Share

109

Penulis: El Alfun27
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 23:05:43

“Mas, sakit,” lirih Ana dengan nafas memburu. Dia mencengkram kedua tangan suaminya.

“Tahan Nona Ana, sebentar lagi anaknya keluar,” ucap seorang bidan kandungan.

Ana merintih dengan keras. Arka hanya bisa menangis dan menciumi sang istri. Mungkin hanya ini yang bisa dia lakukan.

Huaa … huaa…

Terdengar tangisan bayi yang baru keluar.

“Anaknya sempurna, Tuan Arka,” ucap seorang perawat. Membersihkan bayi mungil itu dan memberikannya pada Arka.

Setelah selesai dibersihkan dan urusannya semuanya kelar. Anak itu dipangku oleh Arka dibawa ke hadapan sang istri. “Lihat, anak kita cantik. Mirip dengan ibunya,” ujar Arka tersenyum bangga. Dia tetus mencium bayi perempuannya itu.

“Haloo, anak cantik mana,” lirih Ana dengan suara pelan. Tangisannya menjadi saat bayi mungil itu tersenyum dengan mata yang masih tertutup.

“Sayang, ini Mama kamu, nak,” ucap Arka tersenyum bahagia. Rona diwajahnya sangat tampak di bayi mungil nan cantik itu.

“Sepertinya mirip kamu deh, Mas,” ucap Ana. Suar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Duda Muda   110

    Debaran jantung Tasya bergemuruh, padahal suasana disekitarnya begitu menenangkan. Taman bunga yang bermacam, seolah menghipnotis pandangan agar selalu melihatnya.Delvan terlihat tidak baik-baik saja, tatapannya nanar. Pikirannya sudah entah kemana. Tasya hanya bisa melihat Delvan, tak mampu untuk membuka suara.Bingung dan merasa bersalah, Tasya akui dia sudah salah mengambil keputusan. Tasya pikir bahwa acara makannya dengan Arthur tidak diketahui orang lain, namun malah Delvan sendiri yang tau. Tasya tidak tau entah Delvan mengetahui dari siapa.Lama saling diam, Delvan mencoba untuk membuka suara pelan. Menatap lekat perempuan berambut panjang itu. "Gue gak tau, sikap gue tadi itu bener apa salah. Tapi yang gue tau, Lo bohong sama gue.Gue memang bukan siapa Lo, tapi Lo pasti bukan orang bodoh. Lo pasti tau kalau gue suka sama Lo. Lo boleh marah kalau sikap gue tadi salah, atau setelah ini Lo mau gue jauhin Lo, gak apa-apa."Tasya terperanjat dengan ungkapan Delvan, mencoba untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Menjadi Istri Duda Muda   111

    Isi surat Yusuf itu dapat terbaca dengan jelas, berupa tulisan tangan sendiri, surat itu tertulis begitu rapi.Hai, Layla.Maaf sebelumnya, seharusnya aku tidak mengirimkan surat ini untukmu, tapi aku hanya ingin memberitahukan kepadamu beberapa hal. Salam juga untuk Ustadz Abidzar.Pertama, maaf belum bisa menjadi teman yang baik untukmu. Maaf jika selama kita kenal aku belum bisa membuat mu bahagia. Banyak kesalahan dariku yang mungkin membuat mu merasa tersinggung. Tolong maafkan aku.Maaf juga jika aku pernah mempunyai rasa untukmu, Layla. Aku ingin aku berdamai dengan rasaku ini, aku pergi bukan karena aku ingin membenci mu. Tapi aku ingin melupakan semua kenangan kita selama di pesantren salaf, meskipun aku hanya dapat melihat mu dari kejauhan. Aku harap kita bisa bertemu kembali di kehidupan yang lebih baik dan aku harap rasa ini sampai disini saja.Semoga kamu bahagia dengan pasangan mu itu, aku harap kamu tidak marah dengan kejujuran ku ini. Aku harap kamu tidak menjadi benci

