Pak, maaf Bik Momo harus pulang, anak Bik Momo yang kecil masuk rumah sakit." ujar Bik Momo pagi ini saat Riswan sedang sarapan.
"Waduh, sakit apa, Bik?" tanya Riswan khawatir.
"Demam berdarah, Pak." jawab bik momo
"Oh gitu, oke Bik. Biar saya antar ke terminal berhubung searah dengan kantor saya. " ucap Riswan sambil menghabiskan sisa sarapannya.
Ros mengantar Bik Momo dan Riswan ke depan dengan menggendong Melati.
"Ros, titip bapak dan Melati dulu ya, bibik ga lama kok, begitu Bagus sehat, bibik segera ke Jakarta lagi." ucap Bik Momo menatap wajah Ros.
"Siap Bik, Melati janji akan jadi anak baik, ya kan, Nak?" Ros berujar ke arah Melati
"Paling yang bawel, itu tuh yang gede." ujar Ros sambil berbisik kepada Bik Momo.
"Huusstt ntar bapak denger lho." sahut Bik Momo sambil tersenyum.
Riswan dan Bik Momo berpamitan pada Ros dan juga Melati. Hari ini Riswan membawa mobilnya ke kantor karena harus mengantar Bik Momo dulu ke terminal. Setelah mobil Riswan keluar dari pagar, Ros melihat ada tukang sayur yang kebetulan lewat di depan rumahnya.
"Bang, sayur!" teriak Ros dari teras. Cepat Ros memakai sendal lalu berjalan keluar pagar sambil menggendong Melati dengan kain batik.
Ros memilih-milih sayur dan ikan apa yang akan dimasak besok. Akhirnya Ros memutuskan untuk memasak sop iga dan sambal goreng kentang. Seorang ibu-ibu tetangga Riswan, ikut menghampiri tukang sayur tersebut.
Ros dan ibu itu saling berpandangan lalu keduanya tersenyum.
"Istri Riswan yang baru ya?" tanya ibu paruh baya itu pada Ros.
"Eh...itu..." Ros tergagap menjawab pertanyaan dari tetangga Riswan.
"Selamat ya, Mba. Semoga sakinah maw*ddah, w* rohmah. Sayangi Melati sebagaimana anak Mba sendiri." ujar si ibu dengan lembut. Ros hanya melongo tidak bisa menyahut.
"Tapi saya bukan istri Pak Riswan, Bu. Saya hanya babysitter." terang Ros dengan jelas, agar tidak ada yang salah paham dengan posisinya.
"Eh, maaf Mba, saya kira ibu baru Melati, soalnya cantik. Mirip lagi sama Melati." ucap ibu tetangga sambil menyeringai.
"Berati jomblo, Neng?" sela Mamang sayur yang sedari tadi mendengar percakapan Ros dan juga ibu tersebut.
"Kalau jomblo, saya mau daftar." sambung si Mamang sayur lagi tanpa merasa berdosa. Ros dan si ibu saling pandang kemudian tertawa.
"Mang, kalau sakit, mending berobat ya." sahut Ros sambil meninggalkan mamang sayur dan si ibu yang tertawa mendengar ucapan Ros.
****
Hanya Ros berdua dengan Melati di rumah, pekerjaan rumah sudah selesai. Bik Momo sempat masak dulu tadi sehingga Ros tidak perlu memasak hari ini. Hanya bermain-main dengan Melati yang sudah pandai berbolak balik sendiri.
Pertumbuhan Melati sangat baik berat badannya naik empat kilogram diusia hampir tiga bulan. Kini Melati memiliki berat badan 7 kilogram, pipinya gembul, wajahnya bundar mirip almarhumah Annisa, ibunya. Lagi Ros memandangi Melati dengan takjub.
"Aku sangat menyayangimu, Nak." gumam Ros sambil mencium lembut pipi gembul Melati.
****
"Hei bro." sapa Cello saat bertemu Riswan di kantor sore ini.
"Wah apa kabar, bro?" tanya Riswan sambil berjabat tangan.
"Sehat, lu pa kabar?" tanya Cello balik.
"Gimana Viona bagus kerjaannya?" tanya Cello setengah berbisik.
