Share

82.

Penulis: El Alfun27
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 23:06:17

Hari ini rapat acara besar persiapan lomba akhir tahun di pesantren Al Muhajirin. Sudah hampir dua Minggu melakukan persiapan. Dan sekarang kembali rapat lagi untuk melanjutkan pemahaman para panitia dalam proses lombanya nanti.

“Nanti akan ada beberapa cabang besar sesuai dengan permintaan santri di jenjang SMA sederajat. Sementara untuk jenjang madrasah ibtidaiyah dan madrasah Tsanawiyah, cabang lombanya seperti itu saja yang sudah dilampirkan,” ucap Fahri memegang sebuah kertas laporan data peserta lomba dan juga cabang lombanya.

“Kami harap semua panitia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, sebab keberhasilan lomba ini ada pada kita para panitia,” imbuh Kemal dengan senyuman khasnya yang membuat para kaum hawa meleyot.

Sementara Fatah masih berpikir keras apayang ingin dia tambahkan dalam rapat kali ini. “Ehem, tambahan saya kurang lebih ya sama seperti kedua saudara kembar saya,” ucapnya dengan santai. Malah itu yang membuat beberapa panitia tersenyum dengan kelucuan Fatah.

Se
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Duda Muda   83.

    Seorang perempuan menangis tersedu-sedu. Matanya sudah sangat bengkak. Semua orang silih berganti berdatangan untuk mendoakan kepergian seorang wanita yang telah tutup usia. Perempuan disampingnya menangis dengan begitu derasnya. Sakit hatinya dapat terasa bagi siapapun yang melihatnya saat ini. Keadaannya begitu kacau.“Bunda, katanya bunda mau nemenin Adiva. Tapi bunda boong, bunda malah ninggalin Adiva waktu Adiva bahkan belum jadi apa-apa. Bunda bakal hidup lagi kan? Adiva nanti sama siapa, bunda?” sorot matanya seakan kosong menatap gundukan tanah merah itu. Sambil terus berkomat-kamit sepanjang detik waktu.“Bunda, Adiva gak mau hidup sendirian di dunia ini. Adiva butuh bunda, bunda tolong kembali lagi ya ke Adiva. Adiva harus ngapain setelah ini bunda,” lirihnya dengan tersedu-sedu. Dia mengelus sebuah nisan putih itu.“Nak, istighfar. Semua bakal seperti ini juga, jadi kamu harus ikhlas ya. Biar bunda kamu dimudahkan jalannya di dunia sana,” kata seorang laki-laki tua yang tur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Menjadi Istri Duda Muda   84.

    Adiva hanya tersenyum dibuatnya, lain dengan Fahri yang sudah semrawut. Rambutnya sudah acak-acakan karena dia yang mengajaknya sendiri. Mungkin dia terlalu malu dan tak enak dengan candaan sang ummah yang berlebihan, apalagi di depannya sedang ada Adiva.“Ummah,” peringat Fahri pada sang ummah agar tak melancarkan lagi bercanda yang berlebihan.“Saya izin kembali ke ruangan dulu Bu Nyai,” pamit Adiva.“Silahkan nak, kamu jangan risih ya kalau saya becandain kayak barusan. Dibalik bercanda saya itu ada yang kata-kata serius juga,”“Iya Bu nyai,” pamit Adiva mencium tangan Balqis.Adiva meninggalkan ruangan itu. Barulah Fahri bisa leluasa memprotes sang ummah yang bercanda tak habis-habisnya. “Ummah, biar apa coba, kayak gitu waktu ada Adiva,” kata Fahri.“Loh, emangnya salah ya, ummah cuma mau bercanda kok,” ucap Balqis sambil menahan tawanya.“Fahri mau ke asrama putra aja deh,” Fahri langsung meninggalkan sang ummah. Balqis geleng-geleng melihat sang anak sedang badmood akan dirinya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Menjadi Istri Duda Muda   85.

