Aku sekarang suami kamu. Bisa tidak, bersikap manis sedikit saja?” Deniz menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh tendangan maut, Marissa. Ia melirik ke sebelah, di mana gadis yang baru saja dinikahinya itu duduk dengan wajah cemberut. Benar saja, Marissa menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan raut wajah yang tidak dapat Deniz deskripsikan. “Tapi kenapa harus kamu? Kenapa Tuhan mengirim kamu sebagai jodohku?” ujar Marissa yang membuat pria itu melebarkan kelopak matanya. “T-Tunggu! Apa maksud dari ucapanmu itu, Nona?” Deniz tersinggung, ia meminta penjelasan dari, Marissa. “Ya itu lah. Seharusnya Tuhan tidak memilih kamu untuk menggantikan, Kevin.” Jawab Marissa dengan begitu polosnya. “Hei, Nona! Memangnya apa kekuranganku?” Deniz tidak terima, ia membuka kedua tangannya. Marissa menoleh, ia memindai sosok pria tersebut dari atas kepala sampai ujung kaki. Kemudian Marissa mengalihkan pandangannya ke depan, ia menghempaskan punggungnya pada sandaran

    Last Updated : 2023-09-28
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 6. PEREMPUAN BAYARAN

    “Kamu dapatkan gadis itu dari mana? Apa kamu membayarnya agar bersedia memenuhi apa yang diinginkan oleh ayahmu?” Suara sumbang itu terdengar begitu menyakitkan di telinga, Marissa. Bisa-bisanya saat ia baru melangkahkan kaki di kediaman keluarga suaminya, Marissa mendapatkan penyambutan yang tidak pernah ia duga.“Apa dia ibumu? Dia menganggapku sebagai wanita murahan yang kamu bayar agar ….”“Diam dulu! Jangan banyak tingkah di sini! Aku sudah menyelesaikan masalahmu, sekarang kamu harus memenuhi janji padaku.” Deniz menyela kalimat yang diucapkan oleh, Marissa. Seketika itu juga Marissa terdiam. Ia melirik tajam ke arah suaminya, lalu ia pun bermonolog dengan dirinya sendiri. “Sial! Dia pikir aku wanita penghibur?”Gadis itu memalingkan muka, ketika wanita berpenampilan paripurna itu memandangnya tanpa berkedip. Marissa mendengus dengan kasar, rasanya ia ingin maju ke depan dan menjambak rambut wanita tersebut tanpa ampun.“Aku datang ke sini tidak untuk bertemu denganmu. Di mana

    Last Updated : 2023-10-14
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 7. PRIA AMBISIUS

    “Apa dia gadis yang kamu ceritakan?” tuan Ghazy menginterogasi mereka di sebuah meja berbentuk bundar.Marissa dan Deniz duduk berdampingan di hadapan pria berperawakan tambun tersebut. Gadis itu menunduk karena merasa telah melakukan satu kesalahan. “Maafkan kami sudah membuat keributan,” jawab Deniz dengan membuka kedua telapak tangan yang bertumpu di atas meja beralaskan kaca tebal.Pria paruh baya itu memicingkan kelopak matanya. “Semua ada tata caranya, Nona. Termasuk apa yang ada di dalam rumah ini,”Marissa semakin menenggelamkan wajahnya ke bawah. Rasanya ia ingin menghilang dari hadapan tuan Ghazy seketika itu juga. Ia pun memilih untuk sedikit merapatkan tempat duduknya pada, Deniz. Marissa mengintip ayah mertuanya dengan sebelah mata, saat tubuhnya tertutup oleh bahu Deniz sebagian.“Aku sudah meminta maaf untuknya, Ayah.” Ujar Deniz agar ayahnya bisa memaklumi sikap, Marissa.Deniz yakin jika gadis itu punya alasan sendiri kenapa Marissa melakukan hal tersebut, tapi tidak

    Last Updated : 2023-10-15
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 8. JANGAN MENGACAUKAN MALAM PERTAMAKU!

