Share

Lupakan Saja!

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 02:30:04

Waktu berlalu begitu cepat. Usia Melvin kini telah memasuki dua bulan. Bayi mungil itu tumbuh sehat dengan tubuh yang semakin gembul, pipinya merona kemerahan seperti buah apel segar.

Setiap kali Nadya menatapnya, hatinya dipenuhi rasa syukur yang mendalam. Ia merasa berhasil menjadi ibu susu bagi Melvin—bayi yang kini sudah seperti bagian dari jiwanya sendiri.

Pagi itu, Nadya sedang duduk di kursi goyang dekat jendela kamar, menikmati sinar matahari yang hangat menembus tirai.

Melvin, yang berbaring di ranjang kecilnya, mulai bersorak, menggeliat dengan kaki mungilnya yang bergerak lincah.

"Ada apa, Sayang? Apa kau lapar, hm?" tanya Nadya lembut, menatap bayi itu dengan penuh kasih.

Melvin merespons dengan gumaman kecil, kedua tangannya terangkat seolah ingin meraih sesuatu—atau mungkin seseorang. Nadya tertawa pelan melihatnya.

"Baiklah, baiklah. Sudah waktunya memberimu asupan," ujarnya, lalu menggendong Melvin dengan penuh kehati-hatian.

Bayi mungil itu segera menyusu dengan lahap
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Riyani Riyani
Kwkwkkwk Melvin kamu nangis nya kurang pas waktunya Kan ngga jadi deh Sabar ya Kalen
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Akan Membenci Nadya Selamanya

    "Kalen. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."Langkah Nala bergema di ruangan kerja putranya, tiap ketuk hak sepatunya di lantai marmer terdengar tegas namun penuh kehati-hatian. Di balik wajahnya yang anggun dan tenang, ada kegelisahan yang mengendap dalam sorot matanya. Ia tahu, ini bukan perbincangan yang akan berjalan dengan mudah.Di hadapannya, Kalen duduk di balik meja kerjanya yang tertata rapi, dikelilingi oleh berkas-berkas yang berjejer dalam harmoni yang sempurna. Pria itu begitu tenggelam dalam pekerjaannya, seolah dunia luar tak ada artinya dibanding angka-angka dan laporan yang kini memenuhi pikirannya.Saat mendengar suara ibunya, Kalen perlahan mengangkat kepala. Tatapannya tajam, dingin, nyaris tanpa emosi. "Apa lagi yang ingin kau katakan padaku? Aku sedang sibuk."Ucapan itu terdengar datar, namun terasa seperti tamparan bagi Nala. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menahan gelombang perasaan yang ingin meledak. Ia tahu, luka di hati putranya masih terlalu dala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Berhenti Menyalahkan Diri

    Setibanya di rumah, Kalen tidak langsung masuk ke kamarnya, meskipun waktu sudah menunjuk angka dua belas malam. Langit di luar masih gelap pekat, hanya ditemani pendar redup lampu jalanan yang temaram. Rumah itu sunyi, hanya sesekali terdengar suara detak jam di dinding, seakan-akan waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.Ia berjalan menuju dapur, membuka lemari penyimpanan dan mengambil sebotol wine merah. Cairan rubi itu mengalir perlahan ke dalam gelas kristal yang kini ia genggam. Setiap tegukan yang ia minum seperti mencoba menelan semua pikiran yang bergemuruh di kepalanya.Ucapan ibunya, Nala, terus berputar dalam benaknya."Rania meninggal karena ulahmu."Sebuah tuduhan yang tajam, menyakitkan, dan menghantamnya lebih keras daripada pukulan mana pun yang pernah ia terima.Ia tersenyum miris, menatap refleksi dirinya yang terlihat samar dalam kilauan wine yang ia putar-putar dalam gelas.“Apakah benar, aku seorang pembunuh?” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Hanya Masa Lalu Kalen

    Nadya hanya bisa menatap Kalen yang terus merintih lirih, bibirnya bergetar saat menyebut nama Rania dalam kepedihan yang mendalam. Ada kesedihan yang begitu pekat dalam suaranya, seperti jeritan seorang pria yang kehilangan separuh jiwanya dan kini hanya terombang-ambing dalam kehampaan."Aku tidak sempat meminta maaf padanya," bisiknya, nyaris seperti angin yang berhembus di malam sunyi.Nadya merasakan hatinya mencelos. Ia bisa merasakan beratnya beban yang mengungkung pria itu, rasa bersalah yang tak kunjung sirna dan terus menggerogoti jiwanya. Tanpa berpikir panjang, Nadya menarik tangan Kalen, lalu membawanya ke dalam pelukannya. Ia membiarkan Kalen bersandar di dadanya, tangannya perlahan mengusap punggung pria itu dengan lembut, mencoba menenangkan badai yang berkecamuk di dalam dirinya."Kau bisa meminta maaf besok ke makam Rania, kalau memang rasa bersalah itu terus menghantuimu," ucap Nadya, suaranya selembut angin yang berusaha menenangkan lautan yang bergelombang.Heni