    Sementara di luar pintu ruangan itu, Kemal sedang tertawa geli. Idenya berjalan juga meskipun tidak tau gagal atau berhasil. Lalu Kemal pun memasuki ruangan itu dengan senyuman khasnya. Dia berjalan dengan sangat santai.“Gus Kemal!” sapa ustadz Ridho.“Sudah sampai mana diskusinya?” tanya Kemal berderham berpura-pura tidak tau sambil melihat berkas yang dipegang ustadz Ridho.“Ini Gus, pembacaan tugas masing-masing,” kata Ustadz Ridho menunjukkan pada bagian atas nama-nama dan tugasnya.“Oalah, silahkan lanjut saja,” katanya lalu duduk diantara kedua saudara kembarnya.“Baik Gus. Bagaimana Gus Fahri, apa mau diubah atau tetap begini saja?” tanya ustadz Ridho pada Fahri.“Mungkin diubah saja, Ustadz. Masih ada ustadz yang lain yang bisa menjalankan tugas itu,” ucap Fahri dengan cuek.“Kenapa harus diubah? Biarkan saja seperti itu, sepertinya sudah lengkap kan dengan tugasnya masing-masing,” sanggah Kemal dengan cepat.“Ubah saja!” Kedua saudara itu saling sanggah. Para ustadz dan ust

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Menjadi Istri Duda Muda   86.

    Beberapa penonton yang mendengar ucapan Alya langsung tertawa dan berbisik. Fatah terlihat semakin kesal dibuatnya. Perempuan disampingnya ini benar-benar membuatnya merasa tak nyaman.“Sudah gagal jadi juara satu, ditambah berurusan sama perempuan kek gini, astaghfirullah,” ucap Fatah meninggalkan Alya.“Eh, tunggu, Fatah? Kamu mau kemana!” kata Alya sambil berlari kecil mengejar Fatah.“Aelah, bang, tolongin dong!” ucap Fatah memelas pada kedua saudaranya.Fahri dan Kemal saling berpandangan, adik ketiganya memelas memohon perlindungan dari perempuan disampingnya itu.“Maaf ya mbak, kembaran saya ini belum pernah dekat dengan perempuan. Jadi jangan bersikap seperti itu,” ucap Kemal dengan ramah.Alya mengerjap beberapa kali, “Ouhh, alergi perempuan atau gimana?” tanya Alya menatap ketiga Gus kembar itu secara bergantian.Kemal dan Fatah menepuk jidatnya bersamaan. “Astaghfirullah, kenapa harus seperti ini,” ucap Fatah merutuki kejadian sekarang yang menimpanya- lagi.Setelah itu, ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Menjadi Istri Duda Muda   87.

    Fahri dan Fatah berlari secepat mungkin melewati lorong rumah sakit. Mereka berdua sangat panik saat mendengar kabar kalau saudara kembarnya mengalami kecelakaan. Hari ini mereka tidak memegang ponsel, ponsel keduanya sama-sama tertinggal di pesantren entah kenapa bisa berbarengan seperti itu.Hingga sore hari seorang santri menghampiri kampus dan menemui keduanya untuk memberitahu keadaan kemal yang sedang berada di rumah sakit. “Astaghfirullah, hp Fahri sama Fatah ketinggalan. Abah, Ummah, bagaimana keadaan Kemal?” tanya fahri dengan nafas memburu.“Bang Kemal baik-baik aja kan, Abah, Ummah,” begitupun dengan Fatah. Badannya terasa sakit setelah bercosplay menjadi hokage ke tujuh.Tertinggal suara tangisan balqis yang terus-menerus. Dari sang comments tak ada jawaban melahirkan air mata yang terus aja mengalir deras. “Insya Allah. Saudara kalian akan baik-baik saja,” terang Ashraf sambil terus mengelus bahu sang istri.“Ummah,” panggil Fahri yang langsung memeluk sang ummah dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Menjadi Istri Duda Muda   88.

