Cade di belakang kemudi tersenyum puas dalam perjalanan pulang. Di belakangnya, di kursi penumpang, tiga orang dengan wajah cemberut duduk berdesakan. Ketiganya duduk dengan ditimbuni ratusan boneka aneka jenis dan warna. Boneka-boneka itu bahkan memenuhi kursi penumpang bagian depan dan lantai mobil.Fay melempar sebuah boneka pada Cade. “Sama sekali tidak kreatif!”“Hey, kau mengganggu konsentrasiku!” Cade protes saat merasakan lemparan sebuah benda empuk yang mengenai bagian belakang kepalanya.“Mommy, daddy sedang menyetir.” Mike mengingatkan. Mereka bisa celaka kalau mommy terus mengganggu daddy.Kali ini Fay melempar anak itu dengan boneka lainnya. “Ini gara-gara kau, Mike.”“Kenapa aku?” Mike protes. Dia tidak tahu kenapa dia disalahkan.“Karena kau yang mengajak ayahmu ikut main. Lihatlah akibatnya, kita dipenuhi dengan boneka-boneka bodoh ini!”Mike cuma meringis mendengar kata-kata Fay. Dia tidak menyangka ayahnya bakal menyuruh manajer taman bermain membongkar semua mesin c
Fay menggerak-gerakkan tangannya di udara. “Bukan aku,” ujarnya panik.Callie terbahak. “Kenapa cemas seperti itu? Tak ada yang bilang kalau ini adalah kau. Aku cuma melihat jaket ini sama persis dengan yang kau kenakan. Tapi menurutku kekasih Cade Goldwin tak akan memakai jaket murahan seperti milikmu. Mungkin ini dari salah satu merek terkenal.”Callie bisa menebak kalau wanita itu adalah ‘mommy’ Mike dan Mika walau tidak pernah bertemu langsung. Meskipun begitu, mana mungkin kakaknya akan mau mengambil pengasuh jorok seperti Fay.Di depan Callie, Fay menekuk bibirnya. Merasa tersinggung dengan ucapan Caliie tentang jaket murahannya. Tapi apa yang bisa dikatakannya? Jaket ini memang dia dapatkan dari promo murah di sebuah toko pakaian.“Jangan tersinggung.” Callie menepuk pundak Fay yang wajahnya tampak masam. “Kelak, aku berjanji akan membelikanmu jaket yang bagus.”“Tidak perlu. Aku bisa membelinya sendiri.” Fay beranjak ke kelas lebih dulu. Dia tidak mempedulikan seruan Callie y
Cade mendengar pintu ruangannya di ketuk. Dia masih memeriksa beberapa dokumen lagi sebelum pergi tidur. Tanpa mengangkat wajahnya dari lembaran-lembaran di tangan, dia berkata pada si pengetuk, “Masuk!”Terlambat untuk menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan begitu melihat siapa yang datang.Fay terlihat mengenakan kaos kebesaran yang dipakainya dua hari yang lalu. Tiga hari yang lalu. Seingat Cade, gadis itu tidak pernah memakai yang lainnya. Apa dia punya selusin kaos yang sama? Atau malah terus mengulangi memakai tanpa mencucinya? Kalau yang terakhir benar, alangkah menjijikkannya!Dan apa yang di tangan gadis itu? Sebuah cangkir minum? Apa Fay membuatkan sesuatu untuknya?“Ada perlu apa?” Cade tidak ingin berlama-lama melihat pada gadis itu. Dia kembali menunduk pada kertas dokumen di tangan.Fay meletakkan kopi buatannya ke atas meja kerja Cade. “Dari anak-anak,” ujarnya singkat. Ide mencatut nama anak-anak melintas begitu saja. Cade bisa besar kepala kalau tahu Fay yang
