Hallo maaf ya telat update setelah ini bakal lebih seru ceritanya nantikan selalu ya kisah Chal dan Rafael sampai happy ending nanti
Flashback Rafael’s PovRafael langsung bangkit saat orang tua Monika berpamitan untuk pulang, tapi tangan dari Monika terus saja melingkar di lengannya seakan dia tak mau melepaskan Rafael atau berada jauh darinya.Ada banyak sekali hal yang lewat di pikiran Raafel saat ini hingga dia tak punya tenaga untuk marah lagi dengan Monika. Rasanya itu lebih dari sekedar kemarahan. Rafael benci, jijik, heran, tak habis pikir dan segala hal yang membuat kepalanya rasanya hampir pecah saat ini juga.Rafael sebenarnya sengaja bangun dengan cepat dan berjalan menyusul mama dan papanya ke pintu depan untuk mengantar orang tua Monika ke depan pintu agar Monika bisa menjauh sebentar darinya dan membiarkannya bernapas walau sebntar saja tapi wanita itu tidak melakukannya.Dia terus menempel pada Rafael seakan akan dia tidak pernah melakukan kesalahan atau merasa bersalah sedkitpun. Seakan akan dia tak pernah melakukan hubungan terlarang dengan supir pribaidnya lalu menjebak Rafael ke dalam pernikahan
Rafael menatap wajah Monika dengan tatapan muak. Sungguh, wanita ini membuatnya kehabisan kata kata. Rafael bahkan tak tau harus mulai darimana untuk mengatakan semuanya.Kini Monika sedang berdiri dengan tatapan kesaal. Matanya melotot sempurna ke arah suaminya itu. Dari raut wajahnya Monika benar benar terlihat kecewa. Mungkin karena harapannya tidak sesuai dengan apa yang terjadi saat ini.Wanita itu terlihat mengepalkan tangannya, dan semua kemarahannya saat ini dilayangkan pada Rafael sendiri.Sementara pria itu, bahkan sudah kehabisan tenaga untuk merasa lelah. Lelah saja tidak cukup untuk mendeskripsikan bagaimana perasaannya pada Monika.“Apa maksudmu mengatakan itu?” Suara bariton milik Rafael memecah keheningan antara dua orang di ruangan kamar yang sangat luas itu. Tatapan Rafael sangat dalam, banyak hal yang sedang berkecamuk di pikirannya saat ini, tapi dia berusaha mati matian untuk menahan emosinya yang membuncah saat ini.Semua hal terlintas di pikirannya. Papa dan mama
Wajah Monika memerah sepenuhnya. Bibirnya bergetar seiring dia ingin menanyakan apa maksud perkataan Rafael tadi. Wanita itu masih mencerna apa yang suaminya katakan tadi.Apa mungkin ia salah dengar?Ya, pasti dia salah dengar. Tidak mungkin Rafael mengetahui rencananya itu karena pria itu sudah mabuk dan tidak mungkin bisa mengingat semuanya.Monika masih termenung dan tenggelam dalam pikirannya sendiri saat Rafael melanjutkan ucapannya. “Kenapa, hm?” Pertanyaan Rafael sukses membuat Monika terkesiap dengan wajah tertekuk sambil menatap Rafael kembali.“A-Apa maksud perkataanmu tadi sayang? O-Obat apa aku bahkan tidak paham apa yang sedang kau bicarakan,” ujar Monika dengan nada yang dibuat buat.Rafael tersenyum dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Pria berpakaian santai itu hanya memasukkan kedua tangannya di saku celana yang dia pakai. Gaya khas seorang Rafael.Pria itu kemudian memiringkan kepalanya masih dengan senyuman kecilnya yang berhasil membuat Monika bergidik ng
Monika kini benar benar mati kutu. Seluruh tubuhnya rasanya akan ambruk saat ini juga. Netranya fokus menatap sebuah video dari layar hp yang sedang Rafael putar.Tenggorokannya rasanya terkecat, dia menelan ludahnya susah mayah dan tangannya terkepal kuat.Setelah Rafael mengatakan hal yang membuat Monika bungkam, pria tampan itu langsung mengeluarkan hpnya dari kantong celananya. Kemudian, dia membuka hpnya dan memutarkan sebuah video.Bukan vidio biasa, melainkam video yang dapat mengakhiri hidupnya saat ini juga.Video cctv di villa saat di Bali itu.Rafael benar benar menikmati wajah syok dan panik yang diperlihatkan oleh Monika. Entah sudah berapa lama Rafael sudah menahan semua ini dan rasanya dia sudah gatal sejak dulu ingin membungkam istrinnya ini tapi ternyata waktu yang paling tepat dia pikir adalah sekarang.Sebenarnya rencana Rafael sudah mulus, dia akan mengancam Monika dengan video ini segera agar dia mau menandatangani sebuah perjanjian pernikahan yang tentunya lebih m