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Permintaan Maaf Kalen

    Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi ketika Kalen membuka matanya.Seketika, sensasi nyeri menusuk kepalanya seperti ribuan jarum yang menekan pelipisnya. Ia mendesis pelan, memijat keningnya dengan frustasi."Ah! Lagi-lagi mabuk berlebihan," keluhnya, suara seraknya terdengar memenuhi ruangan yang masih remang-remang.Namun, bukan hanya rasa sakit di kepala yang kini menyergapnya. Ingatan samar-samar tentang kejadian semalam mulai kembali, membuat tubuhnya seketika menegang.Ia terperanjat.Mata Kalen membelalak saat kesadaran menghantamnya seperti gelombang pasang yang datang tiba-tiba."Astaga! Apa yang telah kulakukan?"Dengan panik, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, jari-jarinya dengan cepat menelusuri aplikasi CCTV yang terhubung dengan kamera keamanan di rumahnya.Ia menahan napas, jantungnya berdegup kencang saat mulai memutar rekaman dari semalam.Gambar pertama yang muncul adalah dirinya sendiri, duduk di meja bar dapur, menenggak satu botol wine sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Dekati Lebih Dulu

    “Kau yakin, Kalen?” tanya Nadya dengan nada penuh keterkejutan. Matanya menatap lelaki itu dengan ekspresi ragu, seakan apa yang baru saja didengarnya hanyalah ilusi semata.Kalen mengangguk mantap, wajahnya tak menunjukkan keraguan sedikit pun. “Ya. Anggap saja ini permintaan maafku atas kesalahan semalam.”Ia menyelipkan tangannya ke dalam saku celana, lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam pekat yang tampak begitu eksklusif.Dengan gerakan tenang, ia menyodorkannya ke arah Nadya. “Pakailah. Gunakan ini untuk membeli keperluanmu, atau jika kau ingin membelikan sesuatu untuk Melvin, itu terserah padamu.”Mata Nadya membulat, mulutnya sedikit terbuka, nyaris menganga karena terkejut. Ada apa dengan Kalen pagi ini?Sikapnya terasa begitu aneh, jauh berbeda dari biasanya. Apakah kepalanya terbentur sesuatu saat mabuk semalam?“Tidak, Kalen. Tidak perlu—”Namun sebelum Nadya sempat menyelesaikan ucapannya, Kalen sudah lebih dulu meraih tangannya, lalu dengan lembut menaruh kartu i

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Melvin Butuh Sosok Ibu

    “Apa yang membuatmu tidak yakin, Nadya?” tanya Shopia dengan nada lembut, namun penuh penekanan.Nadya menundukkan kepala, menatap ujung sepatunya seolah bisa menemukan jawaban di sana.Ia menelan salivanya perlahan, merasakan kegelisahan yang mengendap di dalam hatinya.“Banyak hal yang harus aku pertimbangkan, Shopia,” jawabnya lirih. “Dan aku tidak yakin Kalen mau kembali padaku. Harga diriku akan semakin rendah setelah ditolak olehnya nanti.”Shopia mendengus pelan, lalu terkekeh kecil. “Tapi, kau masih mencintainya, kan?” tanyanya, matanya berbinar penuh keyakinan.“Kau bahkan belum mencobanya, tapi sudah menyerah lebih dulu.” Ia menggeleng-gelengkan kepala, seolah tidak habis pikir dengan ketakutan Nadya.Kemudian, dengan nada lebih tajam, ia melanjutkan, “Apa kau ingin kehilangan Kalen untuk kedua kalinya, hm?”Nadya terdiam. Kata-kata itu menembus hatinya seperti sembilu yang menusuk tanpa ampun. Dadanya terasa sesak, bukan karena tidak memiliki jawaban, tetapi karena ia sendi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kedatangan Adik Ipar

