Share

Part 141. Cemburu

"Lihat sini!"

Wajahku terangkat, membuat tatapan kami bertemu. Bang Amar menatapku dengan wajah gemas.

"Maafin, Zana," lirihku. Rasa bersalah membuatku iba melihat wajah bahagianya. Aku menebak, jika ia hanya sedang berusaha membuatku lebih tenang.

Lembut ia mengecup keningku, kedua mataku, hingga ke pucuk kepala. Kebiasaan yang tak pernah ia lewatkan setiap selepas shalat.

"Dua kali. 'Kan qadha untuk magrib tadi." Bang Amar tertawa pelan, kemudian mendaratkan kembali beberapa kecupan di wajah dan kepalaku.

Bibirku mengulas senyum. Senyum setengah dipaksakan.

"Maafin Zana." Kembali kalimat itu kuulang, berharap rasa bersalahku pada suamiku itu bisa terhapus.

Senyum lembut nan menenangkan mengurai di bibir Bang Amar.

"Abang yang seharusnya minta maaf. Abang yang tak bisa menempatkan situasi. Maafkan Abang, Sayang," ucapnya lembut.

Hatiku merasakan haru. Bagaimana tidak, aku yang jelas-jelas meninggikan suara pada Bang Amar hingga membuatnya seketika terdiam. Namun, dia-lah yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status