Gadis itu baru saja hendak bertanya tentang ‘mommy’ ketika Cade tanpa mengatakan apa pun langsung memutuskan sambungan.Dengan gemetar, Pricilla menggenggam ponselnya erat hingga buku-buku jarinya tampak memutih.Siapa mommy ini? Adakah pengasuh itu? Oh, Pricilla menjadi sangat penasaran. Dan marah. Kemarahan itu tidak mungkin dia arahkan pada Cade. Percuma. Dia hanya akan terbakar sendiri. Pengasuh itulah yang akan jadi sasaran kemarahannya.Pasti ada sesuatu di sini, Pricilla yakin. Itu tidak seperti yang Langdon katakan dalam acara konferensi persnya. Dia yakin tak ada seorang pun yang percaya dengan omong kosong tentang pengasuh itu. Dia harus bertemu langsung dengan gadis itu dan menentukan sendiri apakah dia layak menjadi lawan Pricilla ataukah hanya gadis rendahan yang bodoh. Pricilla harus menemukan cara untuk naik ke apartemen Cade.Sementara di apartemen Flyod.“Bukankah kalian punya kamar sendiri? Kenapa harus tidur di kamar nona Willmer?” Cade mendudukkan gadis kecil itu d
Perlu beberapa detik bagi Callie untuk mengenali gadis itu.Pricilla Haines, pacar terbaru Cade. Callie belum pernah bertemu langsung dengannya. Tapi dia melihatnya kemarin dalam sebuah berita di internet. Untuk apa gadis itu datang ke apartemen Cade? Bukankah kakaknya tidak pernah mengajak pacar-pacarnya ke sini? Lagi pula Cade sedang di kantornya, gadis itu pasti tahu. Lalu kenapa dia nekat datang ke sini? Ini pasti ada hubungannya dengan pemberitaan kemarin. Gadis pengasuh misterius. Tentu saja. Pricilla pasti sangat penasaran.Callie membuka pintu pada bunyi bel berikutnya dan mendapati gadis bernama Pricilla yang memasang senyum manis.“Hallo, aku Pricilla. Pricilla Haines, pacar Cade. Tadi aku lewat dan berpikir tidak ada salahnya kalau mampir ke sini. Apa kau adalah pengasuh anak-anak Cade?” Pricilla langsung menebak. Siapa lagi pikirnya yang bisa berada di apartemen Cade kalau bukan si pengasuh itu?Callie mencibir dalam hati. Gadis ini asal tebak seenaknya.Callie membalas
Callie tidak bisa menahan tawanya. Jelas sekali anak-anak tidak menyukai Pricilla. Itu sama saja berkata, ‘Aku ingin kalian putus.’Pricilla menatap sengit pada Callie “Apa yang kau tertawakan?”“Eh, aku? Apa kau tidak menonton acaranya?” Callie pura-pura tidak mengerti di mana salahnya. Dia malah menunjuk pada televisi yang tengah menayangkan sebuah film kartun.Pricilla tidak bisa berkata apa-apa untuk sesaat. Dia yakin, Callie menertawakannya. Kini dia kembali merasa diabaikan. Bahkan Mike yang tadi bertanya padanya kini tak lagi peduli apakah Pricilla akan menjawabnya atau tidak. Dia malah ikut menonton televisi bersama Callie dan Mika.Posisi canggung Pricilla tertolong saat nyonya Smith datang dan mengajak semuanya makan siang. Dia menolak ajakan itu dengan alasan akan pergi ke perusahaan untuk makan siang dengan Cade.Callie merasa betapa konyolnya gadis ini, karena masih saja berusaha terlihat bahwa hubungannya dengan Cade baik-baik saja. Tapi anak-anaklah yang cemberut saat
“Kalau kau kalah, anak-anak akan tidur denganmu selama mereka suka.”Mike dan Mika bersorak. “Yeay! Aku sayang daddy....” Mika memeluk Cade disusul Mike yang juga sudah duduk di sebelahnya.Fay memandang jijik pada tiga anak beranak itu. “Tidak masalah apa pun yang kau minta. Tetap saja aku yang akan menang. Jangan menangis kalau kau kehilangan mobilmu malam ini.” Fay sudah tidak tahan melihat potongan steak di depannya. “Ayo mulai!”Mika menghitung untuk mereka. Pada angka tiga, Fay makan steak itu langsung dengan tangannya meskipun telah ada pisau garpu. Cade menahan rasa mual melihat cara Fay makan. Dia mengiris daging dalam potongan sedikit lebih besar dari biasanya dan mulai memakannya.Fay makan seperti kerasukan. Seperti ada setan kelaparan yang memasuki dirinya. Bunyi kunyahannya membuat kepala Cade pening.“Peraturannya....” Cade memotong lagi dengan pisau dan menusuk dengan garpu. “Siapa yang menghabiskan potongan terbanyak, dia yang menang.”“Aku tahu,” ujar Fay setelah m
