lEliza sudah tidak berkomentar lagi dan memilih mendengarkan pembicaraan Rizki dan juga Nathan. "Memang janggal, mama Yura masih sangat muda, sepertinya usianya terpaut jauh dari Indra." "Novita kelahiran tahun 95," jawab Rizki yang sudah mengetahui biodata lengkap Novita. "Pantas aja masih kelihatan muda," saut Nathan. "Jadi mamanya meninggal kecelakaan?" Eliza bertanya setelah melihat video kecelakaan dari Novita. "Iya," jawab Rizky. "Menurut kamu bagaimana, istrinya hari ini meninggal, hari itu juga dia langsung membawa wanita ke rumahnya dengan alasan berteman. Kehadiran Nita juga untuk menjaga Yura. Tak lama setelah itu dia mengaku sudah menikah dengan wanita itu," jelas Nathan. Eliza memandang Nathan. Mungkin permasalahan diselingkuhi dan harus menerima takdir dimadu merupakan pengalaman Eliza. Nathan berharap tingkat memecahkan persamaan, Eliza sangat baik hingga mereka bisa mendapatkan titik terangnya dari permasalahan ini Eliza mengambil handphone dari tangan Natha
l"Begitu mengetahui bahwa Novita adalah istri kedua, Dia berniat bercerai dari Indra. Hubungan mereka sudah mulai tidak harmonis lagi. Bahkan Novita sudah berencana menghubungi pengacara untuk melakukan gugatan cerai terhadap Indra. Ternyata dugaan Eliza memang benar kalau Novita adalah istri kedua. Dalam hal lain Indra menyembunyikan statusnya ketika menikah dengan Novita. Apakah Indra sengaja membunuh Novita karena Novita yang sudah mengetahui tentang istri pertamanya. Dan Indra ingin segera menguasai harta Novita, karena itu dia membunuhnya sebelum Novita melakukan gugatan cerai."Apa hanya itu informasi yang dapat kamu berikan? tanya Nathan yang tidak puas dengan penjelasan detektif sewaannya. Tentang informasi kecelakaan yang mengatakan kelalaian dari pengemudi, tidak benar karena kecelakaan itu ada unsur pembunuhan." Ungkap sang detektif."Mengapa pihak polisi tidak memeriksa kondisi mobil ataupun mencari bukti di sana?" Tanya Eliza. Eliza greget sendiri dengan kasus kematian
"Saya sudah katakan, kamu tidak perlu mengantarkan makan siang." Nathan berkata dengan wajah tanpa ekspresi. Sikap Yuna yang seperti ini membuat Nathan risih."Tapi aku nggak mau kalau kak Nathan jadi sakit gara-gara telat makan," kata Yuna dengan penuh perhatian.Yuna memandang ke arah dokter berwajah manis itu. Namun melihat Rizky, raut wajah wanita itu langsung berubah. Tampak jelas bahwa ia tidak suka melihat kehadiran Rizky di sini."Eh ngapain kamu ke sini, gangguin orang aja." Yuna langsung berkata kasar terhadap sang dokter.Melihat sikap Yuna seperti ini, jelas membuat Eliza tidak suka. Padahal Rizki tidak melakukan apapun, namun sikap wanita itu seakan ia sedang digoda oleh Rizky. "Tidak ada larangan untuk aku datang ke sini." Rizki menjawab dengan wajah datar. "Ini kantor, bukan rumah sakit. Lagian juga ngapain datang ke sini?" Yuna berkata sambil meletakkan satu tangannya di pinggang. "Rizki teman aku dan aku yang memintanya untuk datang. Apa ada masalah Nona Yuna?" Nat
Eliza tersenyum memandang Noah. Pantas saja suaranya tidak terdengar, ternyata bayi tampan itu sudah tertidur di pelukan Daddy nya. Namun raut wajahnya berubah ketika memandang Nathan. Setelah melihat Yuna, Eliza merasa kesal. Entah mengapa bisa seperti ini, Eliza pun tidak mengerti. "Kenapa liatin Mas seperti itu?" Nathan merasa tidak nyaman dengan tatapan Eliza yang mematikan. "Jadi dia itu sering datang ke sini, nganterin mas makan siang?""Dia baru diterima bekerja di sini 1 minggu yang lalu. Ya gitulah tiap kali Yuna nganterin makanan, mas gak pernah makan dan langsung kasih ke Dirga," jelas Nathan."Dia itu siapa Mas?" Eliza penasaran dengan hubungan Nathan dan Yuna. Jika melihat sikap Yuna ke Nathan, sangat berbeda dengan sikapnya ke Rizky."Anak dari temannya Papi. Kami sudah kenal sejak kecil. Sejak kecil hingga sampai sekarang, dia selalu menempel dengan mas. Sewaktu mas berpacaran dengan Shelly, dia dan keluarganya pergi pindah ke Singapura. Gak tahu kenapa sekarang kemb
