Pagi harinya, Naya, Kayasaka, Zavier dan Emily sudah sarapan bersama di meja makan. Setelah pertemuan mengharukan kedua adik kakak itu, semalamam Emily dan Kayasaka bercerita, entah untuk meluruskan kesalahpahaman atau mengenang kebersamaan mereka. Akhirnya, Zavier dan Emily memilih menginap malam itu. Sehingga pagi ini mereka bisa sarapan bersama. Sarapan sederhana yang Naya buat dengan senang hati. "Bagaimana Hyung? Kau bisa cuti satu hari ini 'kan?" Tanya Zavier sebelum menyendokkan penuh sereal coklat ke dalam mulutnya. Pemuda itu sekali lagi membahas rencananya untuk mengajak ketiga orang di sekitarnya ini untuk ke taman hiburan bersama. Katanya, untuk merayakan keutuhan keluarga ini. "Aku bisa, tapi tanya dulu pada Noonamu, apa kondisinya memungkinkan untuk pergi ke taman hiburan. Dia pasti kelelahan karena kegiatan kami malam tadi." Na
"Jadi apa yang kau inginkan Naya? Misimu sudah berhasil dan Novelnya sudah selesai." Naya yang masih tak percaya ditarik ke dimensi aneh ini hanya diam. Wanita itu belum menjawab apa pun, dia hanya tertunduk sembari mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Di mana dia menghadiri pemakaman Zavier. Iya, Zavier. Tumbal novel ini ternyata bukan Kayasaka tapi Zavier. Malam itu, saat Kayasaka kecelakaan, Naya langsung menghubungi Emily karena Kayasaka membutuhkan donor darah secepatnya. Emily yang sedang bersama Zavier langsung bergegas menuju rumah sakit. Tapi di jalan mereka berdua dijegat oleh orang-orang suruhan Amretha. Orang yang sama yang merusak mobil Kayasaka dan membuatnya kecelakaan. Di tengah kekalutan itu, Zavier tertembak dan motornya kecelakaan tapi Emily selamat. Naya yang was-was karena Emily tak kunjung datang untungnya mendapat bantuan dari Emilio dan Alares yang ternyata mau mendonorkan darahnya untuk Kayasaka. Setelahnya, Emily datang ke rumah sakit dengan ber
"Noona benar-benar akan pulang?" Tanya Zavier masih tak mengerti. Setelah dia dan Emily saling mengejar di koridor keduanya kembali dengan Naya yang sudah sibuk berkemas. "Hm, iya." Jawab Naya tanpa ragu, dia melirik Kayasaka yang tadi marah karena tak rela ditinggal pergi olehnya. Semua bujuk rayu lelaki itu bahkan tak mempan pada Naya yang tetap ingin pulang. Naya sendiri bersikukuh pulang dan tak bisa tinggal lebih lama di sini, karena bagaimanapun dia tidak mau menghilang tepat di depan orang-orang yang dia sayangi. "Padahal Kakak juga pulang besok 'kan? Kenapa kak Naya tidak menginap saja?" Itu Emily, ikut memerotes keputusan Naya. "Aku harus pulang karena harus menyiapkan sesuatu Lily. Aku ingin menyiapkan untuk menyambut kepulangan kakakmu." Jawab Naya dengan kerlingan jahilnya. Bohong. Naya bahkan tak tau masih bisa melihat Kayasaka hingga besok pagi atau tidak. "Biarkan saja. Kakak iparmu memang keras kepala. Toh besok aku tak akan pulang." Kayasaka berkomentar k
"Bahkan sebelum ini, aku sudah berencana membunuhmu,"Tubuh Naya menegang. Mendengar kalimat itu tepat di telinganya. Kayasaka hanya tersenyum kecil, saat tubuh Naya hanya diam di tempat dan tak merespon ucapannya. ***Kayasaka Alexio Elakhsi adalah antagonis kejam dalam sebuah novel berjudul 'Sweet Love'. Tak semanis judulnya, novel ini sebagian besar berisi tentang kekejaman Kayasaka. Tokoh antagonis pria yang terobsesi dengan Faniya, yang merupakan pemeran utama wanita karena alasan sepele. Ikat rambut. Ya ... Kayasaka mulai menggilai Faniya. Saat sekretaris barunya itu senang mengikat rambutnya ke belakang. Keanehan ini bukan tanpa alasan. Melainkan, karena Kayasaka merasa, Faniya adalah reinkarnasi dari sosok wanita yang sangat dia cintai. Kayasaka adalah sosok tersohor, yang namanya terpampang di jajaran orang-orang berpengaruh.Di usia 27 tahun, Kayasaka sudah punya perusahaan sendiri yang dia beri nama K'Yeast Group, yang bergerak di berbagai bidang. Sosoknya lumayan mi