Cade mengabaikan tebakan Fay tentang semalam dan meneruskan langkahnya keluar. Fay yang tidak puas dengan reaksi Cade membuntuti hingga ke lift.“Wah, aku tidak mengira tuan Goldwin yang hebat ternyata tidak tahan melihat orang muntah.” Fay mulai mengolok-olok Cade. Waktu lelaki itu masuk ke dalam lift dia ikut serta dan berdiri di sampingnya.“Apa kata orang-orang kalau tahu kau selemah itu? Aku yakin wartawan akan senang menuliskannya. Jarang sekali ada berita lucu tentang anggota keluarga Goldwin, kan?” Fay menganggap hal itu lucu, kalau tidak bisa dikatakan memalukan.Wajah Cade menjadi muram. Tidak ada gadis yang sepandai pengasuh anaknya ini dalam hal mengolok-olok. Lelaki itu menghadapi Fay yang berdiri di sebelahnya, mempersempit jarak di antara mereka. Fay refleks mundur. Cade menopangkan sebelah tangannya ke dinding lift di sisi gadis itu.“Aku tidak tahu apa maksudmu selalu membuat masalah denganku, nona Willmer. Adakah itu salah satu trikmu untuk menarik perhatianku?” Cad
Hari kelima bulan madu.Matahari telah mulai naik hingga seperempatnya. Di dalam kamar tidur yang luas dan mewah suasananya terasa hening. Suara hiasan gantung di balkon yang tertiup angin bergemerincing samar menjadi satu-satunya yang terdengar.Di lantai kamar, berserakan pakaian pria dan wanita. Pemandangannya sedikit kacau dan ambigu. Sementara di tempat tidur lebih berantakan lagi. Seakan sebuah badai pernah datang di kamar ini kemarin malam lalu pergi setelah puas memorak-porandakan semuanya.Kelopak mata Fay bergerak-gerak sebelum kemudian membuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah otot-otot dada yang terbuka. Dan aroma keintiman semalam segera memasuki indera penciumannya. Dia menjadi linglung sejenak.Setiap terbangun selama beberapa pagi, dia masih merasa asing dengan pemandangan ini. Lelaki yang memeluknya, bau tubuhnya, seisi ruangan, semua baru dan asing. Fay ingin menolak percaya bahwa ini nyata, tapi dia tidak berdaya. Dirinya telah menjadi milik Cade Goldwin, l
Pesta pernikahan Cade Goldwin dan Fay Willmer berlangsung tertutup untuk umum. Itu diadakan di sebuah pulau pribadi dengan hanya tidak lebih dari seratus orang undangan. Para wartawan dari berbagai media massa hanya bisa menunggu di sekitar garis pantai dan pelabuhan saat puluhan helikopter secara bergantian menjemput tamu. Keluarga Goldwin bahkan melarang peliputan langsung dan tidak memberikan ijin kepada satu pun media. Mereka hanya akan membuat sebuah berita di halaman website resmi Goldwin Group.Orang yang paling lega akan hal itu adalah Fay Willmer. Dia memang tidak peduli dengan status dan pandangan orang terhadapnya. Tapi nama Goldwin terlalu berat untuk dibawa. Dia merasa akan merepotkan jika harus kemana-mana dengan identitas istimewa itu. Dengan adanya pernikahan yang tertutup seperti ini, identitasnya hanya diketahui segelintir orang.Selain beberapa kerabat dan sahabat dekat, ada juga pejabat dari pemerintahan dan rekan bisnis serta beberapa keluarga kelas atas yang juml
