Hayooo tau apa itu Mama Rafael
“Mama….mama tau apa?” tanya Chalista masih berusaha bertahan di tengah-tengah keadaan yang sangat genting itu. Dia sungguh sudah kehabisan tenaga untuk berpikir lagi. Rasanya apapun yang dia katakan tak akan terrdengar seperti kebenaran lagi karena dia sudah panik setengah mati.Bukannya menjawab, Mayang malah menyibak rambut Chalista yang tergerai panjang itu, hingga memperlihatkan leher jenjangnya. “Mama sudah lihat ini sejak tadi, tapi mama tetap diam mama mau kamu yang terbuka sendiri sama mama,” ucap Mayangg membuat Chalista mengernyit kebingungan.Dia langsung melihat ke arah cermin karena mamanya menunjuk arah leher dan bawah lehernya hingga dia syok sendiri karena melihat bekas ciuman Rafael yang masih berwarna merah keunguan itu terjiplak sempurna di lehernya.Argh! Rafael! Ini semua salah Rafael!“Hm? Kamu mau mengelak bagaimana lagi?” tanya Mayang saat melihat wajah syok Chalista.Sial! Kali ini Chalista benar-benar sudah tak punya pilihan lagi, mau mengelak bagaimanapun sud
Pagi ini, Chalista kembali ke rutinitas awalnya menjadi sekretaris Rafael dan menyembunyikan hubungan mereka dengan rapat-rapat.Chalista dan keluarganya kembali dari Bali dua hari yang lalu dan semuanya berjalan dengan lancar dari berangkat hingga pulang dan mamanya juga tak mencurigai Rafael setidaknya walaupun kini Abian yang tak tau apa apa menjadi kambing hitamnya.Dan hal terkonyol dari semua itu adalah saat Chalista menanyai Rafael dimana pria itu berada pagi itu, Rafael mengatakan ia awalnya memang bersembunyi di kamar mandi dan mendengar suara Mayang dari luar dengan panik Rafael langsung memanjat jendela yang ada di kamar mandi dan meloncat keluar dengan cepat lalu karena ia berpikir Mayang sedang menginterogasi Chalista ia langsung mengetok pintu dengan cepat dari arah luar.Chalista menggelengkan kepalanya jika mengingat kejadian itu lagi karena ia tak pernah merasa setegang itu sebelumnya bahkan wawancara paling mematikan sekalipun tak akan rasanya setegang itu.Namun ha
Chalista tak henti-hentinya tersenyum setelah acara itu selesai dari sepanjang perjalanan dari lorong ballroom acara itu hingga di lantai 2 tempat kerjanya berada, ia sudah seperti orang gila karena terus tersenyum.Jika dipikir pikir sekarang memang tak ada gunanya dia merasa terganggu dengan Monika sama sekali karena walau dia yang berstatus sebagai istri sahnya tapi tetap saja dirinyalah pemilik hati CEO tampan itu.Chalista tersenyum lagi membayangkan tatapan kesal Rafael saat Chalista sengaja menjaga jarak agar tidak terlalu kentara hingga ia menjadi lebih dekat dengan wakil CEO ketimbang Rafael dan pria itu tanpa berpikir langsung menarik pinggangnya dari belakang di depan istrinya sendiri yang hanya bisa duduk sambil melihat itu tanpa tau apa apa tentunya.“Yah..untuk apa aku harus sakit hati hanya karena wanita licik itu!” Chalista berucap untuk menghilankan rasa kesalnya tadi saat melihat keduanya masuk sambil bergandengan dengan decak pujian dari semua orang dan itu sempat me
“Aku? Maksudmu kita melakukannya?” tanya Rafael dengan wajah yang sangat tajam. Dia menatap wajah Monika yang mulai kebingungan karena Rafael terlihat bingung dengan perkataannya barusan.Monika mengerjapkan matanya berkali-kali, posisinya masih diatas pangkuan Rafael walau pria itu tak sudi menyentuh paha Monika. Dia sangat ingat malam itu di Bali, saat dia sudah mnunggu Rafael selama beberapa jam dan akhirnya Rafael masuk. Walaupun mereka sempat bertengkar tapi setelahnya Rafael luluh kembali dan akhirnya mulai menyentuhnya dengan buas.Ya, Monika sangat yakin dia telah berhasil menjebak Rafael, ia sangat yakin malam itu dia melakukannya dengan Rafael.“Kenapa sayang? Apa aku perlu mengingatkanmu bagaimana rasa tubuhku karena kau pura pura tak ingat, hm?” goda Monika sambil menggesekkan gunung kembarnya di dada bidang Rafael membuat dasi pria itu bergeser.Wajah Rafael terlihat menegang, rahangnya mengeras dengan tangan yang dikepalnya dengan sangat erat. Dia sungguh tak tau apa yang