    Balqis menggeleng cepat. “Nak, kamu anak ummah sama Abah. Maafin Abah ya, Abah lagi emosi. Abah cuman gak mau kamu kenapa-kenapa, kamu sangat berharga untuk kami,” ucap Balqis sambil mengelus pipi Fatah.“Humairah, jangan selalu dibela dan dimanja. Dia sudah dewasa, bukan anak kecil lagi,” larang Ashraf kembali ke tempat duduknya.Sementara Fahri dan Kemal masih berdiri mematung. Mereka tak ada hak untuk membela sang kembaran, mereka hanya terdiam melihat semua hal yang telah terjadi.“Mas, sudah mas, dia anak kita. Dan anak itu titipin, gak ada yang sempurna. Mungkin ini kekurangan Fatah, aku yakin kalau dia bisa berubah,” kata Balqis terus saja mengelus pipi sang anak yang sudah kemerahan.“Tidak ummah, Fatah bukan anak baik. Fatah gak pantas berada disini, ummah,” kata Fatah menatap sang ummah yang begitu tulus menyayanginya.“Jangan seperti itu nak, ummah mengandung kamu selama sembilan bulan. Menyusui kamu, merawat kamu sampai sebesar ini. Setelah itu kamu merasa karena kekuranga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Menjadi Istri Duda Muda   89.

    Fahri memarkirkan motornya di parkir perpustakaan. Dia baru selesai jam mata kuliahnya dan sekarang mau mencari beberapa buku untuk rujukan tugasnya. Terlihat Adiva yang baru keluar dari perpustakaan. Fahri pun menghampiri Adiva yang mau menuju ke parkiran untuk mengambil motornya.“Adiva, ada salam dari ustadzah Ratna. Nanti jam empat sore ada tambahan jam mengajar untuk kamu,” kata Fahri.“Iya,” jawab Adiva lalu menyalakan motornya.“Adiva tunggu! Saya mau bicara sama kamu. Ini penting,” Adiva mematikan motornya, laku membuka Helm yang sudah dia kenakan. “Kenapa Gus?” tanyanya.“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu,” kata Fahri.“Maaf Gus, saya sedang terburu-buru, ada urusan,” kata Adiva lalu memakai kembali helmnya dan langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.Fahri hanya berdecak pelan melihat Adiva yang sepertinya menjauhi dirinya. Sementara dari belakang tiba-tiba ada yang menepuk bahu Fahri dengan pelan.“Gimana Gus?” Farhan terlihat tersenyum miring menatap Fah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Menjadi Istri Duda Muda   90.

    Tujuh belas hari berlangsung semenjak kecelakaan, Kemal belum tersadarkan juga dari komanya. Yang biasanya menangis dengan histeris, namun sekarang berbeda. Balqis terduduk di samping sang putra dengan tatapan kosong, bahkan sudah dua hari ini dia tidak mau menyentuh makanan sedikitpun.“Humairah, Ayo makan, kamu jangan seperti ini sayang. Disini ada mas, kamu harus kuat. Anak kita pasti baik-baik saja, percaya sama mas,” Ashraf selalu saja membujuk sang istri. Namun tak ada respon. Sang istri hanya termenung dengan tatapan kosong dengan sesekali air matanya mengalir. Dengan setia sang ibu menemani putra keduanya itu.“Abah,” panggil Fahri.“Coba kamu bujuk ummah kamu, dia nanti bisa sakit kalau gak mau makan kayak gini, Fahri,” “Baik Abah, Fahri coba,”Fahri mendekati Ummahnya, Fahri menangis memeluk sang ummah. “Ummah, ayo makan. Ummah udah dua hari loh belum makan. Nanti ummah sakit, nanti siapa yang mau jaga Kemal lagi kalau ummah sakit. Kemal pasti sedih banget liat ummah kaya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Duda Muda   92.