    “Hai, Kalen!”Suara ceria itu membelah keheningan ruang tamu yang dipenuhi aroma kopi.Kalen, yang tengah duduk santai di sofa sembari membaca majalah bisnis edisi terbaru, mengangkat kepalanya.Matanya yang tajam menatap sosok yang baru saja datang dengan senyum ramah di wajahnya.“Hai, Amora. Kau sudah kembali?” ucap Kalen dengan nada datar, namun masih menyiratkan ketertarikan.Amora—gadis muda dengan rambut panjang yang tergerai lembut, mata penuh semangat, dan wajah yang sekilas mengingatkan pada sosok yang pernah sangat dicintai Kalen—menganggukkan kepalanya.“Ya,” jawabnya dengan nada ringan.“Kali ini aku benar-benar tinggal di sini, Kalen. Kuliahku sudah selesai, dan aku akan membuka usaha di sini.” Sebuah senyum tersungging di bibirnya, mencerminkan kegembiraannya yang tulus.Kalen mengangguk-anggukkan kepala, tangannya tetap memegang majalah yang tadi ia baca. “Kau ingin bertemu dengan Melvin?” tanyanya kemudian. “Dia sedang tidur di kamarnya.”Amora menoleh sekilas ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Tujuan Amora Datang ke Rumah Kalen

    Amora menoleh cepat ke arah Shopia, lalu tatapannya beralih pada sosok wanita yang berdiri di samping sepupu Kalen itu.Matanya menyipit, meneliti dengan saksama seolah berusaha mengenali wajah yang terasa asing baginya.Namun, satu hal yang pasti—dia tahu siapa Shopia. Maka, wanita lain yang berdiri di sana pastilah seseorang yang selama ini merawat Melvin.“Ini Nadya. Ibu susu Melvin sekaligus pengasuhnya,” Kalen angkat bicara, memperkenalkan Nadya tanpa banyak basa-basi.Suaranya terdengar datar, tapi cukup jelas untuk membuat Amora terdiam sejenak.“Ibu… susu?” Amora mengulang kata-kata itu dengan nada terkejut. Alisnya sedikit berkerut, seakan butuh waktu untuk mencerna apa yang baru saja didengarnya.Nadya yang menyadari keterkejutan itu hanya tersenyum tipis. Ia melangkah maju dan mengulurkan tangan dengan ramah.“Ya. Aku Nadya. Ibu susu Melvin. Senang bertemu denganmu,” ucapnya, suaranya terdengar lembut namun penuh keyakinan.Amora melirik tangan yang terulur itu. Sejenak ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Takdir yang Kejam

    "Apa?" Mata Kalen membola, keterkejutan tergambar jelas di wajahnya. "Apa maksudmu, John? Kenapa… Rania tahu semuanya?" tanyanya dengan suara bergetar, kebingungan terpancar di raut wajahnya.John menatapnya lekat, kedua tangannya bertaut di atas meja, ekspresinya tenang tapi penuh makna. "Rania bukan perempuan polos, Kalen. Dia tahu bahwa kau masih mencintai Nadya."Pernyataan itu menghantam Kalen seperti pukulan telak. Ia menelan saliva dengan susah payah, dadanya terasa sesak.Matanya kosong, pikirannya mendadak buntu, dan tangannya yang mengepal mulai gemetar.John melanjutkan dengan nada serius, "Selama ini, Rania diam-diam mencari tahu tentang pernikahan Nadya, bahkan membuntuti Jonathan. Dia ingin memastikan dugaannya benar—dan ternyata memang benar. Rumah tangga Nadya dan Jonathan tidak baik."Kalen mendongakkan kepalanya, menatap John dengan tatapan yang meminta penjelasan lebih lanjut."Rania berhasil membongkar perselingkuhan Jonathan dengan mantan kekasihnya. Jonathan tida

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Rania Jauh Lebih Tahu Semuanya

    “Aku memiliki tugas untukmu.”Robin menaikkan satu alisnya, lalu menyesap kopinya dengan tenang sebelum menjawab, “Tugas apa? Tumben sekali kau membutuhkanku. Biasanya kau lebih suka bergerak sendiri.”Kalen tidak langsung menjawab. Ia menghembuskan napas perlahan, berusaha merangkai kata yang tepat agar Robin memahami urgensi dari tugas ini.“Aku sedang sibuk. Tapi ini juga cukup penting untuk menjebloskan seseorang ke penjara.” Tatapannya menusuk, penuh determinasi. “Maka dari itu, aku membutuhkan bantuanmu untuk membobol sistem CCTV di rumah ini.”Robin kembali menaikkan alisnya, kali ini dengan ketertarikan yang lebih besar. “CCTV? Milik siapa? Musuh lamamu?” tanyanya dengan nada ringan, tetapi ada sorot kewaspadaan dalam matanya.Kalen menghela napas panjang, lalu menatap pria di hadapannya. Ia tahu, untuk menyelesaikan tugas ini dengan sempurna, Robin perlu memahami situasi dengan lebih jelas.“Milik mantan suami mantan kekasihku. Namanya Jonathan.”Robin menatap Kalen sejenak s