Riswan terperangah, tidak menyangka Cello bertanya soal Rosmala.
"Ohh...itu, iya bagus tak ada kendala." ucap Riswan kagok.
"Kira-kira sampai kapan bro dia bantuin lu di rumah?" tanya Cello lagi.
"Mmhh gue masih belum tau sih yang jelas sampai anak gue udah ga asi." ucap Riswan sekenanya.
"Eemmm... kalau gue pinjem Viona bentar, boleh ga?" tanya Cello sambil memperhatikan reaksi Riswan.
Tenggorokannya tercekat mendengar ucapan Cello. Membuat Cello tersenyum curiga.
"Yah ga bisa bro, anak gue ga bisa jauh dari Viona." ucap Riswan serius.
"Anak lo apa lo yang ga bisa jauh dari dia?" goda Cello.
Riswan memutar bola mata malasnya. Tidak mungkin diakan yang tidak bisa jauh dari Ros? Cello memang aneh. Riswan bermonolog.
Dada Riswan berdebar bila mengingat perkataan Cello. Tidak, tidak! Tidak mungkin dirinya yang keberatan.
Bep...bep...
Pesan W* masuk, Riswan membacanya tepat berhenti saat lampu merah.
Rosmala
Pak, susu saya habis.
Ayah Melati
Oke.
"Lelaki yang sangat kaku, kayak robot. Laki-laki begitu di ranjang kaku jugakah? Ish...Rooos, gak boleh berpikiran mesum!" gumam Ros dalam hati sambil memandangi punggung Melati yang sedang
terlungkup saat ini.Setengah jam kemudian, terdengar suara pagar di geser lalu mobil terparkir di garasi. Ros bergegas membuka pintu.
"Assalamualaikum." ucap Riswan saat masuk.
"W*'alaykumussalam." jawab Ros sambil menyunggingkan senyum manisnya.Riswan ikut tersenyum tipis kepada Ros lalu masuk ke rumah."Melati di mana Ros?" tanya Riswan sambil menyerahkan kantong berisi susu ibu menyusui untuk Ros.
"Ada di kamar saya, Pak. Sudah tidur." ucap Ros sambil menutup pintu kembali dan menguncinya.
"Ohh gitu ya udah saya masuk dulu." ucap Riswan masuk ke dalam kamarnya.
Ros menyiapkan teh hangat dan sepiring nasi beserta lauk pauk untuk makan malam Riswan, dia menatanya di meja makan.
Tok...tok...
"Pak makanannya sudah di meja ya." ucap Ros dari balik pintu kamar Riswan.
"Ya ." terdengar jawaban Riswan dari dalam kamar.
Riswan menghabiskan makanannya lalu duduk di depan TV, tumben waktu terasa lambat baru jam 9 malam dan Riswan belum mengantuk. Matanya melihat ke arah kamar Ros. Pintu kamar terbuka, Ros muncul dari pintu hingga keduanya saling pandang.
"Ehh...anak ayah sudah bangun." ucap Riswan menghindari rasa gugupnya saat bertemu pandang dengan Ros tadi.
"Iya ayah, aku kangen cama ayah, mau main cama ayah dulu." ucap Ros menirukan suara anak kecil dan menyerahkan Melati ke tangan Riswan.
Sontak kalimat tersebut membuat dengkul Riswan lemas dia duduk sambil menggendong Melati.
"Saya cuci piring dulu ya pak, jangan kangen." ucap Ros menggoda sambil nyengir lalu pergi menuju dapur.
Riswan tertegun dan sserrrr..., dada Riswan kembali bergemuruh. Dia merasa terganggu dengan kalimat Ros tadi. Apalagi di rumah hanya tinggal mereka bertiga tanpa Bik Momo.
Ros tersenyum puas.
"Emmm...baper dah, baru juga diledek sedikit. Apa lagi gue smackdown di ranjang?" gumam Ros pada cucian piringnya.
"Lagian aneh banget seharian ini canggung banget, apa mungkin karena kami hanya bertiga saja di rumah ya?" tanya Ros kembali pada cucian piringnya.