"Mas tanya aja sama mami, bibi Eli dan art yang lainnya," jawab Eliza dengan cemberut."Kalau gitu mas percaya deh," jawab Nathan yang tersenyum kecil memandang Eliza. "Tadi Mami sama dan Bibi Eli, sudah cicipi masakan Liza. kata mami, enak. Bibi Eli juga bilang enak. Karena itu Liza bawa ke sini." Eliza menjelaskan secara detail agar tidak ada kecurangan dari Nathan. "Apa mas suka rasa masakan Liza?" "Kalau Seenak ini, ya pasti suka lah sayang," jawab Nathan dengan tersenyum menatap Eliza.Lagi-lagi Eliza merasakan jantungnya berdebar dengan hebatnya. Hanya karena kata sayang dari Nathan. Dengan cepat Eliza bersikap biasa agar tidak terlihat salah tingkah didepan Nathan."Syukurlah, Liza takut kalau mas tidak suka dan memberikan makan yang Liza bawa ke asisten Dirga." Eliza tersenyum nyengir. Apa yang telah menimpa Yuna, sungguh membuat ia prihatin. Eliza juga takut jika nasibnya sama dengan Yuna, usaha yang tidak dihargai.Nathan tertawa mendengar perkataan dari Eliza. "Mas ngg
"Hai kenapa belum makan?" Rizki duduk di tepi tempat tidur Yura. Dia mengambil nasi yang terletak di atas meja dan kemudian menyuapi gadis kecil tersebut. "Sebenarnya Yura belum selera makan Om dokter." Matanya semakin hilang ketika tersenyum seperti ini. Yura terlalu banyak menangis hingga matanya mengecil dan sembab. "Katanya ingin cepat sembuh tapi tidak makan bagaimana ceritanya bisa sembuh?" Rizky tersenyum dan mengusap kepala gadis kecil tersebut."Yura selalu ingat mama," kata Gadis kecil itu sambil menangis. Setelah melihat video kecelakaan mamanya, Yura tak henti-hentinya menangis. Gadis kecil itu baru menyadari bahwa ternyata papanya sudah berbohong. Mengapa papanya tidak memberi tahu kondisi ibunya. Mengapa ia tidak diperbolehkan untuk memeluk mamanya."Kenapa Papa jahat sekali dengan Yura? Mengapa Papa tidak memberitahu Yura tentang kondisi mama? Jika Yura tahu Mama sudah meninggal, Yura ingin memeluknya. Yura tidak takut mau seperti apapun kondisi mama." Rizky memeluk
"Halo Yura, bagaimana perasaannya hari ini." Kiara menyapa Yura dengan tersenyum manis. "Sangat baik kakak cantik," jawab Yura. "Kita bersihkan badan dulu ya." Kiara tersenyum dan membuka pakaian Yura. "Iya," jawab Yura dengan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Di sini, Kiara yang selalu memandikannya. Jika tidak ada jam kerja, perawat cantik itu akan tidur di kamarnya. Bisa dikatakan Kiara benar-benar menemani dan menjaga Yura dengan baik. "Kakak cantik, Om dokter sangat tampan ya." "Anak kecil sudah genit, pasti lirik-lirik Om dokter nih?" Kiara mencubit hidung kecil Yura. Tubuh Yura sudah tampak mulai berisi. Wajahnya juga sudah terlihat lebih segar.Sampai saat ini Kiara masih gentayangan di rumah sakit dan tidak memiliki tempat tinggal. Uang gajinya memang sudah masuk ke rekening namun setiap bulan mamanya selalu datang untuk meminta uang pendidikan adiknya. Sehingga Kiara tidak memiliki uang untuk mencari kos-kosan.Dengan keberadaan Yura di sini, Kiara memiliki alas
"Apa tidak bisa dengan memakai alasan kesehatan anak. Saya dokter, saya yang merawatnya." Rizky masih mencoba untuk melakukan negosiasi. Walau bagaimanapun Yura tidak boleh diantarkan ke lembaga perlindungan anak. Mengingat kondisi kesehatan dan kondisi psikis Yuna yang tidak baik. "Apa dokter Rizky memiliki calon istri? Jika ada, anda harus mempercepat pernikahan. Agar kita bisa langsung mengurus surat izin adopsi untuk Yura. Sebenarnya dalam aturan, usia pernikahan minimal 5 tahun. Namun saya akan mengusahakan agar hak adopsi bisa dokter dapatkan," jelas pengacara Evita panjang lebar. Rizky menggelengkan kepalanya. "Saya tidak punya calon istri." Selama ini ia hanya dekat dengan Eliza. Masalah perasaan, belum pernah diungkapkan nya secara langsung. Sehingga ia tidak tahu apa Eliza memiliki perasaan terhadapnya atau hanya menganggap sebagai Abang. Sejauh ini, Eliza tampak lebih dekat dengan Nathan. Caranya memandang Nathan juga berbeda. Yang pasti tatapan Eliza tidak terkesan b
