Share

Pt. 03 - The Devil's House

"Hentikan pencarian. Aku sudah menemukannya. Katakan pada Bibi Marry untuk menyiapkan kamar dan panggil seorang dokter."

Kayasaka menutup telponnya. Kini menatap gadis di sampingnya yang pingsan dalam keadaan basah kuyup dengan luka-luka goresan di kakinya.

Setelah bertemu dengannya. Gadis yang berstatus sebagai istrinya itu malah pingsan di jalanan yang basah, membuat Kayasaka mau tak mau membiarkan gadis itu masuk ke dalam mobil lamborgini hitamnya dalam keadaan kotor.

Menyusahkan sekali, sudah dia duga kalau anak gadis yang berasal dari anak orang kaya memang menyusahkan.

Setengah jam mengemudi. Kayasaka tiba di Mansion mewahnya dengan menggendong Naya yang masih pingsan. Entah apa yang membuatnya terkejut sampai pingsan atau memang tubuhnya lemah saja di dera derasnya hujan yang turun dari langit, Kayasaka tidak tau dan tidak ingin peduli.

"Tuan, apa yang terjadi?! Apa Nyonya baik-baik saja?" Wanita paruh baya dengan netra coklatnya tergopoh-gopoh mengikuti langkah tegas Kayasaka. Setelan Jas yang disetrikanya beberapa jam lalu sudah kusut dan berantakan di tubuh atletis lelaki itu.

"Apa dokternya sudah datang?" Tanya Kayasaka tepat setelah dirinya memasuki area rumah, masih diikuti pelayan terlamanya Bibi Marry yang khawatir.

"Sudah Tuan."

Wanita tua itu menjawab pelan, sesekali melirik Naya dalam gendongan Kayasaka, gadis yang masih setia menutup mata. Wanita tua itu tak bisa membayangkan apa yang sudah terjadi. Apa Tuannya itu kambuh lagi? Bibi Marry tak tau.

"Di kamar mana?"

"Kamar tamu nomor 1"

"Tidak. Di kamarku saja," Bibi Marry terkejut ketika Kayasaka memutar langkahnya, menuju kamar utama miliknya di lantai tiga. Kamar ini letaknya tersembunyi, ada lift khusus untuk menuju ke sana, "suruh dokternya datang ke sana setelah Bibi mengganti bajunya. Pastikan semuanya aman sebelum dia meninggalkan rumah ini."

Wanita tua itu mengangguk, "Tapi tidak apa membiarkan Nyonya di kamar utama?" Tanyanya jadi tak yakin. Selama ini, tak ada yang Kayasaka biarkan memasuki kamarnya itu. Kecuali tiga pelayan khusus dan dirinya. Itupun hanya untuk membersihkan kamar yang bahkan tak kotor dan nyaris tak tersentuh sama sekali.

"Tentu saja. Karena aku akan menginterogasi istriku semalaman. Siapkan saja keperluannya, Bibi."

"Baik Tuan." Bibi Marry mengangguk patuh. Kini Kayasaka sudah meletakan Naya di kasurnya. Membiarkan kepala pelayan, sekaligus pengasuhnya Bibi Marry yang melakukan sisanya.

Kayasaka sendiri, kini pergi ke ruang kerjanya setelah berganti baju, karena bajunya juga basah kuyup akibat menggendong Naya yang pingsan di tengah hujan.

Di ruang kerjanya itu, Kayasaka berkutat dengan semua dokumen yang di dapatkannya dari agen rahasia yang dia miliki. Semua dokumen itu menunjukan identitas musuhnya, Emilio Fernandes yang kini sudah menarik perhatian Faniya terlalu jauh.

Kayasaka menggeram kesal, mengetahui satu fakta menggelikan tentang Emilio. Fakta gila yang membuatnya mulai hari ini, membenci Emilio sampai ke sumsum tulang belakang. Ini bukan hanya soal Faniya tapi juga kehidupannya. Emilio, dia tak akan membiarkan lelaki itu lolos.

"Lihat saja. Berapa lama kau akan bertahan dengan bisnis rintisanmu." Satu gelas berhasil diantarkan pada kehancuran oleh tangan kekar itu. Kayasaka tak peduli kepingan tajam dari gelas itu akan melukai telapak tangannya juga, yang terpenting, untuk sementara amarahnya sudah tersalurkan.

***

"Kak Lio, apa yang sedang kakak lakukan?" Seorang gadis berambut pendek menyambangi kakaknya yang sedang asik menatap keluar jendela ruang baca. Tangannya memangku segelas americano dingin dicuaca yang juga sama dinginnya. Katakanlah seleranya aneh, tapi seperti itulah sosok Emilio. Lelaki berahang tegas nan tampan yang kini sedang menatap hujan di luar jendela.

"Aku tidak sedang melakukan apapun, Emily. Aku hanya merasa aneh pada sesuatu." Ungkapnya jujur pada sang adik.

Emily, gadis cantik pemilik surai coklat pendek yang indah menoleh, ingin melihat ekspresi kakaknya lebih jauh.

"Tentang apa? Biasanya Kak Lio tidak pernah mencemaskan apapun bukan? Apa yang membuat kakak gelisah seperti ini?"

Emilio, lelaki berusia 29 tahun yang kerap dipanggil Lio itu menoleh. Menatap adiknya tak yakin. Kegundahan tak sirna dari mata birunya yang sedalam lautan.

