thank you for your vote everyone
“MAS…Pak Rafael anda langsung keluar begitu saja?” pekik Chalista di lorong gedung perusahaan Rafael itu. Mereka ada di lantai 10 dan beberapa pegawai lainnya terlihat menyapa Rafael saat Chalista salah mengucapkan nama pria itu.Bisa bisanya dia memanggil Rafael dengan sebutan ‘mas’ di sini. Dia keceplosan di waktu yang tidak tepat. Walaupun sebagian besar pegawai di sini berbahasa Inggris namun tidak menutup kemungkinan kan ada pegawai dari Indonesia yang bekerja di perusahaan baru Rafael ini dan mencurigainya karena memanggil Rafael dengan sebutan ‘mas’?Argh! Begini jadinya kalau Chalista panik. Dia langsung mengejar Rafael yang tiba-tiba keluar begitu saja tanpa menunggu Mr.Nick menyelesaikan ucapannya sebelumnya.CHalista hanya khawatir ini malah semakin buruk. SIapa tau kan Mr.Nick masih punya sesutau yang ingin diucapakan? Tapi Rafael malah memutus sepihak pembicaraan mereka setelah berhasil membungkam Mr,Nick dengan bocoran data kondisi perusahannya.Rafael benar benar kejam.
“Mas…kita harus ke tempat acaranya sebentar lagi,” ucap Chalista di sisa kesadarannya saat Rafael mulai mencumbu area lehernya dengan sangat bergairah.Pria itu dengan kasar langsung mengesampingkan rambut panjang Chalista dan mulai mengecup leher jenjang wanita itu.Chalista langsung menggelinjang saat merasakan kenikmatan yang diberikan pria itu.Dia berusaha mengembalikan logikanya karena mereka masih ada di ruangan kantor Rafael dan jika mereka membuka pintu maka seluruh pegawai di lantai ini akan langsung melihat. Jika ada yang masuk Chalista yakin dirinya tak akan sempat memperbaiki dirinya yang penampilannya sudah cukup kacau ini.“Ahhh….mas.” Chalista menahan desahannya sambil menggigit bibir bawahnya tatkala tangan Rafael dengan nakal mulai menyapu area diantara kedua paha Chalista yang sudah basah dan panas itu.Beberapa kali pria itu berbisik mengatakan jangamn menahan desahannya tapi Chalista tak peduli, dia tetap menahannya karena memang mereka ada di kantor.“Jangan menaha
Malam ini, Chalista sudah ada di hotelnya, merebahkan dirinya di kasur king size yang ada di sana sambil membaca sesuatu melalui tabletnya.Sejak tadi, matanya selalu mencuri curi pandang ke arah pintu masuk, dimana dia sedang menunggu Rafael pulang dari kerja.Ya, saking banyaknya jadwal pria itu, dipertengahan setelah jam makan siang Raafel menyuruh Chalista pulang terlebih dahulu ke hotel karena tak mau istrinya kelelahan apalagi sedang hamil. Katanya, dia bisa meminta orang lain menggantikan pekerjaan Chalista.Awalnya, Chalista bercanda sambil menolak dengan mengatakan tak ada yang bisa sekompeten dirinya untuk menggantikan Rafael walau sementara karena memang pria itu sangat teliti dan sensitif dengan pekerjaan orang baru, termausk Chalista yanga awalnya sering dimahari walau kini sudah bisa menyesuaikan diri dengan kecepatan dan keinginan pria itu.Setelah berdebat panjang, akhirnya pada jam 3 sore Chalista dipulangkan oleh Rafael kembali ke hotel terlebih dahulu diantar oleh su
Rafael menatap istrinya dengan tatapan yang sangat dalam, seakan dia bisa membaca seluruh isi pikiran Chalista hanya dengan menatap manik mata indahnya yang memabukkan itu.Melihat ekspresi serius Chalista, Rafael perlahan mendekatkan langkahnya untuk mengelus surai panjang Chalista, hingga membuatnya sontak menatapnya dengan lebih intens.Dia tau apa yang ada di pikiran Chalista sejak dulu, dia tau semuanya tapi dia memang sengaja tidak membawa hubungan mereka ke tahap pembahasan ini dikarenakan belum ada satupun masalah itu yang terselesaikan.Rafael punya prinsip. Dia tidak akan membicarakan masalah apapun dengan orang lain jika itu belum ada di bawah kendalinya atau sudah terselesaikan. Tapi, mengingat Chalista bukanlah orang lain, melainkan istrinya sendiri kini Rafael tak punya alasan untuk tetap menghindari pembahasan itu.Perlahan Rafael menghembuskan napasnya kasar. Dia tersenyum kecil ke arah Chalista. Hanya dengan melihat wajahnya seperti ini saja sudah membuat Rafael meras