"Seperti keluarga harmonis." gumam Ros dengan wajah memerah.
"Aih...aih... Ros, menghayal teruus. Piring kotor udah melambai tuh." Ros berkata pelan pada dirinya sendiri lalu tertawa kecil.
"Ros." panggil Riswan.
"Ya pak, sebentar." jawab Ros.
Wanita itu menghampiri Riswan "Ada apa, Pak?"
"Saya mau istirahat, kamu nemenin Melati ya." ucap Riswan dengan mata mulai merah tanda mengantuk.
"Sini, Pak." Ros melebarkan tangannya hendak menggapai Melati.
"Cium aku dong papa." ucap Ros menirukan suara anak kecil.
"Rooooss." suara Riswan meninggi kepalanya pening mendengar perkataan seperti itu.
"Ya ampun, Pak. Ini lho maksudnya cium Melati, bukan cium saya. Hahahaha...emang mau cium saya?" tantang Ros sambil terbahak.
"Mau cium pipi atau bibir? Nih...nih...!" Ros mendekatkan pipinya pada Riswan sambil tertawa.
****
Senang banget kalau yang baca banyak. Terima kasih semua. Lanjut besok lagi ya, jangan lupa klik tanda bintang lima dan klik gem untuk novel ini. Terima kasih
Riswan mencoba memejamkan matanya, namun gagal. Dia membuka ponselnya lalu melihat foto-foto almarhum istrinya Annisa. Riswan tersenyum tipis."Sayang aku merindukanmu." ucap Riswan pada foto istrinya dengan mata berkaca-kaca. Riswan mencium foto tersebut. Annisa wanita sholeha adalah teman Riswan semasa kuliah dan Riswan sangat mencintainya.Annisa mengalami pendarahan saat melahirkan bayi Melati secara cesar. Peristiwa itu membuat Riswan sangat terpukul dan hampir kehilangan semangat hidup. Namun dia harus kuat karena ada Melati yang harus dia jaga. Riswan merasa sangat bersyukur karena wajah Melati sangat mirip dengan Annisa."Semoga Allah memberimu surga istriku." gumam Riswan lagi sambil mencium foto istrinya lalu tertidur.Tok..tok.."Pak, shubuh." panggil Ros dari balik pintu membangunkan Riswan.Ini hari ketiga di rumah tanpa Bik Momo karena anaknya masih dirawat.Tak ada jawaban dari dalam. "Pak." panggil Ros lagi demgan suara
Hari sabtu pagi cuaca begitu cerah. Riswan bersiap membawa Melati berjalan-jalan di sekitaran komplek dengan stroller bayinya."Hati-hati ya sayang," ucap Ros mencium pipi Melati, lalu Ros memasukan Melati ke dalam stroller bayinya.Ting..ting..ting...Suara ponsel Ros berbunyi."Pak, saya ke dalam dulu, ponsel saya bunyi." Ros mengangguk pamit lalu masuk ke dalam."Siapa yang meneleponnya sepagi ini?" tanya Riswan dalam hati."Ahh ... untuk apa peduli juga," gumamnya lagi sambil berjalan keluar mendorong Melati.Satu setengah jam berlalu, Riswan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi kuning dan beberapa gorengan."Ros," panggil Riswan.Ros keluar dari kamarnya sudah rapi dengan kaos dan celana bahan."Eh sudah pulang, Sayang. " Ros datang menghampiri Riswan sambil tersenyum mengangkat Melati dari stroller."Please Ros, saya ga suka dengar kata-kata seperti itu!" ucap Riswan tegas."Ya salam, kesamb
Melati sudah cantik dengan baju dress pink motif bunga sepatu, dengan bando pink menghias di rambut Melati yang sudah mulai lebat. Bik Momo menggendong Melati. Tidak lama, Ros pun keluar dari kamar menggunakan dress di bawah lutut berwarna pink mirip baju Melati. Dengan rambut terurainya yang disisir rapi serta tak lupa bibir seksi milik Ros yang disapu lipstik berwarna pink tua."Wah, Rosmala...cantik banget sih." puji Bik Momo sambil tersenyum."Iya atuh, Bik. Kalau ganteng namanya bukan Rosmala, tapi Riswan. Hihihihi..." kekeh Ros diiukuti oleh Bik Momo.Riswan menoleh ke arah Ros dan melihat penampilan Ros sangat cantik malam ini. Riswan melongo. Jujur, wajah Ros itu cantik. Saat tidak berdandan saja bisa membuat Riswan beberapa kali terpesona. Apalagi dandan begini? Mulut Riswan bahkan setengah terbuka, karena begitu terpesona dengan Ros."Cantikkan, Pak?" tanya Bik Momo pada Riswan, membuat lelaki itu sedikit tergagap."Mingkem, Pak! Mu