Akhirnya cerita ini selesai juga. Terima kasih untuk semua pembaca yang setia mengikuti kisah Fay, Cade dan duo M hingga bab ini. Maaf, jika harus sering membuat semua menunggu. Sekali lagi, terima kasih atas semua dukungannya dengan memberi komentar, rate, ulasan, like dan gem. Karena dukungan kalian semua lah cerita ini beberapa kali mendapat promosi dari pihak platform. Terima kasih juga kalau ada yang sudah rekomendasiin cerita ini ke teman-teman. Ini ada ngga, ya? 🤔Tapi, eits tunggu dulu! Akan ada bab tambahan setelah ini ya....Akhirnya, seperti biasa, author doakan semoga semua pembaca selalu sehat, bahagia, dan lancar rejekinya. Aamiin.Salam
Callie memutar bola matanya. “Bodoh. Apa aku terlihat seperti calon pengantin?”Alis nyonya Goldwin berkerut. Apa Fay lupa kalau dirinya yang akan menikah? Semalam Cade memberitahu bahwa Fay telah setuju untuk menikah dengannya. Jadi, dia menyuruh keluarga Goldwin untuk datang menghadiri formalitas pernikahan. Sedangkan perayaannya sendiri akan diatur kemudian. Cade khawatir gadis ini akan berubah pikiran. Jadi dia berencana untuk mendapatkan buku nikah terlebih dahulu.Fay menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. “Menurutku kau memang tampak seperti pengantin wanita—““Bicara omong kosong lagi? Bukankah hari ini kalian akan menikah? Jangan katakan kalau kau tidak ingat.” Callie sedikit kesal dengan kelambanan Fay dalam menggunakan otaknya.“Hah? A-aku—“ Fay melihat pada anak-anak meminta seseorang memberi penjelasan.“Mommy, daddy sudah selesai bersiap-siap. Tapi kau bahkan belum mandi. Cepatlah.” Mika juga terlihat tidak sabar.Fay seketika panik. “Siapa yang mengatakan aku akan
Alis Fay mengernyit. “Bicarakan nanti saja. Ayo, bangun. Aku bantu.” Cade menahan tangan Fay, dia memeganginya dengan erat. “Dengar dulu. Jika nanti hasil pemeriksaannya buruk, aku ingin kau berjanji padaku untuk menjaga anak-anak. Mungkin saja aku akan mati. Siapa tahu?”“Jangan bicara sembarangan!” Fay tiba-tiba merasa tenggorokannya tersekat. Itu mengingatkannya pada Audrey sebelum kematiannya. “Kau tidak akan mati.”“Semua orang akan mati.” Cade mengingatkan.“Setidaknya kau tidak akan mati secepat itu.” Fay merasa airmatanya akan jatuh. “Ayo bangun!”“Berjanjilah dulu—““Berjanji apa?” Suara Fay nyaris pecah. “Kau tidak akan mati. Jadi aku tidak perlu menjaga dua anak menjengkelkan itu.”Cade diam-diam melirik pada mata yang mulai berkabut. Astaga! Ini memang sedikit berlebihan. Dia cukup sadar bahwa Fay mungkin akan mengamuk jika tahu dirinya telah dikerjai.Tangan gemetar Fay diraihnya. “Berjanjilah untuk menikah denganku jika memang ini baik-baik saja.” Cade mengucapkan kali
Fay tidak ingin melihat Cade, tapi anak-anak merengek dan terus mendesak. Dia tidak tahan mendengar rengekan anak kecil. Dengan enggan dia pergi juga ke kamar lelaki itu dengan dua pasang tangan mungil menyeretnya.“Aku harap kalian tidak menipuku.” Fay memperingatkan.Tiba di kamar yang tidak asing lagi bagi Fay karena pernah semalaman terjebak di dalamnya, dia melihat Cade yang terbaring pucat di bawah selimut. Matanya terpejam rapat. “Badan daddy panas. Sepertinya demam. Mommy periksa saja.” Mika tahu kalau Fay curiga mereka telah berbohong.Tadi malam Mika dan Mike tidur di kamar ayahnya. Pagi sekali Mike terbangun karena merasakan kulit ayahnya yang seperti terbakar. Waktu Mike mencoba membangunkan dan menanyakan keadaan ayahnya, dia hanya mendapatkan jawaban berupa keluhan. Mata ayahnya sempat membuka sedikit, tapi lalu kembali terpejam dan tidak membuka lagi.Dengan enggan Fay menyentuh dahi lelaki itu. Hanya sebentar, dia langsung menarik tangannya lagi. Benar-benar panas. Bu
