Hahaha kasian deh Monika. Rafael pasti bingung banget
“Aku? Maksudmu kita melakukannya?” tanya Rafael dengan wajah yang sangat tajam. Dia menatap wajah Monika yang mulai kebingungan karena Rafael terlihat bingung dengan perkataannya barusan.Monika mengerjapkan matanya berkali-kali, posisinya masih diatas pangkuan Rafael walau pria itu tak sudi menyentuh paha Monika. Dia sangat ingat malam itu di Bali, saat dia sudah mnunggu Rafael selama beberapa jam dan akhirnya Rafael masuk. Walaupun mereka sempat bertengkar tapi setelahnya Rafael luluh kembali dan akhirnya mulai menyentuhnya dengan buas.Ya, Monika sangat yakin dia telah berhasil menjebak Rafael, ia sangat yakin malam itu dia melakukannya dengan Rafael.“Kenapa sayang? Apa aku perlu mengingatkanmu bagaimana rasa tubuhku karena kau pura pura tak ingat, hm?” goda Monika sambil menggesekkan gunung kembarnya di dada bidang Rafael membuat dasi pria itu bergeser.Wajah Rafael terlihat menegang, rahangnya mengeras dengan tangan yang dikepalnya dengan sangat erat. Dia sungguh tak tau apa yang
“R-af….ihh bercanda kamu gak lucu tau gak!” kesal Monika mengira Rafael bercanda padahal raut wajah pria itu tidak ada bercandanya sama sekali. “Kenapa sih susah banget bagi kamu buat ngaku, segede itu ya ego kamu padahal aku istri kamu loh Raf,” ucap Monika lagi.Mendengar itu Rafael yang cukup pusing dengan apa yang sebenarnya terjadi memilih diam. Di kepalanya ada dua kemungkinan, pertama adalah tentu wanita ini selingkuh di belakangnya dan melakukannya dengan pria lain tanpa dia ketahui. Kedua adalah ada yang menyusup masuk ke kamar Monika saat dia sedang mabuk tanpa wanita ini ketahui.Rafael terpikir lagi. Siapa pria yang berani masuk ke kamar Monika jika memang dia tidak memiliki hubungan spesial kan? Ya benar! Dugaan Rafael pasti benar wanita ini berselingkuh di belakangnya dan tak tau dirinya telah membeberkannya tanpa sadar.“Kau menikmatinya malam itu?” tanya Rafael lagi seakan belum puas dengan jawaban Monika karena ini terasa sangat lucu baginya. Jelas jelas Rafael bersama
“Ahh sial!” Rafael langsung mendorong Monika saat ia melihat Chalista langsung berlari keluar dengan wajah yang syok bahkan file yang dia bawa hampir jatuh tadi. Pria itu hendak berlari mengejar Chalista sebelum akhirnya Monika yang kebingungan mencegahnya dengan wajah bertanya tanya.“Hey! Kenapa? Kenapa kau ingin mengejarnya?” tanya Monika heran, kenapa suaminya itu terlihat sangat marah saat Chalista masuk?Mendengar itu Rafael langsung sadar akan posisinya dan menghembuskan napasnya kasar sambil membenarkan letak dasinya. Rafael menatap tajam ke arah Monika. “Aku ingatkan tadi itu menjadi kesempatan terakhirmu untuk bermain-main denganku, jika kau melakukannya lagi aku tak akan segan main tangan,” ancam Rafael dengan nada yang tak main-main membuat Monika mematung di sana.Wajahnya sudah memerah karena saking emosinya dia saat ini karena perilaku suaminya itu. Monika mengepalkan tangannya kuat-kuat saat melihat Rafael langsung berjalan dan duduk di kursi kebesarannya tanpa mengangg
“Tidak melakukan apa apa katamu? Semua pria sama saja, aku jelas jelas melihatmu berciuman dengannya disana, kenapa kau terkejut karen aku tiba-tiba masuk?” marah Chalista dengan wajah yang sudah memerah menatap Rafael seakan bisa melahapnya habis saat itu juga.Melihat betapa marah dan kecewanya Chalistanya saat ini membuat Rafael menjadi sangat kesal dengan Monika, karena dialah yang dengan tiba tiba menerjangnya dan menciumnya apalagi Rafael tak akan lupa bagaimana dia sengaja melanjutkan dan memperdalam ciumannya saat Chalista masuk seakan sengaja ingin membuat Chalista cemburu.Walau Rafael tau kalau Monika belum mengetahui hubungan rahasianya dengan Chalista tapi sejak awal dia memang sudah melihat betapa tak sukanya Monika dengan Chalista sejak awal mereka bertemu hingga beberapa hal yang Rafael lihat dimana Monika terlihat iri dengan Chalista karena perhatian mamanya selalu tertuju kepadanya.Ya, walau Rafael pendiam dan tidak terlalu banyak omong, dia mengetahui segalanya. Dia