    “Kamu begitu ambisius menginginkan semuanya? Bukankah saat ini kamu sudah sukses mendirikan beberapa perusahaan anak cabang? Aset sebanyak itu, apa masih kurang untukmu?” tanya tuan Ghazy yang berjalan sedikit menjauh dari putranya berdiri. Ia mengambil botol minuman dan menuangkan sedikit ke dalam gelas kristal. Tuan Ghazy menyesap pelan vodka yang sebelumnya dicampur dengan bongkahan es balok berbentuk dadu. “Bolehkah aku menjawab? Aku takut Ayah akan lebih sakit hati padaku, setelah mendengarnya.” Jawab Deniz yang kini sedikit lebih tenang dari sebelumnya. “Kenapa tidak? Biarkan istrimu itu mendengarnya. Bukankah dia sudah menjadi bagian dari keluarga ini? Aku harap dia bisa memposisikan dirinya dalam keluarga, Ghazy.” “Aku menuntut hak mama di dalam prusahaan itu,” jawab Deniz tanpa berbeli-belit. “Dia sudah MATI, Deniz!” Benar dugaan, Deniz. Ayahnya pasti marah jika dia menyinggung soal ibunya. Entah apa yang sudah meracuni otak, tuan Ghazy. Sehingga pria paruh baya itu ti

    Last Updated : 2023-10-16
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 9. LINGERIE BERENDA

    “Jadi, ternyata kamu orang kaya hah ….?” sindir Marissa saat kendaraan mereka membelah jalan Ankara. “Aku tidak tahu jika ibu kandungmu sudah meninggal, maaf ….” ujar Marissa yang merasa bersalah sudah berpikiran buruk pada Deniz selama ini.“Kita mau ke mana lagi, Deniz? Tubuhku sudah lelah sekali. Aku sangat merindukan kasurku,” gadis itu bergumam di akhir kalimat. Tapi pria itu tidak kunjung menjawab, meski Deniz bertingkah manja di hadapannya. Marissa melihat Deniz sedang memijat pangkal keningnya yang terasa sakit sejak ia menjejakkan kaki di kediaman—Ghazy.Marissa mencium ke arah ketiaknya sendiri, ada bau tidak sedap berasal dari sana. “Ohhh, tubuhku sudah sangat lengket. Aku mau mandi, tapi aku tidak membawa baju ganti satu pun. Dan aku sangat lapar ….”Marissa terus saja bermonolog dengan dirinya sendiri. Meski ia tahu, jika tidak mendapat tanggapan dari suaminya. Pria itu mendadak jadi pendiam sejak meninggalkan rumah orang tuanya. Bahkan ia tidak melirik Marissa sedikit p

    Last Updated : 2023-10-17

Latest chapter

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   108. HAPPY

    "Seberapa kaya dirimu, Mas?" tanya Marissa saat keduanya tengah menikmati semilir angin di teras balkon bungalow. Pemandangan laut telah menyihir mereka untuk tetap berlama-lama di waktu menjelang siang hari. Matahari bersinar cukup terik, tapi tidak mengusik ketenangan mereka sedikitpun. Bahkan sekarang keduanya tengah menikmati segelas jus nanas untuk Marissa dan segelas wine untuk, Deniz. Deniz memanyunkan bibirnya ketika mendengar pertanyaan dari, Marissa. "Sangat kaya," jawabnya kemudian menyesap minumannya dengan penuh perasaan. "Sebesar apa? Kenapa keluarga Ghazy bisa masuk ke jajaran pengusaha sukses di rate 10 orang terkaya di dunia?" Marissa penasaran, ia ingin mendapatkan satu kisah tentang keluarga Ghazy dari mulut suaminya sendiri. "Kamu tidak akan bisa menghitungnya, apalagi dengan jari-jari lentik itu." Deniz menggeleng pelan, lalu mengalihkan pandangannya ke laut lepas yang ada di hadapannya. Marissa mengarahkan bola matanya ke samping dengan bibir dilipat k

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   107. HAPPY BIRTHDAY

    Kaki jenjang sehalus susu itu berlari kencang menghampiri ombak yang menggulung di bibir pantai. Saat kaki indahnya basah karena sapuan air laut, Marissa tergelak senang. Tawanya begitu lebar hingga kelopak matanya hanya terlihat bagaikan garis melengkung.Deniz tersenyum tipis saat melihat perempuan cantik yang sedang menari dan berputar lincah itu sedang melambaikan tangan ke arahnya. Deniz membalasnya, hingga menampilkan deretan gigi putih rapi miliknya. Ia memilih untuk menikmati panorama senja dengan siluet Marissa yang menawan di hamparan pasir putih, bahagia; itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini.Setelah memuaskan diri dengan hanya menatap presensi Marissa di tepi laut, Deniz yang mengenakan setelan casual pun menggulung celananya hingga batas betis dan berniat untuk ikut bergabung dengan istrinya. Sepertinya berlarian di atas pasir dan mengejar perempuan menawan di depannya dengan sebuah godaan adalah hal yang sangat menyenangkan saat ini, hin