Minggu pagi di Bandung udara terasa dingin, keluarga Riswan sedang menikmati sarapan. Ibu Riswan dibantu Bik Momo dan Lasmi membuat nasi goreng dan siomay.Ros banyak diam, tidak bersemangat sambil menggendong bayi Melati. Ros memilih duduk di pinggir kolam ikan koi, melamun sendu. Tak sanggup rasanya membayangkan Melati mempunyai ibu baru dan dia pasti tidak dibutuhkan lagi."Hhhhhmmm..." Ros menghela nafasnya kasar."Melati, meskipun nanti punya mama baru, Melati ga boleh lupa sama Bude mama ya? janji ya? Sini bude mama peluuuk." Ros berucap lirih kepada Melati sambil memeluknya dengan sangat erat, tak terasa air mata kembali membasahi pipi Ros.Ros tak sadar di belakang ada Riswan yang sedari tadi berdiri di sana mendengar apa yang diucapkan oleh Ros.Riswan menatap sayu pundak Ros, dia sangat paham bahwa wanita sewaannya ini dengan sepenuh hati menyayangi dan mengurus putrinya. Bagaimana dia bisa mengartikan sendiri perasaanya saat Ros memelukn
Ros berbaring di kamarnya ditemani bayi Melati yang bertambah montok. Bayi perempuan itu sedang memainkan mainan bunyi-bunyian. Hari ini masuk bulan kelima Ros bekerja di rumah Riswan, hatinya sudah menyatu dengan Melati dan rumah ini.Riswan sedang duduk di depan televisi sambil menonton film romantis. Saat masih ada almarhumah istrinya, mereka suka nonton berdua, karena sama-sama penyuka genre film romantis. Ros melewati ruang televisi untuk ke dapur dan membuat susu."Film apa itu, Pak?" tanya Ros yang tiba-tiba berhenti dan memperhatikan film yang sedang diputar.Riswan kaget, lalu menoleh ke asal suara."Ohh, ini judul filmnya First kiss," sahut Riswan ringan."Oo ..." mulut Ros membentuk huruf O."Artinya apa tuh, Pak?" tanya Ros pura-pura bloon."Ciuman pertama Ros," sahut Riswan dengan jujur, sambil membetulkan letak kacamatanya.Ros menyeriingai, "ciiee, Bapak udah kangen yaa pengen dicium," goda Ros dengan dagu yang m
Keadaan rumah sudah hening, jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam, Bu Nurmi dan Bik Momo sudah tidur, tinggal Riswan yang masih gelisah sudah tiga hari diabaikan oleh Ros, sedangkan Ros, masih asik menyusui Melati yang belum ingin tidur.Riswan tak tahan lagi dengan sikap Ros, dia keluar kamar lalu mengetuk pintu kamar Ros.Tok! Tok!"Ros, buka pintunya!" pinta Riswan dengan suara setengah berbisik takut ibunya terbangun.Ros membuka pintu, Riswan langsung nyeruduk masuk lalu menutup pintu."Ett...siapa nih Melati yang datang bertamu malam-malam?" tanya Ros pada Melati seolah-oleh mereka kaget dengan kehadiran Riswan."Ehh itu saya mau melihat Melati," sahut Riswan asal, lalu menghambur ke kasur untuk mengangkat Melati dan menggendongnya."Anak Papa, aduh papanya kangen banget," ucap Riswan sambil mencium gemas pipi Melati yang sangat montok.Ros tersenyum tipis melihat tingkah Riswan sambil merapikan beberapa