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah
Nathan kembali ke kamar hotel di jam 11 siang. Dengan langkah ringan pria itu masuk ke dalam kamar. Awalnya dia sengaja ingin membuat kejutan untuk istrinya namun di dalam kamar tampak seperti lenggang. Nathan langsung memandang ke arah tempat tidur. Ternyata istrinya itu masih terbaring di atas tempat tidur dengan mata yang tertutup rapat. Wajah pria itu tersenyum sambil melangkah mendekati tempat tidur. Nathan kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil menatap wajah cantik Eliza. Apa dirinya sudah sangat kelewatan, hingga membuat istrinya kelelahan seperti ini?Nathan tidak mungkin melakukan hal yang seperti ini jika Eliza tidak memancingnya semalam. Padahal ia sudah berniat untuk tidak mengajak istrinya bertarung. Namun Eliza sendiri yang memancing dan meminta untuk disantap. Bagaikan harimau lapar, sudah pasti Nathan tidak akan menolak makan enak yang disuguhkan sang istri."Hai sweet heart, apa kamu kamu ingin tidur sampai sore?" Pria itu berkata sambil mengusap kepala Eliza."
Pesawat yang membawa Bobby dan juga Rini mendarat di Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi. Begitu tempat tidur pasien diturunkan dari atas pesawat, seorang perawat langsung mendorong tempat tidur ke mobil ambulans yang sudah disediakan rumah sakit. Dengan cepat Bobby dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Sedangkan Rini, masuk ke dalam mobil ambulans yang kedua. Ibu dan anak langsung dilarikan ke rumah sakit Abdul Manaf. Rini merasakan dadanya yang terasa sesak setiap kali mengingat Kiara. Rasa bersalah dan malu, membuat ia merasakan sakit hingga uluh hati. Setiap potongan peristiwa terus saja melintas dipandangnya. Bahkan ia seperti menonton cuplikan film yang terus saja berganti-ganti. Begitu banyak dosa yang dilakukannya terhadap Kiara. Setelah nanti ia sembuh, apakah Putri sulungnya itu mau memaafkannya.Rini terus saja menangis. Sejak Kiara lahir hingga sekarang, belum pernah sekalipun ia memperlakukan putri sulungnya itu dengan baik. Bahkan ketika Kiara baru lahir, dengan kejam
Rizky menganggukkan kepalanya. "Abang masih lemas, dek." Pria itu dengan manjang memeluk sang istri."Kenapa ngelakuin transfusi darah?"Semalam ada pasien yang butuh darah. Stok di rumah sakit habis, di PMI juga nggak ada. Dan kebetulan golongan darah pasien sama dengan golongan darah abang. Ya sudah Abang donor aja langsung. Adek tahu sendiri, golongan darah AB, sangat langka." Rizky menjelaskan agar istrinya tidak memiliki pikiran yang aneh-aneh."Iya, golongan darah Bobby juga sama seperti Abang AB. Dulu dia pernah terkena demam berdarah. Pada saat itu, Bobby kekurangan banyak darah. Yang bisa donor darah ke Bobby, cuma Kia. Karena golongan darah kami sama." Kiara berkata dengan wajah tersenyum. Entah mengapa ia teringat dengan adiknya yang super bandel tersebut. Tiba-tiba saja Kiara merasa sesak di dadanya. Rasa sesak seperti sedih yang tidak beralasan."Jadi golongan darah kedua orang tua kalian tidak ada yang AB?" Rizki bertanya sambil memandang Kiara. "Enggak, papa A sedang