    Balqis dan Ashraf menuju ke rumah sakit, didampingi oleh Gibran dan istrinya. Mereka langsung menemui dokter yang menangani kemal.“Keadaan saudara Idris tidak baik-baik saja, Dia mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya. Saudara juga mengeluarkan cukup banyak darah. Kami sedang mengusahakan yang terbaik untuknya,” ujar dokter laki-laki itu.“Apakah anak saya akan baik-baik saja dok?” tanya Ashraf begitu khawatir.“Insya Allah. Doakan selalu untuk saudara Idris,”“Terima kasih, dok,” ucap Ashraf menjabat tangan dokter itu.“Sudah Humairah, jangan sedih berlarut seperti ini. Anak kita selamat, Alhamdulillah,” Ashraf mendengarkan sang istri dengan memeluknya erat.“Tapi Mas, Kemal itu cengeng kalau luka sedikit. Terakhir waktu dia masih Mts, disuntik aja dia nangis-nangis semalaman,” kata Balqis sambil sesenggukan. Tangisnya pecah semenjak mendengar anak keduanya kecelakaan.“Humairah, dia sudah dewasa. Kamu lupa ya, dia sudah kuliah semester empat. Dia sudah jadi anak kuat, sab

  • Menjadi Istri Duda Muda   91.

    Fahri tersenyum penuh arti. Akhirnya keinginannya dapat terwujud. “Gus Fahri , kenapa senyum-senyum sendiri?”Suara Adiva menyadarkan lamunan Fahri. “Alhamdulillah kamu sudah menerimanya,” ujar Fahri menunduk malu.“Maksudnya menerima apa ya Gus,” ucap Adiva kebingungan. Padahal sedari tadi dia hanya minat Fahri yang melamun menatap lurus ke depan.“Loh, barusan kamu ngomong apa emang,” “Lah, ga ngomong apa-apa kok, Gus, justru Gus Fahri itu yang bengong. Lagi ngelamunin apaan coba!” gelak Adiva. Fahri memukul-mukul kepalanya pelan. Bisa-bisanya dia berkhayal sampai kesitu. Karena sudah terlanjur malu, akhirnya Fahri meninggalkan meja itu dan menuju ke mejanya sendiri. Nasib sudah, harapannya hanya sebatas khayalan saja.***Setelah hampir dua minggu- an, pesantren Al Muhajirin pasca berduka. Kini aktivitas belajar mengajar di pesantren Al Muhajirin kembali konsisten lagi. Jadwal kegiatan santri dan santriwati sudah seperti biasanya.Terlihat dua perempuan memakai jilbab pasmina den

  • Menjadi Istri Duda Muda   90.

    Tujuh belas hari berlangsung semenjak kecelakaan, Kemal belum tersadarkan juga dari komanya. Yang biasanya menangis dengan histeris, namun sekarang berbeda. Balqis terduduk di samping sang putra dengan tatapan kosong, bahkan sudah dua hari ini dia tidak mau menyentuh makanan sedikitpun.“Humairah, Ayo makan, kamu jangan seperti ini sayang. Disini ada mas, kamu harus kuat. Anak kita pasti baik-baik saja, percaya sama mas,” Ashraf selalu saja membujuk sang istri. Namun tak ada respon. Sang istri hanya termenung dengan tatapan kosong dengan sesekali air matanya mengalir. Dengan setia sang ibu menemani putra keduanya itu.“Abah,” panggil Fahri.“Coba kamu bujuk ummah kamu, dia nanti bisa sakit kalau gak mau makan kayak gini, Fahri,” “Baik Abah, Fahri coba,”Fahri mendekati Ummahnya, Fahri menangis memeluk sang ummah. “Ummah, ayo makan. Ummah udah dua hari loh belum makan. Nanti ummah sakit, nanti siapa yang mau jaga Kemal lagi kalau ummah sakit. Kemal pasti sedih banget liat ummah kaya

  • Menjadi Istri Duda Muda   89.