Demi menghargai ibunya dan Sella, akhirnya Riswan memutuskan untuk mengajak Sella untuk makan di luar.Ros mengintip dari jendela kepergian Riswan. Masih dengan Melati dalam gendongannya. Hatinya sangat sakit dan terbakar api cemburu. Namun ia menggeleng-gelengkan kepala. Ia menegaskan, bahwa ia bukan siapa-siapa."Tak boleh Ros, kamu harus tahu diri kamu siapa dan asal kamu dari mana," lirihnya mengingatkan hatinya.Ros mengambil hp lalu mengirim pesan WA kepada Daren."Ren, sepertinya aku mencintainya.""What? Maksud lo sama Riswan?""Iya.""Ya ampun Ros, benarkan kata gue hati-hati lu terpesona sama laki-laki baik kayak Riswan.""Trus dianya gimana?""Kayaknya sih ngga, hehehe sekarang orangnya lagi pergi dengan wanita lain. Wanita baik-baik yang dijodohkan ibunya.""Rooosss...sini aku peluk."Ros menangis membaca pesan dari Daren."Gue sedih ren."Ros menangis sesegukan dalam diam meny
Riswan mematut diri di depan kamar Ros. Dia berharap ini hanya mimpi. Tetapi saat dia menampar wajahnya, barulah dia sadar semua ini nyata. Wanita yang selalu di kamar ini, begadang siang malam hanya untuk menyusui anaknya dengan penuh suka cita, sudah tidak ada lagi.Air matanya menggenang, "ya Allah, kenapa dengan diriku?" lirih Riswan dengan suara bergetar. Bik Momo ikut meneteskan air mata melihat majikannya yang termenung di depan kamar Ros, dirinya juga tengah sibuk menenangkan Melati yang masih menangis sesegukan.Riswan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Ros, matanya menyapu setiap sudut kamar, lalu matanya tertuju pada kotak kecil yang telah dibungkus kado bermotif polkadot hitam putih.Riswan tak sabar membuka bungkusan kado tersebut dengan penasaran, kemudian membuka sacarik kertas yang menempel pada kotak berwarna coklat.Pak R
Ros tidak berani keluar rumah, sejak tahu ada Ken yang pindah di depan rumahnya. Pukul sembilan pagi, biasanya dia selalu berdiri di samping tukang sayur, memilih aneka sayur mayur untuk menu masakan esok hari. Namun, karena rasa takut dan khawatir bertemu Ken, maka ia memutuskan untuk berdiam diri saja di dalam rumah sambil menemani Melati bermain dan melatih Melati berbicara.Bik Momo yang diminta oleh Ros untuk berbelanja di tukang sayur langganan mereka.DrrtDrrtPapa Sayang["Awas loh, Ma. Gak boleh ngintip tetangga."]Ros tergelak membaca pesan dari suaminya. "Ada-ada saja," gumamnya sambil menggelengkan kepala.["Ngapain ngintip? Masih lebih keren lagi suami aku."]Balas Ros ditambahi emot gambar hati.["Papa gak tenang nih. Apalagi tadi Bik Momo bilang perutnya gak kayak badut."]Ros kembali tergelak. Pikirannya melayang pada perut buncit suaminya yang semok nan manja, dan selalu saja beradu dengan pe
Ros sudah kembali bersama Bik Momo dan Riswan ke Jakarta. Sudah memulai hari seperti biasa. Riswan berangkat ke kantor pukul tujuh pagi, lalu kembali ke rumah en sore. Jabatan yang sekarang ia emban, membuat dirinya cukup sibuk di hari kerja. Namun, Riswan selalu berusaha meluangkan waktunya di hari sabtu dan minggu.Ros juga menjalani perannya dengan baik, sebagai istri sekaligus ibu sambung bagi Melati. Pagi hari, adalah jadwalnya Ros jalan pagi ditemani oleh Riswan. Seperti pagi ini, keduanya tengah berjalan santai sambil menggerakkan tangan, ke kanan dan ke kiri. Riswan sesekali berlari kecil di sekitaran taman komplek, yang lahannya berbentuk kotak. Sedangkan Ros menyusul sambil berjalan santai.Kehamilannya yang memasuki usia lima bulan tak membuat Ros kepayahan, justru ia sangat menikmatinya. Justru Riswanlah yang cukup payah, karena selalu saja harus ada mangga dan nanas di rumah. Riswan juga beberapa kali muntah di pagi hari. Namun, tetap bisa beraktifit
