แชร์

Di luar Dugaan

ผู้เขียน: Pricorna
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-10-14 19:10:39

"Dari mana saja kau?!!" Satu bentakan memecah indra pendengaran Aga. Tanpa menunggu lebih lama, Rosida menarik kuat daun telinga anak sulungnya. Sudahlah membuat malu seluruh anggota keluarga, anaknya itu masih berniat untuk melarikan diri.

"Kami sudah dua hari menunggu kedatanganmu Anak Durhaka!" Rosida semakin kuat menjewer telinga anaknnya. Tidak peduli dengan Aga yang terus meringis dan memohon agar sang Mama menghentikan tindakan konyolnya.

Terlalu banyak orang di sini. Sepertinya, seluruh keluarga besar telah berkumpul kenapa wanita yang telah melahirkannya ini masih memperlakukannya seperti anak kecil?

Aga masih bersungut-sungut saat neneknya datang menyelamatkan. Mengomeli putrinya karena telah menyakiti cucu kesayangannya.

"Ibu terlalu memanjakan dia. Lihatlah kelakuannya sekarang!" sentak Rosida. Bola matanya seakan melompat keluar saat menatap si sulung, "Dasar, Tak tahu malu!!"

"Kecilkan suaramu, kita tidak sedang berada di rumah. Kaulah yang tak tahu malu. Ajak dulu cucuku masuk ke rumah. Kita selesaikan semuanya hari ini," pungkas sang nenek mengambil alih keputusan.

Masuk ke dalam rumah kontrakan yang mendadak pengap ini membuat Aga semakin terkejut. Sinta, satu-satunya adik perempuannya sedang menimang bayi yang dia yakini milik Alina itu dengan penuh perhatian. Sedangkan ibu sang bayi, tidak terlihat di sudut mana pun.

"Ibunya sedang beristirahat, anakmu itu rewel semalaman, pasti karena kau tak pulang-pulang." Nenek berucap datar. Namun entah mengapa membuat dada cucu yang di gandengnya itu mendadak panas.

Tidak ada lagi kursi yang tersisa untuk diduduki. Pada akhirnya Aga terpaksa bergabung dengan ayah, adik dan tantenya selonjoran di lantai. Meskipun tebersit heran di kepala pemuda tampan itu, rumah ini sangat berbeda saat dia tinggalkan tempo hari. Jangankan lantai yang dialasi karpet, bahkan gorden saja tidak ada. Sekarang, rumah petak ini seakan lebih layak untuk ditinggali. Apakah ini semua ulah mamanya? Apa yang sedang mereka rencanakan sekarang?

Aga menyalami sang Papa sebelum dia mendapat teguran dari sang nenek. Berbeda dengan ibunya, papanya terlihat santai saja, seperti tidak ada masalah besar yang sedang menanti untuk di selesaikan. Sedangkan dua adiknya, Andi dan Gama, sibuk dengan ponselnya masing-masing.

"Sore ini, semuanya harus selesai, papamu tidak mungkin meninggalkan perkebunan terlalu lama." Sang nenek membuka suara.

"Percayalah padaku, Nek. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan ...."

"Lalu, seperti apa? Kau ingin mengelak dari tanggung jawab seperti yang dikatakan Rumini, ha?!" Suara petir Rosida sudah menggema ke seisi rumah. Mahdi, suaminya, memberikan kode agar istrinya itu duduk di sampingnya. Setelahnya, dia menunggu sang putra sulung melanjutkan bicaranya.

"Sudah tertangkap basah masih mengelak, kau tidak boleh percaya ucapannya. Inilah mengapa aku tidak mengizikannya merantau seorang diri. Sekarang, terbukti kan, dia sudah kebablasan." Meski sudah menuruti keingin Mahdi untuk duduk, tidak sedikitpun membuat wanita paruh baya itu menurunkan nada suaranya.

"Bisakah kau bicara dengan lembut, Ros?!" tanya ibunya penuh penekanan, "Bagaimanapun juga, kita harus menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin."

Rosida mencelos, berdebat dengan wanita yang telah melahirkannya itu tentu saja tidak akan pernah membuatnya menang.

"Apa maksudmu tidak seperti yang kami pikirkan? Jelaskan semuanya." Suara tenang Mahdi mengurai ketegangan di antara istri dan mertuanya. Masalah ini harus secepatnya diselesaikan, atau semua pekerjaannya akan terbengkalai dalam waktu yang lama.