“Coba aku lihat dulu sebentar,” ucap Rafael sembari melihat ke arah kirinya dimana Chalista sedang duduk dengan pakaian yang elegan.Baju off shoulder, dengan model mengembang di bagian bawahnya dan dipadukan dengan rok putih dan sepatu membuat penampilan wanita itu terlihat seperti remaja walau umurnya baru 23 tahun.Chalista sengaja menyuruh Rafael untuk melihat kembali penampilannya terutama bajunya karena dia khwatir ada yang curiga dengan perut buncitnya yang kini sudah mulai membesar.“Hm..aku yakin ini masih aman, kecuali ada angin besar yang membuat baju ini tersingkap dan perutmu akan terlihat,” ujar Rafael masih menatap baju Chalista.Wanita itu menghembuskan napasnya kasar dengan tatapan yang kesal ke arah suaminya itu. “Mas! Aku lagi serius!” kesalnya dengan nada tinggi.Rafael langsung menarik kepala Chalsita untuk mencium keningnya membuat Chalista melotot sempurna. “MAS!” pekiknya lagi kali ini lebih kesal.Rafael terkekeh pelan dengan senyuman di wajahnya. “Aku hanya
“Rafael, Chalista kenapa diem di situ ayo ke sini!” ucap Mayang lagi sambil melabaikan tangannya membuat lamunan kedua orang itu sontak buyar karena mereka sadar situasi saat ini.Rafael langsung berjalan setelah berdehem pelan untuk menetralkan tenggorokannya dan mengatur ekspresinya kembali untuk bisa menyapa keluarga Monika.Setiap derap langkah yang dia ambil, perasaan tak enak mulai menjalar disekujur tubuhnya. Tidak, bukan karena ada keluarga Monika disini yang menatapnya dengan senyuman, atau Monika yang secara tiba-tiba menunjukkan senyuman manis yang membuatnya seketika merinding.Tidak bukan karena itu semua, melainkan karena firasatnya tidak pernah salah. Ya, Rafael sudah membuktikannya berkali-kali tentang hal ini, ada banyak kejadian di hidupnya dimana dia mengabaikan firasatnya dan yang terjadi malah sama persis.Hal ini terjadi tepat beberapa waktu lalu. Saat Rafael sedang melakukan honeymoon palsunya dengan Monika ke Prancis. Saat itu, disepanjang perjalanan hanya ada s
Rafael sontak menjatuhkan kotak hadiah dan isinya yang dia pegang. Tatapannya sangat terkejut, apalagi saat salah satu pembantu yang memegang hp tadi merekamnya lebih dekat.Sebelum dia sempat berucap sepatah kata pada Monika, seluruh orang di sana kecuali Chalista tiba-tiba berteriak kencanf, “SURPRISE!!”Teriakan semua orang itu semakin menambah keterkejutan Rafael. Mama papa, dan mertuanya semuanya kompak berteriak smabil tertawa mentertawakan ekspresi syok Rafael, dan dia baru sadar kalau pelayan yang membawa hp tadi sudah bersiap untuk merekamnya saat dia duduk.“RAFAEL! Kamu akan segera menjadi seorang ayah!” pekik mamanya kegirangan dengan segelintir air mata terharu di pelupuk matanya.Rafael masih mematung kala itu, sambil menatap wajah Monika dengan tatapan tak percaya. Apa yang barusaja dia dengar? Monika menyatakan kehamilannya? Dengan berani saat jelas jelas Rafael tidak pernah menyentuhnya sama sekali.Jantungnya hampir berhenti berdetak saat mendengar itu.Eskpresi semu
“Sayang…kenapa malah bengong, sih?” Chalista langsung menoleh saat dia melihat Monika memegang pundak Rafael dengan tatapan memuja.Sebelumnya semuanya bahagia sambil berteriak mengatakan kalau ini adalah hadiah untuk Rafael tapi pria itu sama sekali tak terlihat bahagia, atau berusaha berpura pura bahagia di depan mertuanya.Chalista melihat dan mengamati itu semua dari tadi. Kurang lebih keterkejutannya sama seperti Rafael saat ini. Dia juga langsung mematung saat mendengar Monika dengan beraninya mengatakan dirinya hamil, saat jelas jelas dirinya tau kalau itu bukan anak kandung Rafael.Ternyata semua yang Chalista ketahui tentang rencana Monika selama ini tidak ada yang meleset sama sekali. Saat dia tau Monika hamil, dan berencana untuk menjebak Rafael di liburan keluarga ke Bali itu Chalista pikir masalah akan selesia saat kini Rafael sudah tau semuanya.Tapi, hal terpenting seperti ini luput dari pikirannya selama ini.Chalista menatap steak di depannya dengan tak berselera sama