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Menjadi Istri Duda Muda   112

    Tasya terperanjat, kebingungan dengan kalimat yang keluar dari mulut Vano. "Kenapa memangnya?" Tanya Tasya beralih menatap fokus Vano."Gak ada, gue cuma nebak Delvan aja sih." Vano mengedikkan bahu.Suasana kelas kembali hening, percakapan dua orang itu membawa ke ranah serius. Tak ada jawaban dari Tasya.Azri yang tidak betah langsung memecah suasana itu. "Ck, bahas apa sih kalian berdua. Udah lah, urusan hati biar Tasya dan Delvan aja yang nyelesain. Kita bantu doa aja noh si Delvan.""Tumben otak Lo bener." Sindir Dylan yang langsung ditatap tajam oleh Azri."Bambang Lo." Ucap Azri."Guru gue tuh." Sahut Dylan tak mau kalah."Ck, guru gue juga ege." Azri pindah tempat duduk menjauhi Dylan. Lama-lama mereka berbicara semakin gak tau akar permasalahan. Semakin tidak jelas.Vano yang terdiam, lalu ikut berdiri. "Mendingan kita ke tempat olimpiade buat dukung Delvan. Daripada buat rusuh gak jelas disini." Ajak Vano kepada kedua temannya."Nah, ide bagus tuh No." Seru Azri."Gue boleh

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Menjadi Istri Duda Muda   113

    Maryam menolah ke asal suara itu, terlihat seorang perempuan yang memakai Hoodie abu-abu mengendarai sepeda motor matic mendekat ke arah Maryam dan Laras."Jangan mentang-mentang kamu Maryam, sadar diri. Mana bisa cewek miskin kayak kamu bisa kuliah, kuliah itu gak murah dan sangat mahal. Kamu gak pantes." Ucap perempuan itu lagi dengan kesal.Laras hanya diam memperhatikan reaksi Maryam untuk selanjutnya. "Iya aku memang miskin, gak pantes buat kuliah kok. Tapi aku masih berusaha, kan gak ada yang salah kalau seseorang mau berusaha?" Maryam berucap dengan nada lembut."Maaf ya Maryam, benar kata Rani, kalau biaya kuliah itu gak murah. Kita aja waktu kemarin pendaftaran disuruh menyediakan biaya minimal lima juta, itu pun bukan lagi biaya untuk setiap harinya." Laras menimpali ucapan Maryam. Dan perempuan tadi itu bernama Rani, tetangga Maryam yang tidak terlalu jauh rumahnya.Mereka semua satu angkatan, pun juga dengan Lili. Laras dan Rani merupakan dari golongan orang yang cukup ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Menjadi Istri Duda Muda   114

    Hendi tidak berani menatap kedua orang tuanya, dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa karena pekerjaan nya itu. "Belum ada kepastian Pak, ini juga lagi berusaha cari pekerjaan lain biar gak nganggur." Hendi berucap dengan ragu.Ahmad tersenyum tenang menatap putra sulungnya itu, "Gak apa-apa, pelan-pelan saja Nak. Kami gak maksa kamu buat harus segera dapat kerja. Tapi kamu juga tau sendiri kan bapak sama ibu ya kerjanya gini-gini saja."Hendi beralih menatap ibunya, dan Kulsum pun ikut menenangkan. Akhirnya Hendi lega. Dia tidak jadi khawatir karena kedua orang tuanya pun tak memaksa soal pekerjaan itu. Tapi Hendi tetap akan berusaha lebih keras lagi supaya bisa dapat pengganti kerja yang lebih baik.***Hari ini suasananya sangat terang, menyengat kulit dan sekitar. Tapi tidak dengan sosok wanita muda yang sedang berniat tulus untuk memulai pekerjaan nya. Iya, dia Maryam sudah berpakaian rapi, dia akan mulai bekerja di warung itu sejak hari ini.Usai berpamitan kepada ibu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Menjadi Istri Duda Muda   115