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Dugaan Eliza Benar

    Nadya menganggukkan kepalanya perlahan, tatapannya dipenuhi ketulusan saat ia menatap Kalen. Senyum tipis tersungging di bibirnya, meskipun hatinya masih diliputi kecemasan yang samar.“Terima kasih, sudah menerimaku di rumah ini. Aku berjanji, Kalen. Aku tidak akan mengecewakanmu, apalagi Melvin.”Kalen hanya membalasnya dengan senyum kecil, namun sorot matanya menyorotkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rasa terima kasih.Tangannya masih bertengger di sisi wajah Nadya, ibu jarinya mengusap lembut kulitnya, seolah ingin meyakinkan wanita itu bahwa ia aman, bahwa ia diterima.Tanpa banyak berpikir, Kalen memiringkan kepalanya, lalu menurunkan wajahnya perlahan.Dalam keheningan yang hanya diisi oleh tarikan napas mereka, bibirnya akhirnya menyentuh bibir Nadya.Nadya menegang seketika. Matanya membesar karena keterkejutan yang tak ia duga sama sekali. Ia bisa merasakan kehangatan bibir Kalen yang bergerak perlahan, seolah memberi waktu baginya untuk menolak. Tapi ia tidak melakuk

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kau akan Aman di Sini

    “Apa yang terjadi padamu, Kalen?”Mata Nadya membulat melihat pria itu duduk di sofa dengan wajah babak belur. Luka di sudut bibirnya tampak mengering, namun lebam di pipinya masih terlihat jelas.Napasnya terdengar berat, sementara jari-jarinya terus memijat pelipisnya yang terasa nyeri.Namun, Kalen tetap diam. Hanya suara napasnya yang terdengar di antara keheningan.Nadya mengalihkan pandangannya pada Gery, yang berdiri dengan wajah penuh keraguan.“Gery, ada apa? Bukankah kalian sedang mengadakan pertemuan? Kalen buru-buru berangkat karena harus meeting,” tanyanya dengan nada bingung.Gery mengangguk, lalu mengusap tengkuknya seolah ragu untuk menjawab. “Ya. Kami memang baru saja mengadakan meeting. Tapi, di sana ada Tuan Jonathan. Dia adalah investor baru dalam proyek yang akan kami jalani.”Nadya merasakan firasat buruk. “Lalu?”Gery menarik napas panjang sebelum melanjutkan. “Kemudian mereka berkelahi.”“Apa?!”Dada Nadya terasa sesak mendengar jawaban itu. Ia spontan menoleh

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Perkelahian Kalen dan Jonathan

    Nadya menghela napas panjang sambil menuangkan sup ke dalam mangkuk. Ini sudah kesekian kalinya ia harus membuatkan sup pereda pengar untuk Kalen.Bau alkohol yang masih samar-samar tercium di udara semakin menguatkan fakta bahwa pria itu pulang dalam keadaan mabuk berat.Pukul dua dini hari tadi, John dan Julian mengantarkan Kalen pulang. Nadya tidak kaget lagi—ia sudah terbiasa dengan kebiasaan buruk Kalen yang melarikan diri ke dalam botol vodka setiap kali pikirannya kacau.Tapi tetap saja, melihat pria itu terkapar tak berdaya di atas ranjangnya, membuat Nadya kembali menghela napas panjang.Ia berjalan mendekat, menatap Kalen yang masih meringkuk di bawah selimut dengan ekspresi malas. Dengan suara sedikit lebih keras, ia mencoba membangunkannya.“Kalen, bangunlah. Sudah pukul delapan. Apa kau tidak pergi ke kantor?”Tidak ada respons. Pria itu hanya menggeliat sedikit, bergeming, lalu kembali diam.Nadya menghela napas kesal. “Astaga…” gumamnya pelan, sebelum akhirnya ia mendek

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kalen hanya Melanjutkan Hidup