"Bagaimana kalau kita tanyakan saja pada ibu bayi itu?" Aga menatap Sinta yang masih sibuk menimang, adik perempuannya itu mengernyit karena merasa menjadi pusat perhatian.

"Dia masih beristirahat, dia pasti lelah karena mengurus sendiri bayinya. Sungguh lelaki yang tidak bertanggung jawab yang tega membiarkan wanita yang telah melahirkan anaknya kepayahan seorang diri," sentak Rosida geram.

"Ma! Mama enggak ngerti, itu bukan anakku!" Aga tidak tahan lagi dengan semua tuduhan yang dilayangkan kepadanya, "Tanya pada ibu bayi itu kalau Mama tidak percaya!"

"Aduh, aduh." Aga menahan sakit ditelinga yang tadi dijewer sang mama. Mengapa neneknya juga ikut melakukan hal serupa.

"Jangan keterlaluan seperti ini, nenek tidak akan membelamu jika kau berbohong." Nenek Aga menarik telinga cucunya semakin kuat karena jengkel. Aga kian meringis, merutuk semua orang yang ada di sini karena tidak mempercayainya sama sekali.

"Dia berkata benar, Nek." Tiba-tiba saja Alina sudah berdiri di depan pintu kamar. Penampilannya sangat kusut, bagian lingkar matanya menghitam.

"Kau mandilah dulu, nanti kita bicarakan semuanya." Rosida bangkit dan menghampiri wanita yang diyakininya sebagai kekasih Aga itu, "Mau Mama bantu mandikan?" tanyanya lembut. Alina menggeleng.

"Dia tidak berbohong, Tante ...."

"Kau ini, masih juga memanggil Tante, mandi dulu sana. Setelah itu makan, mama sudah menyiapkan makanan untukmu di dapur." Rosida mendorong Alina untuk kembali ke kamar agar perempuan itu segera bersiap, "Kita akan membicarakan tentang pernikahan kalian malam ini." Ucapan Rosida membuat Alina tidak bisa berkata-kata. Wanita itu melirik Aga sejenak, dia merasa sangat bersalah pada lelaki itu.

Sinta menghampiri abangnya dengan bayi yang terus didekapnya, "Dia mirip sekali dengan Abang." Satu kalimat yang keluar dari gadis berambut ikal itu membuat Aga membeliak kaget.

"Jangan mengada-ada!" protesnya tergesa. Meskipun tak urung dia melayangkan pandangan pada bayi mungil yang tenang dalam dekapan adiknya.

"Tentu saja." Sang nenek ikut menimpali, "Kalian harus segera mengikat hubungan agar tidak terus berbuat dosa." Wanita yang masih terlihat sehat di usia senja itu menatap sang cucu penuh arti. Namun, Aga malah mencelos.

"Kalian semua salah paham ...," ujarnya putus asa. Bagaimana mungkin seluruh anggota keluarga ini kompak mengakui bayi yang tidak diketahui asal usulnya itu adalah anaknya. Sungguh sangat tidak masuk akal. Apa mungkin wanita itu yang telah memfitnahnya macam-macam? Awas saja kalau begitu, akan dia buat perhitungan dengannya nanti.

"Kau belum memberinya nama?" Sang Papa kembali membuka suara.

Apa? Nama? Untuk bayi itu?

Ah, yang benar saja.

"Bagaimana pun cara dia hadir, dia tetap bagian dari keluarga kita. Kalau kau tidak bisa memberinya nama, biar papa yang mencarikannya." Aga menatap ayahnya tak percaya. Apakah itu berarti, Papa juga setuju dengan pemikiran tak masuk akal Mama dan Nenek?

"Bang, aku mau ke toilet." Sinta kembali menyodorkan bayi itu kepada abangnya, membuat Aga bergidik.

"Aku tidak mau," tolaknya cepat.

"Kemarikan dia, Sinta. Abangmu memang sudah kehilangan akal, makanya dia tega tidak mempedulikan darah dagingnya sendiri." Rosida menyambut bayi itu dari tangan anak bungsunya Seketika wajah wanita itu merekah, bayi mungil itu seakan membuatnya muda kembali. Dia merasa, sedang menimang Aga saat baru melahirkan dulu.