“R-af….ihh bercanda kamu gak lucu tau gak!” kesal Monika mengira Rafael bercanda padahal raut wajah pria itu tidak ada bercandanya sama sekali. “Kenapa sih susah banget bagi kamu buat ngaku, segede itu ya ego kamu padahal aku istri kamu loh Raf,” ucap Monika lagi.Mendengar itu Rafael yang cukup pusing dengan apa yang sebenarnya terjadi memilih diam. Di kepalanya ada dua kemungkinan, pertama adalah tentu wanita ini selingkuh di belakangnya dan melakukannya dengan pria lain tanpa dia ketahui. Kedua adalah ada yang menyusup masuk ke kamar Monika saat dia sedang mabuk tanpa wanita ini ketahui.Rafael terpikir lagi. Siapa pria yang berani masuk ke kamar Monika jika memang dia tidak memiliki hubungan spesial kan? Ya benar! Dugaan Rafael pasti benar wanita ini berselingkuh di belakangnya dan tak tau dirinya telah membeberkannya tanpa sadar.“Kau menikmatinya malam itu?” tanya Rafael lagi seakan belum puas dengan jawaban Monika karena ini terasa sangat lucu baginya. Jelas jelas Rafael bersama
“Ahh sial!” Rafael langsung mendorong Monika saat ia melihat Chalista langsung berlari keluar dengan wajah yang syok bahkan file yang dia bawa hampir jatuh tadi. Pria itu hendak berlari mengejar Chalista sebelum akhirnya Monika yang kebingungan mencegahnya dengan wajah bertanya tanya.“Hey! Kenapa? Kenapa kau ingin mengejarnya?” tanya Monika heran, kenapa suaminya itu terlihat sangat marah saat Chalista masuk?Mendengar itu Rafael langsung sadar akan posisinya dan menghembuskan napasnya kasar sambil membenarkan letak dasinya. Rafael menatap tajam ke arah Monika. “Aku ingatkan tadi itu menjadi kesempatan terakhirmu untuk bermain-main denganku, jika kau melakukannya lagi aku tak akan segan main tangan,” ancam Rafael dengan nada yang tak main-main membuat Monika mematung di sana.Wajahnya sudah memerah karena saking emosinya dia saat ini karena perilaku suaminya itu. Monika mengepalkan tangannya kuat-kuat saat melihat Rafael langsung berjalan dan duduk di kursi kebesarannya tanpa mengangg
“Tidak melakukan apa apa katamu? Semua pria sama saja, aku jelas jelas melihatmu berciuman dengannya disana, kenapa kau terkejut karen aku tiba-tiba masuk?” marah Chalista dengan wajah yang sudah memerah menatap Rafael seakan bisa melahapnya habis saat itu juga.Melihat betapa marah dan kecewanya Chalistanya saat ini membuat Rafael menjadi sangat kesal dengan Monika, karena dialah yang dengan tiba tiba menerjangnya dan menciumnya apalagi Rafael tak akan lupa bagaimana dia sengaja melanjutkan dan memperdalam ciumannya saat Chalista masuk seakan sengaja ingin membuat Chalista cemburu.Walau Rafael tau kalau Monika belum mengetahui hubungan rahasianya dengan Chalista tapi sejak awal dia memang sudah melihat betapa tak sukanya Monika dengan Chalista sejak awal mereka bertemu hingga beberapa hal yang Rafael lihat dimana Monika terlihat iri dengan Chalista karena perhatian mamanya selalu tertuju kepadanya.Ya, walau Rafael pendiam dan tidak terlalu banyak omong, dia mengetahui segalanya. Dia
“Chalista! Seperti yang saya bilang tadi … selanjutnya saya harap kamu bekerja lebih baik lagi!” ucap Rafael langsung dengan nada formal, tapi yang tidak dia tau adalah kenapa dia harus keceplosan memarahi Chalista seperti ini? Padahal dia tak punya salah apa-apa.Mendengar nada tinggi Rafael membuat Chalista langsung menunduk sambil mengangguk. “Baik, Pak saya pastikan kedepannya saya bekerja lebih baik lagi,” jawabnya sedikit canggung, apalagi rombongan karyawan yang datang itu masih mematung di pintu rooftop dengan tatapan syok karena apes harus melihat bos mereka di sana.“Selamat siang Pak Rafael, maaf mengganggu pembicaraannya kami permisi,” ucap salah satu karyawan pria itu langsung mematikan rokoknya karena memang di area dalam kantor dilarang merokok dan kini langsung kepergok bosnya langsung.Melihat itu Rafael hanya mengangguk pelan sambil melihat rombongan karyawan itu langsung ngacir pergi dari sana. Namun, salah satu dari mereka saat turun dari tangga menyadari sesuatu ya