    Maryam bingung dengan penawaran Ali, dia tidak ingin merepotkan teman lama yang belum terlalu dekat ini. Maryam mencari-cari alasan agar tidak diantar oleh Ali dan bisa menolak dengan cara baik."Tidak Ali, aku setelah ini harus langsung ke rumah teman. Mungkin lain waktu saja ya, soalnya gak enak sudah terlanjur janji." Maryam beralasan dengan ajakan baik Ali.Ali kembali tersenyum dan mengelus kepala Maryam, "iya gak apa-apa, hati-hati di jalan ya. Tapi sebelumnya, boleh aku minta nomor handphone nya kan?" Tanya nya dengan nada selembut mungkin.Jangan tanya keadaan Maryam sekarang, dia sudah tak karuan. Pipinya merona menghangat, siapa pun wanita yang diperlukan seperti dirinya barusan bakalan baper garis keras. Ali ada-ada aja sih, orang lagi sedih malah digituin, kan jadinya Maryam lupa sama kesedihan nya tadi.Maryam terkesiap dan lalu menyebutkan nomor handphone nya, lebih tepat nomor WhatsApp nya dia. Lalu Ali langsung menyimpan nomor Maryam. "Terima kasih, nanti kita bisa ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Menjadi Istri Duda Muda   116

    Maryam hanya menatap kakaknya itu dengan tatapan datar "Aku habis ikut tes, dari kampus." Ucap Maryak dengan cepat dan dia langsung melewati kakaknya itu.Firda langsung mengikuti langkah Maryam yang sedang mengambil beberapa perlengkapan obat. "Kamu masih belum sadar diri ya! Masih aja maksain takdir buat kuliah. Terus itu kenapa kakinya kok luka?" Tanya Firda sambil mengomeli Maryam."Maaf Kak, aku akan berusaha biar bisa kuliah, meskipun nanti harus kerja paruh waktu. Ini tadi keserempet motor." Jawab Maryam dengan suara melemah. Dia terlihat begitu lelah, karena kakinya sangat sakit tapi masih memaksa untuk jalan kaki pulang.Tadi Maryam ingin menerima tawaran dari Ali, tapi dia tetap saja tidak enak. Apalagi kan Ali itu hanya beberapa kali masih bertemu dengan Maryam, bukan teman dekat Maryam juga. Maryam takut merepotkan Ali juga sih, pikirnya."Kamu kenapa Nak? " Tanya ibu Kulsum kepada Maryam, dia mendekati Maryam dan melihat kaki Maryam yang terluka.Firda berusaha memojokka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Menjadi Istri Duda Muda   1. Terpaksa menikah

    “Seratus juta, saya bayar sekarang juga!” ucap seorang laki-laki memakai topi Koboy berwarna coklat. “Dia masih perawan, bang. Dua ratus juta gimana?” rayu seorang perempuan paruh baya berumur sekitar empat puluh tahun. “Jika benar dia perawan, saya bisa tawar menjadi tiga ratus juta!! Saya lagi butuh pendamping,” ucap laki-laki itu sambil mengelus jenggot brewoknya. “Saya setuju, bang Bewok,” ucap perempuan itu dengan tersenyum lega. Laki-laki tua itu lalu mengeluarkan satu koper berisi uang merah menyala. Lalu memberikan uang itu pada perempuan tadi. Dengan tatapan semringah, perempuan itu langsung merampas koper itu. “Dania, ibu banyak uang!!” panggil perempuan itu dengan tatapan sangat bahagia sambil memanggil sang anak. “Woahh, akhirnya perempuan bodoh itu laku juga!” ucap perempuan yang jauh lebih muda darinya. Kedua orang itu terlihat begitu bahagia menyambut uang merah bertumpukan di depannya. Sementara di ujung ruangan itu terlihat seorang perempuan yang sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Duda Muda   116