"Bagaimana tuan Albert, tuan Thomas, tuan Jhon, apa ada yang mau anda tambahkan?" Nathan bertanya ketika Albert beserta dua orang investor lain selesai membaca rancangan kerja. Para investor itu juga melihat keuntungan yang akan mereka peroleh.Albert tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Menurutku ini sudah sangat baik. Kerja sama ini menguntungkan negara-negara yang ikut bergabung.""Tuan Thomas?" Tanya Nathan."Saya setuju dengan rancangan kerja yang anda buat," jawab Thomas yang tidak banyak berkomentar."Meskipun tuan Nathan masih sangat muda, namun gebrakan yang anda lakukan, luar biasa. Anda memiliki ide yang luas bisa." Pengusaha asal Jerman yang bernama Jhon, ikut memuji kecerdasan Nathan."Saya sudah merancang kerjasama ini sejak 3 tahun yang lalu. Hanya saja saja baru berani mengajukan kerjasama dengan berbagai negara setelah presiden kami menyetujui proyek ini. Saya yakin proyek ini akan sangat bermanfaat bagi warga negara saya.""Jika pengajuan anda di tolak oleh neg
Seorang wanita berdiri di cermin sambil mengusap gincu berwarna merah cabe di bibirnya. Bibir tebal wanita itu tampak semakin seksi dan menggoda."Pagi ini Kamu sangat cantik, sayang." Albert yang berdiri di belakang Sherly memuji kecantikan wanita tersebut. Bukan hanya dandanan saja yang terlihat menor, pakaian yang dipakai wanita itu juga tampak begitu menggoda. Padahal saat ini udara sangat dingin. Namun sepertinya wanita itu tidak perduli."Apakah hari-hari sebelumnya aku tidak cantik?" Sherly berkata dengan gaya menggoda. Pagi ini wanita itu dengan sengaja berdandan sangat cantik. Dia yakin akan bertemu dengan Nathan di restoran nanti. "Hari-hari sebelumnya kau juga cantik." Albert tersenyum sambil menatap ke pantulan cermin."Apa kamu suka?" Wanita itu berkata dengan tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya. "Tentu, aku sangat menyukainya. Apa sudah selesai?" Albert yang berdiri di belakang Sherly, dengan sengaja meletakkan tangannya di leher wanita tersebut. Jantung Sherly
Kursi roda didorong semakin dekat dengan tempat tidur. Rini bisa melihat dengan jelas, sosok yang tertidur di atas tempat tidur adalah putra bungsunya. Kamar berukuran besar ini mirip seperti kamar di rumah sakit. Didalam kamar dilengkapi monitor jantung, serta alat medis lainnya. Ada seorang dokter dan juga seorang perawat. "Bobby!" Teriak Rini. Wanita itu merasa sangat bersalah terhadap anaknya. Jika tidak serakah, Bobby tidak akan merasakan penganiayaan yang sangat kejam dari Rudi. Seharusnya ia juga tidak berkenalan dengan Rudi, dan menawarkan anak sulungnya untuk menjadi istri ke 6 pria tersebut. Mata Bobby terbuka ketika mendengar suara ibunya. "Mama," jawabnya lirih.Wajah anak remaja Itu tampak begitu bahagia ketika melihat ibunya. Dulu dia sempat berpikir tidak diberi kesempatan untuk melihat wanita yang begitu sangat ia sayangi. Namun ternyata takdir berkata lain, dia diselamatkan dan sekarang bisa melihat wajah sang ibu. "Na, bagaimana kondisi kamu?" Rini terus saja m
"Kamu semakin nakal, cantik. "Nathan menatap istrinya penuh gairah. Lama tidak berjumpa, ternyata istrinya semakin agresif."Hubby suka?" Eliza mengeling manja. Jari lentiknya dengan lembut bermain di atas dada bidang Nathan. "Sangat suka, Aku menyukai istri yang over aktif sepertimu." Nathan tersenyum miring menatap bibir Eliza yang basah. Bibir Eliza cemberut ketika mendengar ucapan suaminya. "Hubby kirain Liza autis?"Hahaha...," Nathan tertawa mendengar jawaban dari sang istri. "Tidak seperti itu maksud ku, sweet heart.""Nathan duduk di atas tempat tidur. Sedangkan Eliza masih menempel di tubuhnya. Istrinya itu dengan cepat melepaskan baju kaos yang melekat di tubuhnya. Setelah itu melepas pakaiannya sendiri. Melihat tingkah Eliza sungguh membuat Nathan senang. Istrinya yang dulu polos sekarang sudah pintar dan juga nakal. "Lakukan apapun yang kamu inginkan cantik." Nathan memejamkan matanya ketika bibir kecil istrinya sudah mencium bagian leher. Sentuhan Eliza, membuat bul