Apa yang kalian pikirkan tentang transmigrasi? Konyol? Menggelikan? Atau mustahil?Itulah yang Naya pikirkan pada awalnya. Sebelum, semua menjadi petaka yang tidak dirinya mengerti. Namanya, Naya Raeka Elastien. Mahasiswa tahun terakhir yang tengah sibuk menulis skripsi. Naya tinggal sendiri setelah memutuskan untuk kuliah di luar kota. Yogyakarta. Di kota inilah sekarang Naya tinggal. Kehidupannya bisa di bilang biasa saja. Sampai suatu hari, Naya tertidur setelah membaca novel Sweet Love, novel yang isinya berisi kekejaman tokoh antagonis yang diluar nalar. Malam itu, Naya lega saat novelnya berakhir happy ending. Kisah Faniya dan Emilio memang bagus dan Naya menyukainya. Hanya saja, kematian satu figuran yang namanya hampir mirip dengannya, membuat Naya sedih sendiri memikirkannya. Gadis yang dengan wajahnya mampu mengikat keindahan, nyatanya harus berakhir terbunuh ditangan suaminya sendiri. Menyebalkan. Naya nyatanya tak habis pikir pada penulis yang malah menyandingkan Ar
"Bunuh dia."Naya masih bisa mengingat dengan jelas kata-kata itu. Kata-kata yang Kayasaka ucapkan saat hendak membunuh Arranaya. Dialog yang membuatnya benar-benar membenci Kayasaka sampai akhir. Dan apa barusan? Lelaki tampan di depannya ini mengatakan nama menyebalkan itu? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Naya masih bermimpi?"Tunggu, tunggu, apa sebelumnya anda mengenal saya?"Lelaki berjas abu-abu itu tersentak kaget. Membenarkan letak kacamatanya yang sedikit miring, lalu menjawab "Apa Nyonya sudah lupa siapa saya? Saya Louis, asisten Tuan Kayasaka."Lagi-lagi nama itu. Kenapa dari tadi orang ini menyebutkan nama antagonis menyebalkan itu terus menerus. "Sepertinya anda salah orang, Tuan. Saya tak mengenal anda dan apakah anda juga pembaca novel Sweet Love? Kenapa dari tadi anda menyebutkan nama Kayasaka?"Louis benar-benar tak mengerti dengan celotehan gadis dihadapannya. Dia berulang kali mengecek nama di ranjang pasien dan tak menemukan kejanggalan apapun. Jelas-jelas gadis d
"Hentikan pencarian. Aku sudah menemukannya. Katakan pada Bibi Marry untuk menyiapkan kamar dan panggil seorang dokter."Kayasaka menutup telponnya. Kini menatap gadis di sampingnya yang pingsan dalam keadaan basah kuyup dengan luka-luka goresan di kakinya. Setelah bertemu dengannya. Gadis yang berstatus sebagai istrinya itu malah pingsan di jalanan yang basah, membuat Kayasaka mau tak mau membiarkan gadis itu masuk ke dalam mobil lamborgini hitamnya dalam keadaan kotor.Menyusahkan sekali, sudah dia duga kalau anak gadis yang berasal dari anak orang kaya memang menyusahkan. Setengah jam mengemudi. Kayasaka tiba di Mansion mewahnya dengan menggendong Naya yang masih pingsan. Entah apa yang membuatnya terkejut sampai pingsan atau memang tubuhnya lemah saja di dera derasnya hujan yang turun dari langit, Kayasaka tidak tau dan tidak ingin peduli. "Tuan, apa yang terjadi?! Apa Nyonya baik-baik saja?" Wanita paruh baya dengan netra coklatnya tergopoh-gopoh mengikuti langkah tegas Kayasak
"Tuan ... " Bibi Marry menatap Kayasaka yang masih berdiri diambang pintu. Lelaki itu lebih mirip seperti seorang model yang berpose angkuh. Naya bahkan heran, mengapa tokoh antagonis sepertinya dibuat sebegitu menawan? Bagaimana dengan tokoh utamanya?"Aku butuh privasi, Bibi. Terima kasih atas kerja kerasmu."Orang yang Kayasaka panggil Bibi itu mengangguk. Naya menggigit bibir bawahnya kasar menyadari jika Bibi ini pergi, dia hanya akan berduaan dengan Kayasaka di kamar mewah ini. Situasi yang jelas Naya hindari. KlikPintu di kunci, Bibi Marry pergi tanpa bisa Naya cegah. Kayasaka mendekat perlahan membuat Naya beringsut mundur menarik selimutnya kuat-kuat. Bayangan dialog gila Kayasaka dan Arranaya asli terbayang jelas di otaknya. Seingatnya, Kayasaka tak pernah bersikap manis pada orang-orang yang menentangnya. Dan Naya baru saja menjadi orang yang menantang Kayasaka beberapa saat lalu. Kepergiannya dari rumah sakit tentu saja bukan hal yang bisa Kayasaka maafkan dengan mudah.