    Maryam hanya menatap kakaknya itu dengan tatapan datar "Aku habis ikut tes, dari kampus." Ucap Maryak dengan cepat dan dia langsung melewati kakaknya itu.Firda langsung mengikuti langkah Maryam yang sedang mengambil beberapa perlengkapan obat. "Kamu masih belum sadar diri ya! Masih aja maksain takdir buat kuliah. Terus itu kenapa kakinya kok luka?" Tanya Firda sambil mengomeli Maryam."Maaf Kak, aku akan berusaha biar bisa kuliah, meskipun nanti harus kerja paruh waktu. Ini tadi keserempet motor." Jawab Maryam dengan suara melemah. Dia terlihat begitu lelah, karena kakinya sangat sakit tapi masih memaksa untuk jalan kaki pulang.Tadi Maryam ingin menerima tawaran dari Ali, tapi dia tetap saja tidak enak. Apalagi kan Ali itu hanya beberapa kali masih bertemu dengan Maryam, bukan teman dekat Maryam juga. Maryam takut merepotkan Ali juga sih, pikirnya."Kamu kenapa Nak? " Tanya ibu Kulsum kepada Maryam, dia mendekati Maryam dan melihat kaki Maryam yang terluka.Firda berusaha memojokka

  • Menjadi Istri Duda Muda   115

    Maryam bingung dengan penawaran Ali, dia tidak ingin merepotkan teman lama yang belum terlalu dekat ini. Maryam mencari-cari alasan agar tidak diantar oleh Ali dan bisa menolak dengan cara baik."Tidak Ali, aku setelah ini harus langsung ke rumah teman. Mungkin lain waktu saja ya, soalnya gak enak sudah terlanjur janji." Maryam beralasan dengan ajakan baik Ali.Ali kembali tersenyum dan mengelus kepala Maryam, "iya gak apa-apa, hati-hati di jalan ya. Tapi sebelumnya, boleh aku minta nomor handphone nya kan?" Tanya nya dengan nada selembut mungkin.Jangan tanya keadaan Maryam sekarang, dia sudah tak karuan. Pipinya merona menghangat, siapa pun wanita yang diperlukan seperti dirinya barusan bakalan baper garis keras. Ali ada-ada aja sih, orang lagi sedih malah digituin, kan jadinya Maryam lupa sama kesedihan nya tadi.Maryam terkesiap dan lalu menyebutkan nomor handphone nya, lebih tepat nomor WhatsApp nya dia. Lalu Ali langsung menyimpan nomor Maryam. "Terima kasih, nanti kita bisa ber

  • Menjadi Istri Duda Muda   114

    Hendi tidak berani menatap kedua orang tuanya, dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya kecewa karena pekerjaan nya itu. "Belum ada kepastian Pak, ini juga lagi berusaha cari pekerjaan lain biar gak nganggur." Hendi berucap dengan ragu.Ahmad tersenyum tenang menatap putra sulungnya itu, "Gak apa-apa, pelan-pelan saja Nak. Kami gak maksa kamu buat harus segera dapat kerja. Tapi kamu juga tau sendiri kan bapak sama ibu ya kerjanya gini-gini saja."Hendi beralih menatap ibunya, dan Kulsum pun ikut menenangkan. Akhirnya Hendi lega. Dia tidak jadi khawatir karena kedua orang tuanya pun tak memaksa soal pekerjaan itu. Tapi Hendi tetap akan berusaha lebih keras lagi supaya bisa dapat pengganti kerja yang lebih baik.***Hari ini suasananya sangat terang, menyengat kulit dan sekitar. Tapi tidak dengan sosok wanita muda yang sedang berniat tulus untuk memulai pekerjaan nya. Iya, dia Maryam sudah berpakaian rapi, dia akan mulai bekerja di warung itu sejak hari ini.Usai berpamitan kepada ibu

