Drrrrtttt ... drrrtttt "Halo Zaza ada apa?" "Noona! Kau di mana? Kau lupa aku akan menjemputmu?!" Tanya Zavier setengah berteriak. Pemuda itu bingung dan kesal setengah mati saat menemukan kamar hotel Naya yang kosong. Padahal dia sudah jauh-jauh ingin menjemput Noona dan Hyungnya itu. "Aaaaaaa maaf-maaf. Aku lupa kau akan menjemput. Aku sudah di jalan pulang dengan Kayasaka. Maafkan aku ya Zaza. Kau tidak marahkan?" Naya meminta maaf dengan tulus, nadanya terdengar sangat menyesal. Dia terlalu sibuk digoda dan menggoda Kayasaka, sampai lupa pada bocah imut satu ini, yang jatuhnya sudah seperti adik kandungnya sendiri. "Ini bukan jebakan dari Hyung? Dia biasanya menjahiliku dengan cara kekanak-kanakkan seperti ini. Dia pasti ingin memonopoli waktu Noona." Tuduh Zavier dengan nada marah-marahnya yang imut. Naya melirik lelaki di sampingnya yang mengemudi dengan anteng. "Tidak. Aku hanya lupa Zaza. Kau mau memaafkankukan? Aku akan melakukan apapun untuk menebusnya." "Jeongma
Naya membuka tirai jendela di kamarnya. Rasanya baru beberapa jam setelah dia tertidur, dan sekarang matahari sudah kembali membangunkannya. Naya melirik jam dinding yang baru menunjukan pukul 06.30 pantas saja Bibi Marry belum membangunkannya. Karena biasanya wanita itu akan datang ke kamarnya tepat pukul 07.00. "Apa Kayasaka sudah bangun?" Naya bergumam sendiri, setelah membereskan dirinya di kamar mandi. Dia memakai sandal rumahnya pergi ke luar kamar. Naya memberanikan diri untuk masuk ke ruang kerja Kayasaka yang tak dikunci. Karena nyatanya lelaki itu belum merubah kebiasaannya untuk bermalam di ruang kerja. Jadi Kayasaka pasti ada di sini, masih tertidur atau masih bekerja. Bukan Naya mengharapkan hal lain, hanya saja ruangan ini terlihat tidak nyaman untuk dijadikan tempat tidur atau tempat istirahat. "Kayasaka?" Naya memindai seluruh ruangan, tapi Kayasaka tak terlihat di manapun. Apa lelaki itu sudah pergi ke kantor? Sepagi ini? "Apa yang kau lakukan di ruang kerjaku
"Sebenarnya apa yang coba kau buat dengan tangan kecilmu itu?" Kayasaka bertanya setelah Naya kembali sibuk dengan bahan-bahan di depannya. "Kue." Jawab Naya tanpa perlu berpikir. "Tak bisakah meminta Bibi Marry membuatkannya saja?" Naya menoleh, tapi tidak punya waktu untuk berdebat dengan Kayasaka sekarang ini. "Tidak bisa. Aku harus membuatnya sendiri. Ini untuk Zavier. Dia marah padaku karena meninggalkannya di hotel kemarin, apa kau lupa?" Naya sibuk mengatur bahan yang dia perlukan lalu kini mengambil stroberi dari dalam kulkas. "Beli saja apa bedanya?" Naya menghembuskan napas kasar, menatap Kayasaka galak. "Kau ini benar-benar tak punya empati atau tidak mengerti ketulusan sih? Mana ada orang minta maaf dengan tidak niat begitu?" Naya balik marah-marah. Setelah bermanis-manis keduanya kembali berdebat, ya begitulah kehidupan rumah tangga yang mereka jalani. "Kalau begitu biarkan aku saja yang membuatnya, kau? Duduk saja." Naya mengerutkan alis heran, memangnya lel
Zavier menutup laptopnya dengan cepat. Menyusul Emily keluar dari kediaman milik Geraldine Fernandes itu. Jamuannya terlihat kacau, tapi orang-orang di sana masih saja mencoba tersenyum palsu. Mereka bersikap seolah keributan ibu dan anak di keluarga mereka tidak pernah terjadi sebelumnya. Gila! Zavier benar-benar tak habis pikir dengan keluarga konglomerat ini. "Kemana perginya ice princess itu?" Zavier bergumam sendiri setelah keluar dari gerbang. Untungnya tak ada yang mencurigainya karena semua orang sedang sibuk setelah ketegangan tadi. Tak lama mata Zavier menangkap sebuah bayangan yang berlari ke danau di ujung perumahan itu. Danau yang sempat Zavier lewati dan terletak di samping bangunan tua yang menjadi tempatnya menyimpan mobilnya sendiri karena di sana cukup sepi. Dengan langkah yakin, Zavier mendatangi area danau itu. Zavier melihat Emily yang sedang duduk sendirian di tepi danau, belum menyadari kehadirannya. Tak lama m
"Kau mau ke mana?" Tanya Naya heran, melihat Kayasaka yang kembali mengenakan jas biru tua miliknya. Melewati dirinya yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Ke kantor. Tidur saja, jangan menungguku." Jawab Kayasaka terburu-buru. "Tunggu!" Naya menghentikan langkah Kayasaka. Membuat pria berahang tegas itu menoleh heran. "Ada apa?""Bawa ini bersamamu. Kau bisa memakannya nanti." Naya menyelipkan satu lolipop besar di saku jas Kayasaka yang dia ambil dari atas nakas. Tadi Naya memang ingin memakannya namun belum sempat. Dia ingat, kalau Kayasaka sepertinya belum makan apapun dari siang tadi. Setidaknya lolipop ini bisa menjaga gula darahnya. "Permen?" Kayasaka mengangkat alisnya sebelah. Naya mengangguk dua kali, meyakinkan lelaki di hadapannya kalau dia tidak salah lihat. Melihat respons Naya yang lucu, Kayasaka tersenyum. "Terima kasih." Ujarnya tulus, dia tersenyum sembari mengacak rambut Naya pelan. Membuat sang empunya kaget dengan degup jantungnya yang kembali berantakan.