"Tadi, sepulang dari kantor menuju rumah. Aku melihat Alyssa."

Wajah antusias Emily langsung berubah. Jelas sekali tak suka dengan bahasan kali ini. Emily bahkan sudah muak mendengar nama gadis itu.

Alyssa Keyandra.

Gadis yang menyakiti kakaknya dengan luka paling dalam yang bisa Emily bayangkan. Alyssa, gadis itu berhasil membuat Emilio berpaling darinya. Namun yang lebih jahat, gadis itu juga yang meninggalkan Kakaknya tepat sehari sebelum pesta pertunangan. Emily tak suka gadis itu, Emily membenci dan merutukinya sampai rasanya mau mati.

Mengenal Alyssa dihidupnya adalah kesalahan. Menemuinya sebagai calon kakak ipar adalah luka yang disengaja.

Alyssa bahkan berhasil merubah total kepribadian Emilio dan membuatnya menjadi sosok yang tertutup dan sulit di dekati. Alyssa merubah segalanya dalam hidup Emily, terutama kakaknya Emilio. Intinya, Emily membenci gadis itu.

"Kenapa kakak masih membicarakannya? Dia wanita yang tak pantas kakak harapkan lagi. Aku bahkan muak mendengar namanya."

Dengan kesal Emily berlalu, meninggalkan Emilio yang menatapnya dengan sendu.

Emily benar, Alyssa adalah gadis yang tak pantas lagi Emilio harapkan. Alyssa sudah tenang disana, lalu kenapa Emilio masih mengharapkannya?

Emilio sendiri mewajarkan kekesalan Emily, dia tau jauh di dalam lubuk hati adiknya itu, dia juga kehilangan sosok Alyssa. Sosok kakak perempuan manis yang akan menemaninya berbelanja di akhir pekan. Sosok kakak perempuan yang akan mendengar curhatannya sampai jam 12 malam.

Hanya saja, sampai hari ini Emily bahkan tak tau, kalau Alyssa telah pergi selama-lamanya ke tempat yang tak bisa dijangkau oleh Emilio. Tepat sehari sebelum pertunangan itu, Emily tak tau kalau Alyssa pergi bukan atas dasar kemauannya sendiri. Tapi karena takdir Tuhan.

Sebab, jauh sebelum kenal dengan Emilio, Alyssa sudah didiagnosis kanker hati stadium akhir. Hidupnya sudah berantakan dan nyaris pasrah menunggu kematian. Tapi hari itu, Emilio hadir membawa sejuta warna baru bagi Alyssa. Mereka jatuh cinta, lalu Emilio berkali-kali meyakinkan gadis itu kalau mereka bisa hidup bersama.

Alyssa tau itu tak mungkin. Tapi karena bujukan dari Emilio dan semua rasa cintanya. Alyssa mantap mengadakan pertunangan. Namun sehari sebelum hari bahagia itu datang. Tuhan berkehendak lain, kondisi Alyssa mendadak drop. Semua pengobatan di kerahkan untuk menyelamatkan gadis itu. Namun ... sekali lagi Tuhan lebih menyayangi gadis itu.

Alyssa pergi. Pergi untuk selama-lamanya dan meninggalkan luka besar di hati Emilio.

Di kesadaran terakhirnya, Alyssa mengatakan kalau dia tak ingin Emily juga tau tentang kematiannya. Dia tak masalah Emily akan membencinya, tapi Alyssa tak ingin gadis itu bersedih. Alyssa terlalu menyayangi Emily, yang selalu antusias membahas Emilio di depannya. Alyssa tak ingin membiarkan ada luka pada diri Emily. Gadis itu sudah Alyssa anggap seperti adiknya sendiri jadi Alysaa tak ingin mengecewakannya.

"Semoga tenang di sana, lyss. Jika gadis yang tadi itu kamu, aku harap kita segera bertemu lagi."

***

"Di mana aku?"

"Nyonya? Anda sudah sadar?"

Naya mengamati wanita paruh baya di samping kasurnya, Naya menyadari kalau infus kini kembali menusuk tangannya. Apa dia kembali ke rumah sakit?

"Nyonya apa anda baik-baik saja?" Naya merasa dejavú, dia pernah ditanyai begini oleh Louis, asisten pribadi Kayasaka.

Kayasaka?!

Tunggu, Naya merasa otaknya seperti kaset rusak. Kini memorinya menampilkan segala kejadian yang dia alami saat hujan, tepat setelah dia memutuskan untuk pergi dari rumah sakit.

Lelaki berpayung itu di sana. Lelaki dengan rahang tegas dan mata hazel yang menyorot tajam. Naya ingat jelas tatapan itu. Apa dia benar-benar Kayasaka dalam novel?

"Aku di mana?" Tanya Naya memastikan.

"Anda di rumah Tuan Kayasaka, Nyonya. Rumah yang akan anda tinggali mulai sekarang."

Kepalanya sakit. Jadi ini bukan ilusi, dan yang mengantarkannya sampai ke neraka ini adalah iblis pemilik rumah ini sendiri. Kayasaka Alexio Elakhsi yang kini menatapnya tajam diambang pintu.

Tuhan, bisakah Naya meminta menghilang sekarang?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status