  • Menjadi Istri Duda Muda   113

    Maryam menolah ke asal suara itu, terlihat seorang perempuan yang memakai Hoodie abu-abu mengendarai sepeda motor matic mendekat ke arah Maryam dan Laras."Jangan mentang-mentang kamu Maryam, sadar diri. Mana bisa cewek miskin kayak kamu bisa kuliah, kuliah itu gak murah dan sangat mahal. Kamu gak pantes." Ucap perempuan itu lagi dengan kesal.Laras hanya diam memperhatikan reaksi Maryam untuk selanjutnya. "Iya aku memang miskin, gak pantes buat kuliah kok. Tapi aku masih berusaha, kan gak ada yang salah kalau seseorang mau berusaha?" Maryam berucap dengan nada lembut."Maaf ya Maryam, benar kata Rani, kalau biaya kuliah itu gak murah. Kita aja waktu kemarin pendaftaran disuruh menyediakan biaya minimal lima juta, itu pun bukan lagi biaya untuk setiap harinya." Laras menimpali ucapan Maryam. Dan perempuan tadi itu bernama Rani, tetangga Maryam yang tidak terlalu jauh rumahnya.Mereka semua satu angkatan, pun juga dengan Lili. Laras dan Rani merupakan dari golongan orang yang cukup ber

  • Menjadi Istri Duda Muda   112

    Tasya terperanjat, kebingungan dengan kalimat yang keluar dari mulut Vano. "Kenapa memangnya?" Tanya Tasya beralih menatap fokus Vano."Gak ada, gue cuma nebak Delvan aja sih." Vano mengedikkan bahu.Suasana kelas kembali hening, percakapan dua orang itu membawa ke ranah serius. Tak ada jawaban dari Tasya.Azri yang tidak betah langsung memecah suasana itu. "Ck, bahas apa sih kalian berdua. Udah lah, urusan hati biar Tasya dan Delvan aja yang nyelesain. Kita bantu doa aja noh si Delvan.""Tumben otak Lo bener." Sindir Dylan yang langsung ditatap tajam oleh Azri."Bambang Lo." Ucap Azri."Guru gue tuh." Sahut Dylan tak mau kalah."Ck, guru gue juga ege." Azri pindah tempat duduk menjauhi Dylan. Lama-lama mereka berbicara semakin gak tau akar permasalahan. Semakin tidak jelas.Vano yang terdiam, lalu ikut berdiri. "Mendingan kita ke tempat olimpiade buat dukung Delvan. Daripada buat rusuh gak jelas disini." Ajak Vano kepada kedua temannya."Nah, ide bagus tuh No." Seru Azri."Gue boleh

  • Menjadi Istri Duda Muda   111

    Isi surat Yusuf itu dapat terbaca dengan jelas, berupa tulisan tangan sendiri, surat itu tertulis begitu rapi.Hai, Layla.Maaf sebelumnya, seharusnya aku tidak mengirimkan surat ini untukmu, tapi aku hanya ingin memberitahukan kepadamu beberapa hal. Salam juga untuk Ustadz Abidzar.Pertama, maaf belum bisa menjadi teman yang baik untukmu. Maaf jika selama kita kenal aku belum bisa membuat mu bahagia. Banyak kesalahan dariku yang mungkin membuat mu merasa tersinggung. Tolong maafkan aku.Maaf juga jika aku pernah mempunyai rasa untukmu, Layla. Aku ingin aku berdamai dengan rasaku ini, aku pergi bukan karena aku ingin membenci mu. Tapi aku ingin melupakan semua kenangan kita selama di pesantren salaf, meskipun aku hanya dapat melihat mu dari kejauhan. Aku harap kita bisa bertemu kembali di kehidupan yang lebih baik dan aku harap rasa ini sampai disini saja.Semoga kamu bahagia dengan pasangan mu itu, aku harap kamu tidak marah dengan kejujuran ku ini. Aku harap kamu tidak menjadi benci