"Kita harus menikahkan mereka malam ini. Kalau Aga dan Alina tidak mau menjaga bayi ini. Aku akan membawanya serta bersama kita," tegas Rosida berucap, tanpa mempedulikan anak sulungnya yang semakin pucat pasi.

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Nikah Dadakan

    Sudah di penghujung sore saat ayah dan anak itu menikmati secangkir kopi di teras. Seluruh penghuni rumah sedang keluar dan hanya menyisakan mereka berdua--serta Alina dan bayinya tentunya--yang terus mengurung diri di kamar."Papa juga tidak percaya padaku?" Aga menatap papanya yang tetap saja terlihat santai. Dia ingin seseorang untuk bertukar pikiran, dan menikahi Alina bukanlah sebuah rencana yang baik. Setidaknya, begitulah menurutnya.Lelaki paruh baya dengan rambut yang sudah ditumbuhi uban itu terkekeh, "Jangankan Papa, bahkan mamamu sendiri tidak yakin kau akan bertindak seceroboh itu.""Lalu? Apa maksudnya semua ini?" Aga memiringkan tubuhnya menghadap Mahdi. Apakah ini lelucon?"Umurmu sudah hampir kepala tiga dan kau masih mengelak untuk berumah tangga. Bukankah calon yang ditawarkan mamamu bukan perempuan sembarangan?""Pa, aku belum ingin terikat ....""Mama dan nenekmu telah memutuskan untuk memanfaatkan situasi ini. Jadi, terima saja. Kau tidak akan bisa mengelak lagi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-10-19
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Pengkhianat

    "Kenapa?!!" Bentakan Aga membuat Silvi terlonjak kaget."Kenapa harus dengan dia?! Apa kau tidak bisa mencari pria brengsek lainnya di luar sana?!" suara Aga kian meninggi. Tubuh Silvi gemetar karena tidak menyangka Aga bisa marah semengerikan ini."Bajingan!" Aga kembali melayangkan pukulan terakhir sebelum meludahi wajah sahabatnya itu dan bangkit dari tubuhnya."Kalian benar-benar pengkhianat!" Giginya gemeretak dengan tangan yang terus terkepal. Bahkan, buku jarinyanya masih menyisakan tetes darah yang berasal dari mulut lelaki yang baru saja dia hajar.Silvi yang sebenarnya sudah mempersiapkan kata-kata untuk mewanti-wanti jika Aga mengetahui hubungannya dengan salah satu sahabat dekat kekasihnya itu, kini hanya bisa bungkam. Dia benar-benar ketakutan melihat kemarahan pria itu. Wajah cantik itu pucat pasi.Heru meringis dan mulai beringsut menjauh, wajahnya yang telah babak belur membuat Aga tersenyum sinis. "Pantas saja, kau begitu bersemangat saat menanyakat pekerjaannya. Das

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-18
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Siapa Namanya?

    Cahaya matahari pagi menembus kaca jendela, silau yang menerpa wajahnya membuat Aga mengernyit beberapa kali. setelah menggosok kedua matanya, pria yang tertidur di atas sofa itu merubah posisi sampai akhirnya benar-benar terbangun saat menyadari bahwa tubuhnya terjerembab ke lantai."Aduh!" Aga sontak bangkit dan kaget saat mendapati dirinya sudah berada di ubin dengan pakaian yang bertebaran di sisi kanannya. Kini, menyisakan celana boxer yang menempel di tubuhnya bagian bawahnya.Lagi, dia mengusap kasar wajah dan mengacak rambut yang sebenarnya memang sudah tidak karuan bentuknya.Menyadari sesuatu, dia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dan dia merutuk saat menyadari bahwa semua pakaiannya masih berada di kamar Alina. Mama dan neneknya yang memaksa Alina menyimpannya. Dan sialnya, dia belum sempat memindahkan.Tidak ada pilihan lain, dia mengintip dari dalam bilik kamar mandi untuk memastikan wanita penghuni lain di rumah ini tidak sedang keluar dari kamarnya.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-29
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Anugrah Langit Prawira