Riswan, Melati, Ros, dan juga Bik Momo berada di tol menuju Bandung. Kediaman orang tua Riswan. Perjalanan cukup panjang karena ini akhir pekan. Lalu lintas begitu padat, penat di dalam kendaraan sudah pasti. Namun, semua tidak terasa karena Ros terus saja bernyanyi menghibur penumpang di dalam mobil. Ros juga membawa bekal rujak kedondong dan jambu air. Ada juga buah jeruk untuk Melati. Selakn suka buah jeruk, Melati juga menyukai jambu air manis yang berukuran besar. Ros membiarkan Melati makan sendiri buah-buahan yang dibawa. Tak mengapa mulut dan pakaiannya berantakan dan kotor, asal Melati senang dan mandiri. Tidak selalu harus disuapi saat makan sesuatu.Ros menyuapi Riswan buah jeruk, jambu air, dan juga kedondong. Riswan menolak, karena perutnya masih kenyang, "bunda saja yang makan sama Melati, papa kenyang," kata Riswan saat membuang wajahnya saat akan disuapi buah jambu air oleh Ros."Tapi kata anaknya di perut,
Selamat membaca yang manis-manis kayak othor??21+****Dua hari setelah Riswan terjatuh dari motor, lelaki itu masih memilih untuk beristirahat di rumah. Tubuhnya lemas tak bertenaga, makan pun tidak berselera. Luka lecet di siku tangan dan kakinya hampir sembuh, tinggal memulihkan rasa pegal dan sakit di seluruh sendinya.Riswan benar-benar malas bergerak, sehabis sholat shubuh ia yang biasanya berolah raga pagi, berlari kecil mengelilingi komplek, kini lebih memilih melanjutkan tidurnya kembali. Ros dan Bik Momo sampai kebingungan dengan sikap Riswan yang berubah menjadi aneh dan lebih manja."Mas, Mama sudah buatkan nasi goreng. Makan yuk!" ajak Ros sedikit mengguncang tubuh suaminya yang masih berpelukan erat dengan guling."Mas," panggilnya lagi. Namun Riswan diam saja, nafasnya berhembus teratur, begitu nyenyak dan nyaman terlihat mata.CupRos mengecup pipi sang suami, lalu berpindah mengecup bibir. Lelaki itu akhir
Mereka masih bergulung di dalam selimut, padahal adzan shubuh sudah berkumandang merdu, memanggil ummat muslim agar segera bangun dan melaksanakan sholat wajib dua rakaat. Riswan masih memeluk erat tubuh sang istri yang begitu hangat dan menenangkan. Masih di balik selimut, keduanya bertubuh polos. Aktifitas semalam yang sangat luar biasa membuat keduanya baru terlelap pukul dua dini hari. Padahal ini adalah bulan kedua mereka menikmati peran suami dan istri. Namun rasanya selalu seperti pengantin baru. Ros mampu memanjakan sang suami, hingga lelaki itu tak berdaya sama sekali di atas ranjang. Lelaki itu berkali-kali mengaduh penuh senang atas kelihaian Ros di atas ranjang, sehingga dapat dipastikan dalam sepekan mereka akan melakukannya setiap hari selama dua bulan ini. Libur hanya pada saat Ros datang bulan saja, itu pun Riswan merengek meminta Ros agar buru-buru mandi hadas besar. "Sayang," panggil Riswan membangunkan Ros sambil mencium pundak polos istrinya