“AKU SUDAH CUKUP RAF SELAMA INI MENAHAN SEMUANYA. SEKARANG AKU GAK KUAT. AKU CUMA MAU CINTA DAN KASIH SAYANG DARI KAMU TAPI KAMU GAK PERNAH BISA NGASIH KE AKU!” Monika menangis sambil meneriaki Rafael.Posisinya saat ini benar benar sangat berbahaya. Monika berdiri di pembatas balkon yang ada di lantai 3. Posisinya benar benar sangat berbahaya, jika jatuh dari sana maka kemungkinan Monika bisa tewas mengenaskan.Sial!Rafael tak pernah membayangkan wanita ini akan menjadi segila ini.Dengan langkah pelan, Rafael berjalan mendekat ke arah balkon sambil meminta Monika untuk tenang. “Monika….tenang. Mati di sini tidak akan menyelesaikan masalah.” Ucapan Raafel sukses membuat emosi Monika semakin membuncah.Chalista disisi lain yang melihat semua itu langsung berlari menghampiri Rafael dengan tergesa gesa. “R-Raf!..Kak Raf! Suara Chalista bergetar saat memanggil nama suaminya itu, di hadapan istri sahnya.Dia sungguh bingung apa yang sebenarnya terjadi di sini, tapi melihat dari raut wajah
“DOKTER!! BAGAIMANA KEADAAN MENANTU SAYA?” Mayang langsung menghampiri dokter yang memeriksa Monika, disusul oleh mama dan papa Monika.Keadaan di lorong rumah sakit itu sangat kacau, ada banyak orang yang menunggu di sana dengan raut wajah yang panik. Begitu juga dengan dokter itu yang merasa cukup gugup karena dia memeriksa menantu dari pemilik rumah sakit ini, Abimanyu.Dokter itu menarik napasnya pelan sebelum berucap. DIa sudah menganggukkan kepalanya pada Abimanyu sebagai tanda hormat sebelum dia berucap tapi ada banyak sekali orang yang mengerumuninya saat dia barusaja keluar sehabis memeriksa keadaan Monika. “Dokter…anak saya baik baik saja kan?” Suara mama Monika bergetar saat menanyakannya, dia sungguh khawatir bukan main saat diberikan kabar kalau putri kesayangannya jatuh dari balkon.Seluruh keluarga ada di sana, baik keluarga Monika maupun keluarga Rafael. Begitu juga dengan Rafael dan Chalista yang berdiri dengan posisi yang berjauhan agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Suara dari pria yang sangat Rafael kenali itu membuat perhatiannya teralihkan. Rafael hendak langsung menjawab agar masalah ini tidak menjadi panjang, dia ingin berbohong saja terlebih dahulu mengingat dia merasa ini bukan waktu yang tepat untuk membongkar semuanya.Tapi, saat semuanya sedang hening dan menunggu jawaban dari Rafael, salah satu sumber masalah dari semua ini tiba tiba masuk ke ruangan rawat inap milik Monika.Marco, pria berbadan tinggi dengan kulit sedikit gelap itu terlihat membawa beberapa tas yang berisi perlengkapan majikannya, Monika karena memang Monika akan dirawat selama beberapa hari.Tatapan Rafael sangat dalam, mengarah ke Marco. Bukan tatapan marah ataupun benci, tapi sebagai seorang pria Rafael tentu sangat paham bagaimana perasaan Marco.Pria ini pertama kali Rafael temui 2 hari sebelum pernikahannya dengan Monika. Ya, tepat beberapa jam sebelum tragedinya dengan Chalista terjadi. Saat itu Marco masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu dan melihat Rafael t
Suara remasan dari botol kaleng terdengar di rooftop sebuah rumah sakit mewah di kawasan Jakarta Pusat. Rafael, pria tampan dengan wajah yang terlihat marah itu menatap jauh diantara gedung gedung tinggi pencakar langit yang memang terlihat dari atas sini.Beberapa botol minuman kaleng lainnya berderet di sampingnya, Rafael sudah banyak sekali meminum minuman soda itu yang merupakan bukan hal biasa. Rafael biasanya tidak meminum minuman kaleng seperti itu dengan alasan kesehatan, ya karena itu mengandung banyak sekali gula tapi terkadang saat ia merasa setres, hanya itu obat yang dapat membuatnya merasa lebih tenang.Ekspresi pria itu terlihat begitu marah, apalagi dia selalu meremas dengan keras botol kaleng itu setelah menegak isinya dengan habis. Sementara itu waktu sudah hampir malam dan Rafael masih berdiri di sana sejak jam 5 sore tadi.Beberapa kali Rafael mengabaikan panggilan dari mamanya bahkan Chalista. Karena dia ingin sendiri saat ini. Rafael tadi berbohong mengatakan kala