    "Kau tidak meminta ayahnya untuk memberikan nama?" Aga menelan ludah setelah mengucapkan kalimat itu. Tiba-tiba saja rasa kecewa membuatnya tersenyum miris, dia baru menyadari bahwa bayi ini milik orang lain."Tidak." Alina memperbaiki duduknya yang tadi sempat miring ke arah Aga. Pertanyaan itu, dia tahu pertanyaan itu mengandung makna yang lain. Dan tentu saja Aga berhak menanyakan hal itu. "Apa kau keberatan jika aku memberinya nama?""Ha?""Ayah menitipkan sebuah nama untuk bayi ini sebelum beliau pulang."Alina terdiam. Pandangan matanya tertumpu pada dua kakinya yang mengenakan sandal rumahan pemberian adik perempuan Aga. Alina merasa kagum dengan keluarga Aga yang begitu perhatian kepadanya. Namun, dia sadar bahwa telah terlalu jauh menyeret Aga ke dalam masalah pribadinya, pria ini pasti mendapatkan masalah yang tidak sedikit sejak memutuskan untuk menolongnya malam itu."Aku akan memikirkannya nanti.""Kau menolak?""Ha?" "Kau menolak nama pemberian ayahku?""Bukan, maksud

    ปรับปรุงล่าสุด : 2023-12-30
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Malam yang panjang

    Aga menghela napas dan menutup laptopnya. Pandangannya teralih saat mendengar suara pintu kamarnya dibuka."Aku membuatkanmu kopi." Alina masuk dengan sebuah nampan di tangannya, "apa yang sedang kau kerjakan?""Mencari pekerjaan."Alina menaikkan sebelah alisnya, lalu duduk di kursi yang berada tidak jauh dari meja kerja Aga. "Kau dipecat?""Lebih tepatnya mengundurkan diri.""Apakah ini ada hubungannya denganku." Alina menampilkan wajah bersalah. Dia semakin tidak enak hati pada pria ini jika hal itu benar adanya."Tidak.""Lalu?""Hei! Kau terlalu banyak bertanya.""Aku istrimu," jawab Alina sambil menahan tawa."Baiklah, baiklah." Aga merenggangkan otot-ototnya dan bangkit dari duduk. "Jadi, apa yag ingin kau ketahui istriku?" Aga menaik-turunkan alisnya.Alina bergidik, seketika dia mengingat kejadian malam dimana Aga pulang dalam keadaan mabuk."Rekan kerjaku merebut pacarku."Alina menatap Aga seolah tak percaya."Tenang saja, aku sudah menghajarnya.""Apa itu alasanmu menerima

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-01-04
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Perhatian yang Meluluhkan

    Sudah hampir tengah malam saat Aga tiba di rumah. Hal yang tidak dia duga bahwa ternyata sang penghuni masih setia menunggu kepulangannya. Baru saja akan memutar handle, pintu sudah terbuka lebih dulu, menampilkan wajah lelah Alina dengan Langit yang merengek pelan dalam dekapannya."Kenapa belum tidur?" tanya Aga keheranan. Pasalnya, malam telah cukup larut untuk membiarkan bayi satu bulanan tetap terjaga."Dia tidak mau tidur, terus menangis saat aku membaringkannya di kasur," adu Alina dengan wajah pucatnya. Aga dapat menebak bahwa wanita di depannya belum beristirahat sepanjang hari.Hari ini memang hari pertama Aga keluar rumah setelah menganggur dan menjadi partner Alina dalam mengurusi Langit. Namun, biasanya bayi ini akan tidur dengan mudah setelah perutnya terisi penuh."Maaf, aku tidak memasak apapun," sesal Alina. Wanita itu menutup pintu setelah Aga melangkah masuk."Kau sudah makan?"Alina menggeleng lemah. Dia benar-benar kelabakan sejak Aga berpamitan tadi pagi, bayi in

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-01-07
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Mantan Sahabat