Mike dan Mika sesungguhnya masih terjaga. Mereka menguping pembicaraan nenek dan ayahnya tadi siang, menjadi penasaran kapan ayah mereka berbicara serius dengan mommy.Mike menekuk bibirnya, mempertahankan harga dirinya. “Aku tidak penasaran. Aku bisa memastikan kalau daddy akan membicarakan tentang rencana pernikahan mereka.”“Tapi aku penasaran. Aku ingin tahu apa mommy akan tersipu saat mengatakan setuju menikah dengan daddy.” Mika terkikik pelan saat membayangkannya. Itu terdengar menarik. Mike tidak bisa menahan godaan untuk mengintip.“Baiklah, kita pergi.” Akhirnya Mike setuju.Mika mengacungkan jempolnya, memuji keputusan saudara laki-lakinya. Keduanya berjalan beriringan, mengendap-endap mengikuti arah kepergian dua orang dewasa tadi.Pintu ke arah balkon terbuka, menandakan kalau ada orang di luar sana. Angin dingin berhembus masuk, menyapu dua wajah kecil yang menyembul diam-diam dari balik daun pintu.Hanya ada kursi panjang di luar. Tak ada bayangan seorang pun. Kedua
“Berhenti menyuapiku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Fay terus mengatakan itu, tapi Cade juga terus mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut gadis itu. Fay ingin mengelak, tapi Cade telah membuat sebuah ancaman yang membuat telinganya memerah.Setengah jam yang lalu dia terbangun oleh sebuah sentuhan hangat di bibirnya. Waktu Fay membuka mata, sebuah wajah menawan berada sangat dekat dengannya.Fay mendorong. Hanya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain yang ternyata tengah memakai jarum infus ditahan Cade .“Apa--yang kau lakukan?” Fay tergagap.Napas Cade menerpa wajahnya, membuat Fay tidak berani menghirup udara. Dia teringat aroma ini suatu ketika.“Menurutmu apa?” Cade tersenyum menggoda.Fay kalang kabut. “Menjauh dariku. Kau—kau jangan kurang ajar!” Dia lalu teringat pengakuannya di depan makam Audrey. Cade Goldwin pasti telah mendengarnya dan menjadi sangat berani.“Meskipun aku menyukaimu, bukan berarti kau boleh bertindak kurang ajar.”“Meskipun pada calon
Fay Willmer tiba di Trixie menjelang makan siang. Suami istri yang ramah itu menawarinya singgah di rumah mereka untuk makan siang, tapi Fay segera menolak. Dia teringat sebuah kafe di dekat taman dan berencana untuk mengunjunginya.Setelah makan siang yang terlambat, cuaca mendadak muram. Fay mendatangi bekas rumah yang dulu ditinggalinya bersama orangtuanya. Rumah itu telah diambil alih oleh seorang paman dengan alasan ayahnya berhutang pada keluarga mereka. Dia berdiri lama di depan rumah kecil dengan sepetak kebun di sebelahnya, mengenang beberapa hal sebentar lalu pergi dari sana.Menjelang malam, Fay merasa sangat lelah dan bermaksud mencari sebuah penginapan. Dia mengingat jelas beberapa tempat dan memilih berjalan kaki menuju sebuah penginapan kecil. Serelah mandi, dia teringat ponselnya dan mendapati baterainya yang kehabisan daya. Sempat terpikir bahwa mungkin dia telah mengakibatkan keributan besar di Flyod karena pergi tanpa memberitahu siapa pun. Sementara ponselnya tida