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   106. RENCANA DENIZ

    “Really?” Marissa masih mematung di tempat, bola matanya hampir lepas dengan decak kagum menjadi-jadi.“Kamu belum pernah naik pesawat?” tanya Deniz saat langkah kakinya berhenti tepat di samping, Marissa.Marissa menoleh cepat, ia dengan wajahnya yang tercengang namun bagi Deniz apa yang dilihatnya sungguh menggemaskan. “Ini jet pribadi, Mas.” Jawabnya sangat antusias.“Iya, terus?” Deniz memiringkan kepalanya, nampak dua alisnya saling bertautan.“Kalau naik pesawat di bandara-bandara gitu sih udah biasa, Mas. Marissa kan belum pernah ngerasain naik pesawat pribadi model begini, apalagi ini adalah milik suaminya aku.” Gestur wajahnya berubah-ubah saat menjelaskan, kadang kelopaknya memicing serius, lalu berubah menjadi datar kemudian tergelak senang.Deniz menikmati pemandangan di hadapannya seperti sebuah mukjizat, baginya Marissa bukan hanya sebagai obat dalam hidupnya, namun perempuan itu adalah anugerah dari Tuhan yang diturunkan untuknya. “Milik aku itu juga milik kamu, Sayang

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   105. APRESIASI

    "Jangan telat minum obat, Deniz! Apalagi sengaja untuk lupa," canda dokter Sunny. "Tenang saja Dok, kan sudah ada alarm original buat ingetin aku." Jawab Deniz dengan senyum simpulnya. "Alarm original?" ulang dokter Sunny sambil mengernyitkan keningnya. Deniz melirik Marissa yang duduk di sebelahnya, "Ini alarm original ku, Dok." Senggol Deniz pada lengan istrinya yang sejak datang memilih untuk diam dan tidak banyak bicara. "Idih, apaan sih?" ujar Marissa malu-malu. "Tapi ada benarnya lho, sejak kalian kembali rujuk, aura Deniz berubah menjadi semacam lampu mercusuar yang menerangi lautan lepas." Kata dokter Sunny dengan antusias. "Jokes Anda sungguh terlalu Dokter, segala lampu mercusuar dibawa-bawa ...." Deniz tergelak. "Aku tidak bohong, Deniz. Kamu sebelum kembali dengannya, jangankan rutin melakukan fisioterapi ataupun medical check up. Untuk obat pun kamu sengaja tidak mau menebusnya, padahal dari segi finansial seorang CEO perusahaan manufaktur terbesar di dunia,

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   104. DOUBLE BREAKFAST

    Satu bulan berlalu, sejak masa fisioterapi yang dilakukan Deniz di London kala itu. Kini Deniz aktif melakukan olahraga rutin seperti jogging ringan untuk membantu mempercepat proses pemulihannya. Semua perubahan drastis itu tidak lepas dari peran Marissa yang menyiapkan makanan sehat untuk menyeimbangkan asupan yang masuk ke dalam tubuh, Deniz. "Mas, diminum dulu jusnya." Marissa membawakan satu gelas jus jeruk segar setelah Deniz datang dengan keringat penuh membasah hampir di seluruh tubuhnya. "Makasih Sayang," lalu Deniz menghabiskan jus jeruk di tangannya seperti onta yang sedang berada di tengah gurun Sahara. "Hm ...." jawab Marissa bergumam, tentu saja di bibir berpoles warna pink nude itu tidak lepas menarik garis senyuman. "Oh ya, Mas mau sarapan apa? Aku masakin bentar ya, setelah ini Mas mandi dulu. Kita ada janji lho sama dokter Sunny, aku tidak ingin Mas terlambat untuk itu." Lanjut Marissa yang hendak pergi ke arah dapur. "Eeeh .... tunggu dulu, mau ke mana Sa