    Puas berkeliling di sebuah pusat perbelanjaan, dua pasangan itu akhirnya memutuskan untuk berehat di sebuah tempat makan cepat saji. Dan lagi-lagi Alina tidak dapat menyembunyikan kekagumannya saat pria yang sedari tadi menggenggam tangannya kini mengambil alih Langit dan menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu."Sepertinya dia juga senang bepergian." Aga terkekeh saat menyadari Langit tetap menjaga matanya untuk terbuka sejak mereka sampai di Mall itu, "kau bahkan tidak ingat untuk meminta ibumu mengisi lambung kecilmu ini." Aga memainkan hidung mancung bayi berkulit putih dalam gendongannya. Menunggu dengan sabar, sang ibu menghabiskan makanannya."Apa kau keberatan jika aku mengambil bagianmu? Aku sangat lapar," ujar Alina malu-malu. Dia tahu bahwa dia sudah kehilangan harga diri, namun perutnya benar-benar terasa masih kosong. Sebenarnya dia sudah kelaparan sejak pertama mereka tiba, namun dia tidak berani mengatakannya kepada Aga yang terus menyemangatinya mencoba beberapa baju.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-01-10
  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Menerima

    Sesampainya di rumah, Alina membiarkan Aga tetap kebingungan karena wanita itu tetap memilih untuk membisu sejak mereka meninggalkan Mall. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengunci diri di kamar, tentu saja itu membuat Aga penasaran. Namun, dia masih berpikir bahwa Alina terlalu lelah dan hanya butuh istirahat. Dia memilih ke kamarnya untuk membuat proposal lamaran kerja.Baru akan membuka laptop, ponselnya berdering. Aga berdecak."“Apa kau sudah mengajaknya berbelanja?” “Sudah, Ma. Dia sedang istirahat, mungkin kecapek’an.” “Jangan biarkan istrimu itu melakukan semua pekerjaan sendiri, dia punya bayi yang harus dia urus. Apa mama harus mencarikan pembantu dari sini?!” Suara dari seberang sana mulai meninggi, yang mulia Ratu yang semua keinginannya harus dipenuhi. “Kami sudah mencarinya, Ma. Hanya saja, belum ada yang cocok,” kilah Aga agar sang Mama tidak semakin marah. “Mama tunggu sampai minggu depan. Kalau tidak, mama akan mengirimkan seseorang ke sana untuk membantu k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-01-12

บทล่าสุด

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Kejutan

    “Percayalah, Alina. Kau tidak akan menyesal, Ervan yang sekarang sudah sangat jauh berbeda.” Sandi melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Pria berkepala plontos itu cukup senang karena tidak ada drama lagi untuk membawa pergi Alina dari rumah itu. Bahkan, kekasih Ervan ini dengan sukarela memintanya untuk menjemput.“Apa kau punya kekasih, Sandi?” Wanita bergaun kuning gading yang duduk samping kemudi itu seolah tidak mempedulikan ucapan Sandi tadi. Dia melempar pandangan keluar jendela sejak pertama memasuki mobil, tidak sedikit pun menoleh pada pria kekar di sebelahnya. “Kenapa kau menanyakan hal itu?” Alis pria itu bertaut, menoleh sebentar, kemudian kembali fokus pada jalanan di depan.“Kau jawab saja.”“Tidak.”“Pantas saja.” Alina tersenyum miris sambil memperbaiki duduknya, pandangannya beralih ke depan.“Apa kau tidak ingin memiliki seorang pendamping?” “Kenapa kau bertanya hal seperti itu?”“Agar kau mengerti bahwa perihal hati tidak bisa dipaksakan.”“Apakah ini tentang

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan    Keputusan

    Alina membersihkan luka di sekujur tubuh Aga dengan air mata berlinang. Hati-hati sekali dia mengusap setiap bagian yang luka dan memar dengan kain lap yang sudah diperas setelah dicelupkan ke air hangat. Suaminya hanya bisa meringis karena bibirnya sedikit robek, jadi tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir yang hampir setiap pagi mengecup lembut dahi Alina.Sepanjang malam Alina terjaga dengan menatap langit-langit kamar. Sesekali dia memperhatikan Aga yang memejam. Entah suaminya itu benar-benar tertidur atau hanya sedang berusaha menghindari kontak mata dengannya.Air mata Alina kembali menggenang saat mengingat putranya, dia yakin bahwa Ervan tidak akan melukai Langit. Namun, sebagai seorang ibu yang 24 jam selalu menemani sang putra, tentu saja tetap khawatir karena Langit pasti akan menangis saat menyadari ibunya tidak berada di dekatnya.***“Pergilah.” Aga duduk dengan menyandar ke kepala tempat tidur. Menatap Alina sepanjang hari ini dengan menghabiskan waktu di d