    Bar kecil itu dipenuhi suara dentingan gelas dan obrolan samar dari para pelanggan. Lampu redup temaram menciptakan suasana yang hangat, tetapi tidak cukup untuk mengusir hawa dingin yang menguar dari sosok pria yang baru saja masuk.“Oh, Kalen. Apa yang membuatmu datang kemari?” Julian, yang tengah bersandar di balik meja bar, menatap pria itu dengan alis yang sedikit berkerut. Ia tak menyangka Kalen akan muncul di tempat ini, seorang diri, tanpa diundang.Kalen menghela napas kasar sebelum menjawab, “Aku butuh vodka sekarang.” Suaranya terdengar datar, tanpa emosi, seolah-olah ia kelelahan, atau mungkin putus asa.Julian melirik John yang duduk di ujung bar, seakan meminta penjelasan, tetapi pria itu hanya mengangkat bahu ringan. Tak ada yang tahu pasti apa yang tengah terjadi dengan Kalen.“Baiklah.” Julian menghela napas dan mengambil sebotol vodka dari rak. “Satu botol vodka untuk Kalen yang datang tanpa diundang.”Tanpa banyak basa-basi, Kalen meraih botol itu dan langsung meneg

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Bingung dengan Sikap Aneh Kalen

    Uhuk! Uhuk!Nadya sontak tersedak minuman yang baru saja diteguknya. Matanya melebar seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Hah?” suaranya terdengar parau di antara batuknya yang belum mereda.Ia segera menoleh ke arah Kalen yang hanya menatapnya datar, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke Shopia, berharap itu hanya gurauan belaka.Tapi melihat ekspresi tenang Shopia, Nadya sadar bahwa itu adalah kenyataan yang harus diterimanya.“Apa kau… menerimanya?” tanyanya dengan nada penuh kehati-hatian, seolah tak yakin ingin mendengar jawabannya.Kalen, yang sejak tadi hanya diam, akhirnya menoleh dan menatap lurus ke dalam mata Nadya. “Menurutmu?” tanyanya balik dengan nada yang sulit diartikan.Nadya mengerutkan keningnya. “Aku tidak tahu… karena itu terserah padamu,” jawabnya dengan santai, meskipun hatinya terasa aneh setelah mengucapkannya.Shopia yang menyaksikan interaksi keduanya hanya bisa menepuk dahinya pelan.Sementara Kalen mendengkus kecil lalu membuang m

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Tujuan Amora Datang ke Rumah Kalen

    Amora menoleh cepat ke arah Shopia, lalu tatapannya beralih pada sosok wanita yang berdiri di samping sepupu Kalen itu.Matanya menyipit, meneliti dengan saksama seolah berusaha mengenali wajah yang terasa asing baginya.Namun, satu hal yang pasti—dia tahu siapa Shopia. Maka, wanita lain yang berdiri di sana pastilah seseorang yang selama ini merawat Melvin.“Ini Nadya. Ibu susu Melvin sekaligus pengasuhnya,” Kalen angkat bicara, memperkenalkan Nadya tanpa banyak basa-basi.Suaranya terdengar datar, tapi cukup jelas untuk membuat Amora terdiam sejenak.“Ibu… susu?” Amora mengulang kata-kata itu dengan nada terkejut. Alisnya sedikit berkerut, seakan butuh waktu untuk mencerna apa yang baru saja didengarnya.Nadya yang menyadari keterkejutan itu hanya tersenyum tipis. Ia melangkah maju dan mengulurkan tangan dengan ramah.“Ya. Aku Nadya. Ibu susu Melvin. Senang bertemu denganmu,” ucapnya, suaranya terdengar lembut namun penuh keyakinan.Amora melirik tangan yang terulur itu. Sejenak ia

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kedatangan Adik Ipar

    “Hai, Kalen!”Suara ceria itu membelah keheningan ruang tamu yang dipenuhi aroma kopi.Kalen, yang tengah duduk santai di sofa sembari membaca majalah bisnis edisi terbaru, mengangkat kepalanya.Matanya yang tajam menatap sosok yang baru saja datang dengan senyum ramah di wajahnya.“Hai, Amora. Kau sudah kembali?” ucap Kalen dengan nada datar, namun masih menyiratkan ketertarikan.Amora—gadis muda dengan rambut panjang yang tergerai lembut, mata penuh semangat, dan wajah yang sekilas mengingatkan pada sosok yang pernah sangat dicintai Kalen—menganggukkan kepalanya.“Ya,” jawabnya dengan nada ringan.“Kali ini aku benar-benar tinggal di sini, Kalen. Kuliahku sudah selesai, dan aku akan membuka usaha di sini.” Sebuah senyum tersungging di bibirnya, mencerminkan kegembiraannya yang tulus.Kalen mengangguk-anggukkan kepala, tangannya tetap memegang majalah yang tadi ia baca. “Kau ingin bertemu dengan Melvin?” tanyanya kemudian. “Dia sedang tidur di kamarnya.”Amora menoleh sekilas ke arah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status