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 103. OPTIMIS

    Genap 3 Minggu mereka menghabiskan waktu di London, Inggris. Marissa dengan sabarnya mendampingi Deniz dalam segi pengobatan dan juga kesembuhan mentalnya. Seperti hari ini di mana Marissa menghabiskan waktu setengah harinya melatih Deniz untuk berjalan meskipun masih dengan bantuan tongkat penyangga. Merasa lelah setelah berputar di taman rumah sakit, mereka berdua memutuskan untuk kembali ke dalam ruangan. Tak putus kata semangat Marissa lontarkan, "Bagus Mas, ya, terus .... pelan-pelan, kalau capek kita bisa berhenti dulu." Marissa memegang pinggang Deniz dengan erat, sementara tangan kiri suaminya dilingkarkan pada bahunya agar mereka bisa berjalan secara beriringan. "Kalimat kamu itu, bisa diralat nggak sih?" sahut Deniz dengan napas sedikit tersengal karena menahan nyeri di bagian sendinya. "Kalimat aku? Bagian yang mananya, Mas?" tanya Marissa dengan dua alis menukik tajam. "Kalau kalimat itu terucap lagi dari bibir kamu, bisa-bisa orang menyangka kalau kamu itu lagi a

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 102. LOVE YOU MORE, MAS!

    Marissa masih terjaga saat jarum jam di dinding menunjukkan angka 11 malam. Ia melihat Deniz sudah tertidur pulas sejak kepulangan mereka 4 jam yang lalu. Marissa membuka kacamata minusnya, lalu meletakkan ke samping lembaran dokumen yang baru saja ia pelajari, Marissa harus memenuhi konsekuensinya untuk membantu mengembalikan data perusahaan milik suaminya. seperti yang diketahui sebelumnya data perusahaan yang Deniz pimpin telah bocor, akibat beberapa akses perusahaan manufaktur yang dipegang terakses oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dipijatnya pangkal hidung yang terasa nyeri, "Kenapa tingkat keamanannya tidak berlapis? Padahal perusahaan ini begitu besar. Selama ini mereka fokus ngerjain apa aja sih? Bisa-bisanya data investor, kolega serta pemilik saham bisa kecolongan seperti ini." Monolog Marissa dengan helaan napas berat. Langkah kakinya menuntun Marissa menuju dapur apartemen, ia membuka satu botol Tequila dan menuangkannya ke dalam gelas kristal. Otaknya harus ri

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 101. GIVE ME MORE ++

    Di kursi belakang, Marissa merebahkan bobot tubuh Deniz di atas kursi penumpang. Ia meminta agar Sam memberi mereka waktu sebentar. Berbekal beberapa lembar uang yang diberikan Marissa, Sam pun memilih untuk menunggu dua anak manusia yang tengah terbakar gelora itu di sebuah Coffee Shop. Menyesap kopinya dengan penuh hati-hati, Sam hanya bisa bergumam kala melihat SUV berwarna hitam di tepi parkir tengah bergoyang secara perlahan. Bibirnya berjengit menarik senyuman, lalu menggeleng kecil saat memikirkan apa yang telah terjadi di dalam sana. Kepulan asap yang keluar dari arah pods yang dihembuskan oleh Sam membuat perasaannya sedikit lega. Hingga tiga puluh menit berlalu, belum ada tanda-tanda mereka yang ada di dalam mobil akan menyerah. "Harap maklum, Sam. Mereka sudah menahannya cukup lama ...." monolog Sam pada dirinya sendiri. Dan suara geram tertahan itu berkali-kali lolos dari mulut Deniz saat Marissa mencari kepuasan di bawah sana. Dengan posisinya yang mendominasi di

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 100. JUST CODDLING

    "Sakit, Sayang ...." Peluh Deniz menetes dari keningnya, ia menahan bobot tubuhnya di tiang penyangga yang terdapat di kedua sisi tangannya. Hampir saja menyerah ketika dirinya sudah terlalu nyaman duduk di kursi roda. Penyakit tidak percaya dirinya muncul begitu saja saat dua kakinya tidak lagi mampu berpijak dengan tepat di atas lantai. "Ada aku, Mas. Jangan menyerah!" bisik Marissa sambil mengangkat sebelah tangan suaminya dan meletakkan di bahu agar Deniz tidak terjatuh. Deniz menggeleng lemah, deru napasnya tidak teratur. "Mas duduk dulu, istirahat lah! Aku ambil minum sebentar, Mas." Marissa pergi ke sudut ruang setelah mendudukkan Deniz di sebuah sofa untuk mengambil satu botol air mineral. "Jangan dipaksa, pelan-pelan saja Nyonya Sawyer." Ucap salah satu perawat yang menghampirinya. Marissa menoleh, ia terlihat sangat tegang. "Oh, i-iya." Kata Marissa sambil mengangguk ragu. "Butuh waktu, Nyonya harus bersabar saat mendampingi tuan Ghazy." Sambung perawat di ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status