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Pilihan

    "Apa kelebihan dia dibanding aku?" Wajah Ervan merah padam. Bagaimana tidak, sang kekasih yang hampir setengah gila dicarinya selama ini, dengan mudahnya menolak merajut kembali impian mereka dulu. Sungguh sebuah penantian sia-sia dan sangat menyakitkan."Jawab, Alina!" Suara lantang kembali menggelegar, menggema ke seluruh ruang yang tidak terlalu luas itu. Alina semakin mengeratkan pelukan saat Langit kembali menjerit, terkejut dengan suara besar lelaki yang menjadi lawan bicara ibunya."Tidak ada." Alina menelan ludah. Tidak pernah dia melihat Ervan semengerikan ini. Meskipun tubuh tinggi kekarnya membuat banyak orang merasa takut, pria itu selalu memperlakukannya dengan lembut. Perlakuan yang membuat dirinya menyerahkan diri sepenuhnya lepada pria yqng memiliki tatapan setajam elang itu."Maaf. Aku tahu, aku yang bersalah di sini." Alina menjawab dengan gugup. "Tapi, apa kau tahu, bagaimana rasanya melahirkan sendirian? Tidak mengenal siapa pun yang bisa dimintai tolong. Sedangka

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Tidak Lagi Sama

    "Maaf." Aga duduk di tepi ranjang menatap tubuh telungkup Alina yang sesenggukan. Sedangkan Langit, ikut menangis sambil memeluk leher sang bunda. Seakan paham bahwa wanita yang melahirkannya itu sedang tidak baik-baik saja.Hampir 5 menit Aga menunggu, namun Alina belum juga merespon. Dia menyesal karena sudah keterlaluan memperlakukan istrinya."Alina ...." Pria itu sedikit memelas, membuat wanita yang sudah dua tahun membersamainya itu akhirnya duduk. Membawa Langit ke pangkuan, seolah melarang sang putra menghampiri sang Ayah."Aku yang seharusnya minta maaf." Alina mengusap kasar wajahnya dengan sebelah tangan dan memeluk Langit, sulit untuk bersikap baik-baik saja di saat dia tidak tahu kenapa dia harus disalahkan, "Aku tidak akan menemuinya," tegasnya lagi, sebelum Aga mengucapkan sesuatu kembali.Aga bergeming. Di satu sisi, dia merasa senang karena itu berarti Alina tidak ingin kembali bersama mantan kekasihnya. Namun, di sisi lain? Sebagai seorang ayah, dia tentu tidak bisa

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Haruskah bertemu?

    "Jadi, kau menghilang karena pria itu?" Tatapan dingin Sandi membuat wajah Alina memucat. Dengan tangan yang saling menggenggam di pangkuan, wanita dengan dres rumahan itu duduk dengan gelisah, menyesalkan sikap sang suami yang memenuhi permintaan pria berkulit sawo matang di sampingnya ini agar mereka bisa bicara berdua saja.Angin malam yang bertiup kencang, membuat tubuhnya semakin menggigil, mereka memang duduk di bangku teras yang terbuka. Entah kenapa, Aga tidak membiarkan mereka untuk berbicara di dalam saja, apa sebenarnya yang sedang di pikirkan suaminya itu?"Bukan aku yang menghilang, dia yang meninggalkan aku." Alina menjawab pertanyaan itu dengan suara bergetar, dia ketakutan. Sangat ketakutan. Dan saat seperti ini, dia sangat mengharapkan Aga berada di sisinya untuk menenangkan, namun tidak ada tanda-tanda pria itu akan menyusulnya ke sini. Dan itu membuat Alina sangat kecewa. Berbagai pikiran buruk mulai mengganggu pikirannya."Kau tahu, kan? Dia sedang berusaha agar

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Siapa?

