vote for next thank youu
“Rafael, Chalista kenapa diem di situ ayo ke sini!” ucap Mayang lagi sambil melabaikan tangannya membuat lamunan kedua orang itu sontak buyar karena mereka sadar situasi saat ini.Rafael langsung berjalan setelah berdehem pelan untuk menetralkan tenggorokannya dan mengatur ekspresinya kembali untuk bisa menyapa keluarga Monika.Setiap derap langkah yang dia ambil, perasaan tak enak mulai menjalar disekujur tubuhnya. Tidak, bukan karena ada keluarga Monika disini yang menatapnya dengan senyuman, atau Monika yang secara tiba-tiba menunjukkan senyuman manis yang membuatnya seketika merinding.Tidak bukan karena itu semua, melainkan karena firasatnya tidak pernah salah. Ya, Rafael sudah membuktikannya berkali-kali tentang hal ini, ada banyak kejadian di hidupnya dimana dia mengabaikan firasatnya dan yang terjadi malah sama persis.Hal ini terjadi tepat beberapa waktu lalu. Saat Rafael sedang melakukan honeymoon palsunya dengan Monika ke Prancis. Saat itu, disepanjang perjalanan hanya ada s
Rafael sontak menjatuhkan kotak hadiah dan isinya yang dia pegang. Tatapannya sangat terkejut, apalagi saat salah satu pembantu yang memegang hp tadi merekamnya lebih dekat.Sebelum dia sempat berucap sepatah kata pada Monika, seluruh orang di sana kecuali Chalista tiba-tiba berteriak kencanf, “SURPRISE!!”Teriakan semua orang itu semakin menambah keterkejutan Rafael. Mama papa, dan mertuanya semuanya kompak berteriak smabil tertawa mentertawakan ekspresi syok Rafael, dan dia baru sadar kalau pelayan yang membawa hp tadi sudah bersiap untuk merekamnya saat dia duduk.“RAFAEL! Kamu akan segera menjadi seorang ayah!” pekik mamanya kegirangan dengan segelintir air mata terharu di pelupuk matanya.Rafael masih mematung kala itu, sambil menatap wajah Monika dengan tatapan tak percaya. Apa yang barusaja dia dengar? Monika menyatakan kehamilannya? Dengan berani saat jelas jelas Rafael tidak pernah menyentuhnya sama sekali.Jantungnya hampir berhenti berdetak saat mendengar itu.Eskpresi semu
“Sayang…kenapa malah bengong, sih?” Chalista langsung menoleh saat dia melihat Monika memegang pundak Rafael dengan tatapan memuja.Sebelumnya semuanya bahagia sambil berteriak mengatakan kalau ini adalah hadiah untuk Rafael tapi pria itu sama sekali tak terlihat bahagia, atau berusaha berpura pura bahagia di depan mertuanya.Chalista melihat dan mengamati itu semua dari tadi. Kurang lebih keterkejutannya sama seperti Rafael saat ini. Dia juga langsung mematung saat mendengar Monika dengan beraninya mengatakan dirinya hamil, saat jelas jelas dirinya tau kalau itu bukan anak kandung Rafael.Ternyata semua yang Chalista ketahui tentang rencana Monika selama ini tidak ada yang meleset sama sekali. Saat dia tau Monika hamil, dan berencana untuk menjebak Rafael di liburan keluarga ke Bali itu Chalista pikir masalah akan selesia saat kini Rafael sudah tau semuanya.Tapi, hal terpenting seperti ini luput dari pikirannya selama ini.Chalista menatap steak di depannya dengan tak berselera sama
Chalista memainkan jemari tangannya saat dia sudah tiba di ruangan minimalis yang merupakan ruang kerja papanya. Tatapannya sendari tadi mengarah pada punggung papanya yang berjalan di depannya dengan jantung yang berdebar kencang hingga akhirnya keduanya sampai di ruangan kerjanya.Wanita cantik itu menelan ludahnya susah payah, apalagi saat melihat tatapan mematikan milik papanya di depannya ini. Hawa ruangan beurbah menjadi mencekam, dan itu membuat Chalista sangat ketakutan.Sepanjang hidupnya, mulai dari ia diadopsi hingga sekarang, Abimanyu adalah pria yang paling Chalista takuti. Aura dan wibawanya yang seakan akan bisa merendahkan Chalista hanya dari tatapan matanya saja. Bagi Abimanyu, orang seperti Chalista ini adalah sampah.Kenapa sampah? Itu karena dia berasal dari keluarga yang tak jelas, bahkan bukan hanya tak jelas melainkan Chalista yatim piatu, dia berasal dari panti asuhan yang memang selalu dikunjungi keluarga Adijaya karena mereka adalah donatur panti asuhan tempat