Part ini khusus usia matang ya. Bagi yang belum matang, atau yang masih mentah diharapkan jangan baca part ini, bisi hayang kawin??. Buat yang kematengan sampe lembek juga jangan baca, karena semangat boleh membara, namun apalah daya, tenaga tak dapat berjuang sudah.??Intinya anak kecil jangan baca, nenek, dan kakek yang sudah bernafas setengah-setengah juga jangan baca.?Hancur pokoknya, eh... mature maksudnya 21+ ?****Tepat dua minggu setelah Riswan menemukan Ros, mereka melangsungkan pernikahan, hanya saudara terdekat dan sahabat yang hadir. Orangtua Riswan akhirnya memberikan restu begitu juga dengan ibu dan adik Ros yang sangat gembira, akhirnya Ros menemukan lelaki yang mencintainya. Riswan beserta keluarganya menuju Masjid Kubah Mas yang berlokasi di Depok. Ada empat iring-iringan mobil yang membawa mereka semua ke sana. Ros beserta ibu, Satria, Bik Momo dan Pak Asep berada di mobil lain, tepatnya berada di belakang mobil Riswan.Ac
Selasa pagi, Riswan dan Ros pergi mendaftarkan berkas pernikahan mereka di KUA terdekat. Riswan berencana akan menggelar akad nikah di Masjid Kubah Mas yang terletak di kawasan Depok, Jawa barat. Kenapa di situ? Sang mertua, Bu Lastri sangat ingin mengunjungi tempat itu. Ia hanya bisa mendengar cerita dari tetangganya di kampung yang berkunjung di Masjid Kubah Mas di Depok, sehingga begitu ada kesempatan, maka Bu Lastri sangat ingin mengunjunginya. Jadilah Riswan dan Ros akan menggelar akad di sana, sedangkan untuk resepsi mereka memesan sebuah aula yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka."Sayang, mau makan bakso dulu ga?" tawar Riswan pada Ros, saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah."Langsung saja, Mas. Nanti kesorean sampai Bandung," jawab Ros sambil menatap Riswan."Ya sudah, kita jemput Melati dulu. Udah bilang Bik Momo pakaian kita disiapkan?""Sudah, Mas.""Cium dong!""Dih, apaan sih?" wajah Ros bersemu merah sa
Selamat membaca.****Pak Kades masuk ke dalam rumah Ros setelah mengucapkan salam, diikuti oleh ketiga wanita setengah tua dua orang, dan wanit muda satu orang. Ada juga lelaki paruh baya dua orang ikut menemani Pak Kades bersilaturahim ke rumah Ros. Belum ada pembicaraan apa-apa di sana, karena Pak Kades yang bernama Supono itu tengah memperhatikan Ros dan Riswan yang duduk di depannya, bahkan Ros kini tengah memangku Melati yang asik makan jagung rebusTetangga ramai memadati rumah Ros, ada yang mengintip dari jendela, ada yang terang-terangan duduk di depan pintu, bahkan ada yang masuk lewat pintu belakang rumah Ros. Mereka berduyun-duyun ingin menyaksikan pertunjukan yang sebentar lagi akan di gelar di rumah Ros.Bu Lastri dengan tangan gemetar berjalan ke ruang tamu, di mana hawa panas begitu tercipta di sana. Di tangannya membawa nampan berisi cangkir teh sebanyak lima buah."Silahkan diminum Pak Kades, Bu Kades satu, Bu Kades dua, dan
Sabtu pagi, dengan semilir angin pedesaan, sekelompok burung beterbangan ke sana-kemari menikmati suasana pagi di atas hamparan sawah hijau nan luas. Pemandangan yang mampu menjadi vitamin bagi indera penglihatan, karena bewarna terang alami serta bebas polusi. Riswan sudah lama sekali tidak ke pedesaan, sehingga ia begitu menikmati keindahan yang sedang memanjakan penglihatannya.Kaca mobil sengaja ia buka sedikit, agar udara segar itu terhirup oleh para wanita yang kini terlelap di dalam mobilnya. Melati tertidur di atas tubuh Ros, sehabis menyusu cukup lama. Air ASI Ros sebenarnya masih ada walaupun sangat sedikit, tetapi Melati seakan mengenali harum tubuh dan rasa ASI yang sudah memberikan kehidupan bagianya. Anak balita itu terus saja mengempeng ASI di dalam mobil. Tak dipedulilannya larangan sang papa, agar tidak nen di mobil.Riswan mengulum senyum, sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan. Ia sungguh tak i