“Chalista! Seperti yang saya bilang tadi … selanjutnya saya harap kamu bekerja lebih baik lagi!” ucap Rafael langsung dengan nada formal, tapi yang tidak dia tau adalah kenapa dia harus keceplosan memarahi Chalista seperti ini? Padahal dia tak punya salah apa-apa.Mendengar nada tinggi Rafael membuat Chalista langsung menunduk sambil mengangguk. “Baik, Pak saya pastikan kedepannya saya bekerja lebih baik lagi,” jawabnya sedikit canggung, apalagi rombongan karyawan yang datang itu masih mematung di pintu rooftop dengan tatapan syok karena apes harus melihat bos mereka di sana.“Selamat siang Pak Rafael, maaf mengganggu pembicaraannya kami permisi,” ucap salah satu karyawan pria itu langsung mematikan rokoknya karena memang di area dalam kantor dilarang merokok dan kini langsung kepergok bosnya langsung.Melihat itu Rafael hanya mengangguk pelan sambil melihat rombongan karyawan itu langsung ngacir pergi dari sana. Namun, salah satu dari mereka saat turun dari tangga menyadari sesuatu ya
Chalista duduk termenung sambil menatap layar komputer di depannya. Dia duduk tenang di meja sekretaris yang memang lebih spesial tapi masih ada di ruangan yang sama dengan meja beberapa karyawan inti perusahaan.Ting!Sebuah pesan dari hpnya masuk membuat Chalista langsung menoleh dengan cepat apalagi nama yang muncul di sana adalah nama orang yang tengah dia pikirkan saat ini.Pak Rafael : jangan lupa tambahkan jadwal makan malam saya dengan pacar sayaChalista hanya bisa senyam senyum seperti orang gila saat dia melihat pesan yang dikirim Rafael itu karena saat ini ia sedang merancang jadwal padat bosnya itu untuk dinasnya ke Singapura selama 5 hari itu dengan dirinya tentunya.Tepat saat ia sedang memikirkan apa lagi jadwal yang dikirim Rafael leway email tiba-tiba pria itu mengirimnya pesan yang berlagak seakan Chalista bukan orang yang akan dia ajak untuk makan malam di sana nanti. Tak henti-hentinya ia tersenyum saat melihat beberapa pesan Rafael kepadanya karena rasanya seperti
“Eitt mau kemana? Bukannya mau masuk tadi?” goda Abian sambil mencekal tagan kanan Chalista yang hendak langsung kabur dari dekat mobil Abian itu namun gagal karena kini pria itu mencegahnya untuk pergi.Sial! Chalista mengumpat dalam hatinya saat Abian tak mengizinkannya pergi karena ada banyak sekali rekan kerjanya yang berlalu lalang di depan gedung perusahaan ini karena memang sudah jam pulang.“Lepas!” bentak Chalista dengan nada kesal saat ekspresi Abian sudah berubah menjadi sangat menyebalkan membuat Chalista ingin memukul wajah pria itu. “Bian, banyak yang lihat kamu gila?” kesal Chalista karena jika ia berdiri di luar pintu dengan setngah badan di dalan mobil maka orang orang akan curiga, buktinua ada banyak orang yang memandang Chalista hingga ia harus tersenyum kikuk sebagai balasannya.“Kenapa kalau banyak yang lihat? Bagus dong, mereka pasti langsung tau siapa aku,” ucap Abian dengan entengnya membuat Chalista menutup matanya sambil menghembuskan napasnya pelan untuk mene
BRAK!!Abian keluar dari mobil mewahnya dengan membanting pintu membuat semua pegawai dan orang yang melintas syok melihat siapa yang keluar dari mobil mewah itu.“HAH ITU ABIAN ALEXANDER!!”“Wah!! Dia benar benar tampan!”“Ya ampun apa yang dia lakukan di daerah perusahaan Adijaya?”“Apa mereka bertengkar?”Suasana menjadi semakin ricuh karena sampai ada kerumunan saat Abian keluar dari mobil ditambah ada yang smapai merekam kejadian itu membuat Chalista ingin kabur tapi tak ada gunanya lagi karena dia sudah dikelilingi orang-orang yang mengerumuninya mmebentuk lingkaran.Sudah tak ada jalan untuk kabur lagi. “Ahh sial ini hari yang benar-benar buruk!” keluh Chalista sambil sedikit menunduk untuk menyembunyikan wajahnya walau dia tau itu tak berguna lagi karena semua ornag sudah melihat wajah Chalista.“HAH??? PAK- PAK RAFAEL!” Seseorang berteriak lebih kencang saat Rafael juga memutuskan keluar dari mobilnya yang tadi menabrak mobil Abian entah dengan sengaja atau tidak tapi melihat