Abimanyu terlihat sangat panik ketika melihat istrinya tiba-tiba datang ke ruangan kerjanya saat dia sedang memberi pelajaran pada anak kesayangannya ini. Ekspresinya yang biasanya tenang dan terkontrol kini terlihat gugup, dengan mata yang terus menatap ke arah Chalista untuk mengancam wanita itu dengan tatapan tajamnya.Mayang berjalan mendekat ke arah Chalista, dengan ekspresi yangs semulanya penasaran dengan pembicaraan suaminya dengan putrinya namun saat melihat wajah ketakutan, tangan yang bergetar, dan air mata yang hampir turun dari wajah Chalista membuat Mayang langsung syok.Dia berucap dengan nada menuntut, setengah berteriak, “Sayang, pipi kamu kenapa?”Chalista yang melihat mamanya mendekat tadi berusaha membuang mukanya dan mengatur tatanan rambutnya agar pipinya yang memerah tidak terlihat namun semuanya sudah terlambat, karena Mayang sudah melihatnya saat dia berjalan mendekat.Suasana kini menjadi menegangkan, dengan Chalsita yang menjadi korban dan tatapan Abimanyu ya
Flashback Rafael’s PovRafael langsung bangkit saat orang tua Monika berpamitan untuk pulang, tapi tangan dari Monika terus saja melingkar di lengannya seakan dia tak mau melepaskan Rafael atau berada jauh darinya.Ada banyak sekali hal yang lewat di pikiran Raafel saat ini hingga dia tak punya tenaga untuk marah lagi dengan Monika. Rasanya itu lebih dari sekedar kemarahan. Rafael benci, jijik, heran, tak habis pikir dan segala hal yang membuat kepalanya rasanya hampir pecah saat ini juga.Rafael sebenarnya sengaja bangun dengan cepat dan berjalan menyusul mama dan papanya ke pintu depan untuk mengantar orang tua Monika ke depan pintu agar Monika bisa menjauh sebentar darinya dan membiarkannya bernapas walau sebntar saja tapi wanita itu tidak melakukannya.Dia terus menempel pada Rafael seakan akan dia tidak pernah melakukan kesalahan atau merasa bersalah sedkitpun. Seakan akan dia tak pernah melakukan hubungan terlarang dengan supir pribaidnya lalu menjebak Rafael ke dalam pernikahan
Rafael menatap wajah Monika dengan tatapan muak. Sungguh, wanita ini membuatnya kehabisan kata kata. Rafael bahkan tak tau harus mulai darimana untuk mengatakan semuanya.Kini Monika sedang berdiri dengan tatapan kesaal. Matanya melotot sempurna ke arah suaminya itu. Dari raut wajahnya Monika benar benar terlihat kecewa. Mungkin karena harapannya tidak sesuai dengan apa yang terjadi saat ini.Wanita itu terlihat mengepalkan tangannya, dan semua kemarahannya saat ini dilayangkan pada Rafael sendiri.Sementara pria itu, bahkan sudah kehabisan tenaga untuk merasa lelah. Lelah saja tidak cukup untuk mendeskripsikan bagaimana perasaannya pada Monika.“Apa maksudmu mengatakan itu?” Suara bariton milik Rafael memecah keheningan antara dua orang di ruangan kamar yang sangat luas itu. Tatapan Rafael sangat dalam, banyak hal yang sedang berkecamuk di pikirannya saat ini, tapi dia berusaha mati matian untuk menahan emosinya yang membuncah saat ini.Semua hal terlintas di pikirannya. Papa dan mama
Wajah Monika memerah sepenuhnya. Bibirnya bergetar seiring dia ingin menanyakan apa maksud perkataan Rafael tadi. Wanita itu masih mencerna apa yang suaminya katakan tadi.Apa mungkin ia salah dengar?Ya, pasti dia salah dengar. Tidak mungkin Rafael mengetahui rencananya itu karena pria itu sudah mabuk dan tidak mungkin bisa mengingat semuanya.Monika masih termenung dan tenggelam dalam pikirannya sendiri saat Rafael melanjutkan ucapannya. “Kenapa, hm?” Pertanyaan Rafael sukses membuat Monika terkesiap dengan wajah tertekuk sambil menatap Rafael kembali.“A-Apa maksud perkataanmu tadi sayang? O-Obat apa aku bahkan tidak paham apa yang sedang kau bicarakan,” ujar Monika dengan nada yang dibuat buat.Rafael tersenyum dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Pria berpakaian santai itu hanya memasukkan kedua tangannya di saku celana yang dia pakai. Gaya khas seorang Rafael.Pria itu kemudian memiringkan kepalanya masih dengan senyuman kecilnya yang berhasil membuat Monika bergidik ng