    Hari demi hari berjalan dengan begitu cepatnya. Tanpa terasa, Aga dan Alina telah menjalani biduk rumah hampir tiga tahun lamanya tanpa halangan yang berarti.Aga menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab serta perhatian membuat Alina begitu bersyukur karena takdir telah mempertemukan mereka. Tidak ada lagi pembicaraan tentang masa lalu, semuanya terkubur bersama kebahagiaan yang mereka nikmati bersama, meski bobot tubuh Alina merosot drastis karena Langit yang semakin aktif.Sore itu, Alina sedang menemani Langit untuk bermain di pekarangan sambil menyiram beberapa tanaman bunga. Sampai akhirnya, wanita berambut panjang itu merasa bahwa ada seseorang di balik pohon yang tumbuh di seberang jalan seperti memperhatikan mereka.Ini bukan kali pertama, dia juga sudah menyampaikan hal ini kepada sang suami, namun, tanggapan Aga tidak seperti yang diharapkan, pria itu beranggapan bahwa itu hanyalah pemulung yang biasa berkeliaran di sekitaran komplek.Alina masih ingin mendebat sebenar

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Menerima

    Sesampainya di rumah, Alina membiarkan Aga tetap kebingungan karena wanita itu tetap memilih untuk membisu sejak mereka meninggalkan Mall. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengunci diri di kamar, tentu saja itu membuat Aga penasaran. Namun, dia masih berpikir bahwa Alina terlalu lelah dan hanya butuh istirahat. Dia memilih ke kamarnya untuk membuat proposal lamaran kerja.Baru akan membuka laptop, ponselnya berdering. Aga berdecak."“Apa kau sudah mengajaknya berbelanja?” “Sudah, Ma. Dia sedang istirahat, mungkin kecapek’an.” “Jangan biarkan istrimu itu melakukan semua pekerjaan sendiri, dia punya bayi yang harus dia urus. Apa mama harus mencarikan pembantu dari sini?!” Suara dari seberang sana mulai meninggi, yang mulia Ratu yang semua keinginannya harus dipenuhi. “Kami sudah mencarinya, Ma. Hanya saja, belum ada yang cocok,” kilah Aga agar sang Mama tidak semakin marah. “Mama tunggu sampai minggu depan. Kalau tidak, mama akan mengirimkan seseorang ke sana untuk membantu k

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Mantan Sahabat

    Puas berkeliling di sebuah pusat perbelanjaan, dua pasangan itu akhirnya memutuskan untuk berehat di sebuah tempat makan cepat saji. Dan lagi-lagi Alina tidak dapat menyembunyikan kekagumannya saat pria yang sedari tadi menggenggam tangannya kini mengambil alih Langit dan menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu."Sepertinya dia juga senang bepergian." Aga terkekeh saat menyadari Langit tetap menjaga matanya untuk terbuka sejak mereka sampai di Mall itu, "kau bahkan tidak ingat untuk meminta ibumu mengisi lambung kecilmu ini." Aga memainkan hidung mancung bayi berkulit putih dalam gendongannya. Menunggu dengan sabar, sang ibu menghabiskan makanannya."Apa kau keberatan jika aku mengambil bagianmu? Aku sangat lapar," ujar Alina malu-malu. Dia tahu bahwa dia sudah kehilangan harga diri, namun perutnya benar-benar terasa masih kosong. Sebenarnya dia sudah kelaparan sejak pertama mereka tiba, namun dia tidak berani mengatakannya kepada Aga yang terus menyemangatinya mencoba beberapa baju.

  • Menjadi Ayah Dadakan dari Bayi Tampan   Perhatian yang Meluluhkan

    Sudah hampir tengah malam saat Aga tiba di rumah. Hal yang tidak dia duga bahwa ternyata sang penghuni masih setia menunggu kepulangannya. Baru saja akan memutar handle, pintu sudah terbuka lebih dulu, menampilkan wajah lelah Alina dengan Langit yang merengek pelan dalam dekapannya."Kenapa belum tidur?" tanya Aga keheranan. Pasalnya, malam telah cukup larut untuk membiarkan bayi satu bulanan tetap terjaga."Dia tidak mau tidur, terus menangis saat aku membaringkannya di kasur," adu Alina dengan wajah pucatnya. Aga dapat menebak bahwa wanita di depannya belum beristirahat sepanjang hari.Hari ini memang hari pertama Aga keluar rumah setelah menganggur dan menjadi partner Alina dalam mengurusi Langit. Namun, biasanya bayi ini akan tidur dengan mudah setelah perutnya terisi penuh."Maaf, aku tidak memasak apapun," sesal Alina. Wanita itu menutup pintu setelah Aga melangkah masuk."Kau sudah makan?"Alina menggeleng lemah. Dia benar-benar kelabakan sejak Aga berpamitan tadi pagi, bayi in

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status