"Noona, sebenarnya ada apa?" Zavier bertanya di balik kemudi. Di sampingnya Naya dengan gelisah mencoba menelepon nomor Kayasaka, tapi tidak aktif. Setelah Zavier mengatakan kalau Kayasaka akan mengadakan perjalanan bisnis ke Milan. Entah kenapa Naya panik. Dia teringat kecelakaan pesawat yang menimpa Emilio dalam novel, dan membuatnya lupa ingatan. Naya tak ingin itu semua terjadi pada Kayasaka. Tidak boleh, Naya mohon. "Kenapa dia tidak menjawab!" Naya berteriak frustrasi, Zavier semakin dibuat bingung oleh Noonanya ini. Ada apa? Memangnya kenapa kalau Hyungnya melakukan perjalanan bisnis? "Berapa lama lagi Zaza? Apa bandaranya masih jauh?" "Sebentar lagi. Tapi aku tidak yakin Hyung masih ada di sana." Naya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Masih mencoba menghubungi nomor Kayasaka. Naya rasanya bisa gila kalau terus begini. "Noona kau belum menjawab pertanyaanku. Sebenarnya ada apa?" Naya menoleh pada Zavier yang m
Gumpalan awan kini meluruh menjadi hujan. Seorang wanita dengan susu coklat di tangannya menatap bebas keluar jendela. Naya, wanita yang tadi ke bandara dengan piama pinknya. Kini termenung sendirian di ruang keluarga, menatap taman yang terhalang oleh dinding kaca. "Nyonya, apa anda ingin saya buatkan makan siang?" Bibi Marry bertanya, Naya mengangguk pelan tanpa menoleh. Sedari tadi Naya memang terlihat sendu dan gelisah, berkali-kali mengecek notifikasi di handphone miliknya. Pelayan itu menatap Nyonya rumahnya sebentar. Kemudian memutuskan pergi setelah Zavier yang datang membawa camilan ke ruang keluarga. "Apa Noona masih kesal karena Hyung tetap pergi?" Zavier bertanya, sedari tadi Noonanya itu memang terlihat sedikit murung dan tidak bersemangat. Tepatnya setelah Kayasaka--Hyungnya menyuruhnya untuk mengantarkan Noonanya ini pulang. Karena nyatanya, Hyungnya itu memutuskan untuk tetap pergi ke Milan, karena masalah perusahaan yang mendesak.
Yaya Galak|kau marah?ReadNaya mendelik membaca pesan itu. Marah? Tentu saja, kenapa Kayasaka masih menanyakannya. |Arranaya?ReadAPA!? Naya masih emosi, dia tak akan membalasnya. Lihat saja. |Naya?ReadKayasaka ini benar-benar. Rasakan! Dia baru melihat Naya yang marah kan. Siapa suruh pergi dengan menyebalkan begitu! |Nyonya ElakhsiReadCih! Apa Naya bisa dirayu dengan panggilan itu. Nyonya Elakhsi sudah tak mempan padanya. |Sayang? kau benar-benar |tak akan membalas|pesanku?ReadTunggu, mata Naya membulat sempurna membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya itu, dia tidak salah lihat kan? Naya tidak berhalusinasi kan? Kenapa jantungnya tiba-tiba ... berdebar. Prang!"Noona!? Ada apa?" Naya terkejut, saat Zavier berlari masuk ke kamarnya setelah dia menjatuhkan ponselnya sendiri tanpa sadar.