    Fahri memarkirkan motornya di parkir perpustakaan. Dia baru selesai jam mata kuliahnya dan sekarang mau mencari beberapa buku untuk rujukan tugasnya. Terlihat Adiva yang baru keluar dari perpustakaan. Fahri pun menghampiri Adiva yang mau menuju ke parkiran untuk mengambil motornya.“Adiva, ada salam dari ustadzah Ratna. Nanti jam empat sore ada tambahan jam mengajar untuk kamu,” kata Fahri.“Iya,” jawab Adiva lalu menyalakan motornya.“Adiva tunggu! Saya mau bicara sama kamu. Ini penting,” Adiva mematikan motornya, laku membuka Helm yang sudah dia kenakan. “Kenapa Gus?” tanyanya.“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu,” kata Fahri.“Maaf Gus, saya sedang terburu-buru, ada urusan,” kata Adiva lalu memakai kembali helmnya dan langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.Fahri hanya berdecak pelan melihat Adiva yang sepertinya menjauhi dirinya. Sementara dari belakang tiba-tiba ada yang menepuk bahu Fahri dengan pelan.“Gimana Gus?” Farhan terlihat tersenyum miring menatap Fah

  • Menjadi Istri Duda Muda   88.

    Balqis menggeleng cepat. “Nak, kamu anak ummah sama Abah. Maafin Abah ya, Abah lagi emosi. Abah cuman gak mau kamu kenapa-kenapa, kamu sangat berharga untuk kami,” ucap Balqis sambil mengelus pipi Fatah.“Humairah, jangan selalu dibela dan dimanja. Dia sudah dewasa, bukan anak kecil lagi,” larang Ashraf kembali ke tempat duduknya.Sementara Fahri dan Kemal masih berdiri mematung. Mereka tak ada hak untuk membela sang kembaran, mereka hanya terdiam melihat semua hal yang telah terjadi.“Mas, sudah mas, dia anak kita. Dan anak itu titipin, gak ada yang sempurna. Mungkin ini kekurangan Fatah, aku yakin kalau dia bisa berubah,” kata Balqis terus saja mengelus pipi sang anak yang sudah kemerahan.“Tidak ummah, Fatah bukan anak baik. Fatah gak pantas berada disini, ummah,” kata Fatah menatap sang ummah yang begitu tulus menyayanginya.“Jangan seperti itu nak, ummah mengandung kamu selama sembilan bulan. Menyusui kamu, merawat kamu sampai sebesar ini. Setelah itu kamu merasa karena kekuranga

  • Menjadi Istri Duda Muda   87.

    Fahri dan Fatah berlari secepat mungkin melewati lorong rumah sakit. Mereka berdua sangat panik saat mendengar kabar kalau saudara kembarnya mengalami kecelakaan. Hari ini mereka tidak memegang ponsel, ponsel keduanya sama-sama tertinggal di pesantren entah kenapa bisa berbarengan seperti itu.Hingga sore hari seorang santri menghampiri kampus dan menemui keduanya untuk memberitahu keadaan kemal yang sedang berada di rumah sakit. “Astaghfirullah, hp Fahri sama Fatah ketinggalan. Abah, Ummah, bagaimana keadaan Kemal?” tanya fahri dengan nafas memburu.“Bang Kemal baik-baik aja kan, Abah, Ummah,” begitupun dengan Fatah. Badannya terasa sakit setelah bercosplay menjadi hokage ke tujuh.Tertinggal suara tangisan balqis yang terus-menerus. Dari sang comments tak ada jawaban melahirkan air mata yang terus aja mengalir deras. “Insya Allah. Saudara kalian akan baik-baik saja,” terang Ashraf sambil terus mengelus bahu sang istri.“Ummah,” panggil Fahri yang langsung memeluk sang ummah dengan

  • Menjadi Istri Duda Muda   86.