  • Menjadi Istri Duda Muda   110

    Debaran jantung Tasya bergemuruh, padahal suasana disekitarnya begitu menenangkan. Taman bunga yang bermacam, seolah menghipnotis pandangan agar selalu melihatnya.Delvan terlihat tidak baik-baik saja, tatapannya nanar. Pikirannya sudah entah kemana. Tasya hanya bisa melihat Delvan, tak mampu untuk membuka suara.Bingung dan merasa bersalah, Tasya akui dia sudah salah mengambil keputusan. Tasya pikir bahwa acara makannya dengan Arthur tidak diketahui orang lain, namun malah Delvan sendiri yang tau. Tasya tidak tau entah Delvan mengetahui dari siapa.Lama saling diam, Delvan mencoba untuk membuka suara pelan. Menatap lekat perempuan berambut panjang itu. "Gue gak tau, sikap gue tadi itu bener apa salah. Tapi yang gue tau, Lo bohong sama gue.Gue memang bukan siapa Lo, tapi Lo pasti bukan orang bodoh. Lo pasti tau kalau gue suka sama Lo. Lo boleh marah kalau sikap gue tadi salah, atau setelah ini Lo mau gue jauhin Lo, gak apa-apa."Tasya terperanjat dengan ungkapan Delvan, mencoba untuk

  • Menjadi Istri Duda Muda   109

    “Mas, sakit,” lirih Ana dengan nafas memburu. Dia mencengkram kedua tangan suaminya. “Tahan Nona Ana, sebentar lagi anaknya keluar,” ucap seorang bidan kandungan. Ana merintih dengan keras. Arka hanya bisa menangis dan menciumi sang istri. Mungkin hanya ini yang bisa dia lakukan. Huaa … huaa… Terdengar tangisan bayi yang baru keluar. “Anaknya sempurna, Tuan Arka,” ucap seorang perawat. Membersihkan bayi mungil itu dan memberikannya pada Arka. Setelah selesai dibersihkan dan urusannya semuanya kelar. Anak itu dipangku oleh Arka dibawa ke hadapan sang istri. “Lihat, anak kita cantik. Mirip dengan ibunya,” ujar Arka tersenyum bangga. Dia tetus mencium bayi perempuannya itu. “Haloo, anak cantik mana,” lirih Ana dengan suara pelan. Tangisannya menjadi saat bayi mungil itu tersenyum dengan mata yang masih tertutup. “Sayang, ini Mama kamu, nak,” ucap Arka tersenyum bahagia. Rona diwajahnya sangat tampak di bayi mungil nan cantik itu. “Sepertinya mirip kamu deh, Mas,” ucap Ana. Suar

  • Menjadi Istri Duda Muda   108

    Akhir dari kisah adalah ending yang ditunggu. Bagaimana kisah seorang remaja putri yatim piatu, yang tinggal satu atap dengan ibu tiri dan saudara tiri. Harus merasakan pahitnya dunia. “Ana, kamu ini hanya pembawa malapetaka. Seharusnya kamu juga ikut dengan ibumu itu, ke alam sana!” teriak Mirna melempar pakaian bersih milik Ana. “Ibu, maafkan Ana. Seharusnya Ana bekerja hari ini. Tapi Ana sedang pusing dan sedikit mual,” ucap Ana beralasan. Wajahnya pucat. “Makanya jangan kuliah, meskipun jalur beasiswa. Tetap saja kamu itu beban di rumah ini. Harusnya kamu fokus kerja saja. Beri aku uang, aku dan kakakmu butuh uang yang sangat banyak!” keluh Mirna menatap tajam ke arah Ana. Ana memegang kepalanya. Niat hati ingin istirahat. Malah harus mendapat kritikan tajam dari ibu tirinya. Alhasil kepalanya semakin pusing dan mual di perutnya bertambah. “Uuh, biarkan ana istirahat sejenak saja, Bu. Nanti kita bicarakan lagi,” lirih Ana. Dia beranjak lalu menutup pintu kamar dan menguncinya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status