    Beberapa penonton yang mendengar ucapan Alya langsung tertawa dan berbisik. Fatah terlihat semakin kesal dibuatnya. Perempuan disampingnya ini benar-benar membuatnya merasa tak nyaman.“Sudah gagal jadi juara satu, ditambah berurusan sama perempuan kek gini, astaghfirullah,” ucap Fatah meninggalkan Alya.“Eh, tunggu, Fatah? Kamu mau kemana!” kata Alya sambil berlari kecil mengejar Fatah.“Aelah, bang, tolongin dong!” ucap Fatah memelas pada kedua saudaranya.Fahri dan Kemal saling berpandangan, adik ketiganya memelas memohon perlindungan dari perempuan disampingnya itu.“Maaf ya mbak, kembaran saya ini belum pernah dekat dengan perempuan. Jadi jangan bersikap seperti itu,” ucap Kemal dengan ramah.Alya mengerjap beberapa kali, “Ouhh, alergi perempuan atau gimana?” tanya Alya menatap ketiga Gus kembar itu secara bergantian.Kemal dan Fatah menepuk jidatnya bersamaan. “Astaghfirullah, kenapa harus seperti ini,” ucap Fatah merutuki kejadian sekarang yang menimpanya- lagi.Setelah itu, ke

  • Menjadi Istri Duda Muda   85.

    Sementara di luar pintu ruangan itu, Kemal sedang tertawa geli. Idenya berjalan juga meskipun tidak tau gagal atau berhasil. Lalu Kemal pun memasuki ruangan itu dengan senyuman khasnya. Dia berjalan dengan sangat santai.“Gus Kemal!” sapa ustadz Ridho.“Sudah sampai mana diskusinya?” tanya Kemal berderham berpura-pura tidak tau sambil melihat berkas yang dipegang ustadz Ridho.“Ini Gus, pembacaan tugas masing-masing,” kata Ustadz Ridho menunjukkan pada bagian atas nama-nama dan tugasnya.“Oalah, silahkan lanjut saja,” katanya lalu duduk diantara kedua saudara kembarnya.“Baik Gus. Bagaimana Gus Fahri, apa mau diubah atau tetap begini saja?” tanya ustadz Ridho pada Fahri.“Mungkin diubah saja, Ustadz. Masih ada ustadz yang lain yang bisa menjalankan tugas itu,” ucap Fahri dengan cuek.“Kenapa harus diubah? Biarkan saja seperti itu, sepertinya sudah lengkap kan dengan tugasnya masing-masing,” sanggah Kemal dengan cepat.“Ubah saja!” Kedua saudara itu saling sanggah. Para ustadz dan ust

  • Menjadi Istri Duda Muda   84.

    Adiva hanya tersenyum dibuatnya, lain dengan Fahri yang sudah semrawut. Rambutnya sudah acak-acakan karena dia yang mengajaknya sendiri. Mungkin dia terlalu malu dan tak enak dengan candaan sang ummah yang berlebihan, apalagi di depannya sedang ada Adiva.“Ummah,” peringat Fahri pada sang ummah agar tak melancarkan lagi bercanda yang berlebihan.“Saya izin kembali ke ruangan dulu Bu Nyai,” pamit Adiva.“Silahkan nak, kamu jangan risih ya kalau saya becandain kayak barusan. Dibalik bercanda saya itu ada yang kata-kata serius juga,”“Iya Bu nyai,” pamit Adiva mencium tangan Balqis.Adiva meninggalkan ruangan itu. Barulah Fahri bisa leluasa memprotes sang ummah yang bercanda tak habis-habisnya. “Ummah, biar apa coba, kayak gitu waktu ada Adiva,” kata Fahri.“Loh, emangnya salah ya, ummah cuma mau bercanda kok,” ucap Balqis sambil menahan tawanya.“Fahri mau ke asrama putra aja deh,” Fahri langsung meninggalkan sang ummah. Balqis geleng-geleng melihat sang anak sedang badmood akan dirinya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status